Kudus (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, memastikan menanggung biaya pengobatan seorang anak berusia 9 tahun asal Desa Prambatan Kidul, Kecamatan Kaliwungu, yang mengalami obesitas hingga tidak bisa berjalan dan belum bisa bersekolah.
Wakil Bupati Kudus Bellinda Putri Sabrina Birton, menyampaikan hal itu setelah melakukan kunjungan langsung bersama Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial ke rumah keluarga pasien. "Alhamdulillah, setelah berdiskusi dengan orang tua, mereka setuju anaknya dibawa ke rumah sakit agar bisa kembali mendapatkan pemantauan kesehatan. Semua biaya pengobatan ditanggung Pemkab Kudus," ujarnya, Minggu (28/9).
Menurut Bellinda kondisi anak tersebut berawal dari riwayat protosio acetabulli dan delay motorik kasar atau kelainan langka pada pinggul di mana kepala tulang paha menonjol ke rongga panggul melewati garis illioischal yang normal sejak lahir, keterlambatan pertumbuhan, hingga akhirnya obesitas akibat minim aktivitas dan terputusnya kontrol kesehatan sejak lama.
"Dulu rutin dipantau dokter anak, tapi empat tahun terakhir tidak pernah berobat karena keterbatasan biaya hingga akhirnya berat badan anaknya saat ini sekitar 53 kilogram dengan usia baru 9 tahun," ujarnya.
Ia menegaskan selain penanganan medis, pasien juga membutuhkan pendampingan psikologis. Karena berdasarkan keterangan orang tuanya, anak ini emosinya belum terbentuk dengan baik. Jadi selain dokter spesialis, perlu psikolog atau psikiater untuk mendukung proses penyembuhan.
Dokter spesialis anak RSUD Loekmono Hadi Kudus dr. Arief Faiza menjelaskan kondisi pasien memang cukup kompleks, karena pasien lahir prematur, mengalami masalah pada sendi pinggul, sehingga lemah di kedua kakinya.
"Sebelumnya, sempat disarankan operasi dan rutin fisioterapi, tetapi beberapa tahun terakhir berhenti, sehingga hanya duduk saja. Kondisi ini memicu obesitas," ujarnya.
Ia menegaskan penanganan harus dilakukan secara komprehensif melibatkan dokter spesialis anak, ortopedi, gizi klinik, saraf, rehabilitasi medik, serta psikolog.
"Kalau dibiarkan, obesitas bisa memicu sindrom metabolik, darah tinggi, kolesterol, hingga risiko penyakit jantung," ujarnya.
Diketahui, pasien bernama Zafira Nur Abuda (9) berasal dari keluarga tidak mampu. Kedua orang tuanya, yakni Kasiyan dan Mufiha, hanya bekerja serabutan untuk menghidupi lima anaknya.
"Kami bersyukur pemerintah mau membantu. Semoga anak kami bisa sehat dan sekolah seperti anak-anak lainnya," ucap Mufiha.
Wabup Bellinda berharap kasus ini menjadi pembelajaran bersama akan pentingnya edukasi kesehatan sejak dini.
"Obesitas bukan hanya soal makan berlebih, tapi juga minimnya aktivitas dan pengetahuan gizi. Kami mendorong masyarakat memanfaatkan Posyandu, Puskesmas, serta program kesehatan pemerintah agar anak-anak tumbuh sehat," tegasnya.
Dengan dukungan penuh Pemkab Kudus, proses perawatan Zafira diharapkan bisa berjalan berkesinambungan, sehingga anak tersebut dapat kembali memiliki kesempatan untuk beraktivitas normal dan menempuh pendidikan.

