Jateng surplus cabai dan bawang merah
Semarang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memastikan setiap tahun surplus produksi cabai dan bawang merah sehingga perlu dikelola agar saat tidak ada panen, dua komoditas ini bisa diawetkan agar tidak menjadi penyumbang inflasi.
Hal itu disampaikan Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah Provinsi Jateng Sumarno pada Aksi ASN Peduli Inflasi bersamaan dengan Peringatan HUT Ke-53 KORPRI yang berlangsung di Halaman Gedung Gradhika Bhakti Praja, Jalan Pahlawan Semarang, Minggu (17/11/2024).
"Secara neraca produksi, untuk bawang merah dan capai. Kita sebetulnya surplus. Tetapi masih sering inflasi. Problemnya adalah masalah waktu panen dan kebutuhan. Kebutuhan sepanjang tahun, sedangkan masa panen hanya pada bulan tertentu," kata Sumarno.
Di Jateng, produksi cabai rawit diperkirakan mencapai 155.741 ton pada tahun ini dan produksi bawang merah diperkirakan mencapai 554.590 ton.
Sementara konsumsi cabai mencapai 148,361 ton atau terdapat surplus sebanyak 7.380 ton dan konsumsi bawang merah sebanyak 211.058 ton, sehingga surplus 343.532 ton.
Adanya kendala masa panen yang hanya pada bulan tertentu, sedangkan kebutuhan sepanjang tahun, Sumarno menjelaskan perlu mengawetkan dua komoditas tersebut di saat musim panen.
Sumarno optimistis saat masyarakat sudah memanfaatkan cabai kering dan pasta bawang, maka inflasi diharapkan bisa terjaga dengan baik yakni pada ring yang telah ditetapkan dalam perencanaan inflasi 2,5 plus minus satu.
"Cabai dan bawang bisa diawetkan. Kalau masyarakat terbiasa mengonsumsinya, maka akan lebih mudah mengelola hasil panen sehingga bisa mencukupi kebutuhan sepanjang tahun dan inflasi terjaga," kata Sumarno.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng Rahmat Dwisaputra menambahkan BI membantu Pemprov Jateng mulai dari sisi hulu dan hilir, yakni dengan meningkatkan kapasitas produksi dan menghasilkan produk olahan seperti cabai kering dan bawang merah pasta.
"Kami menyadari tantangan yang dihadapi dalam menjaga kestabilan harga, baik pada saat pasokan berkurang maupun saat pasokan berlimpah akibat panen raya," kata Rahmat.
Bank Indonesia menilai, kata Rahmat, dengan produk olahan cabai kering dan bawang merah pasta, menjadi solusi strategis memperpanjang waktu konsumsi sekaligus menambah nilai ekonomi produk. ***
Hal itu disampaikan Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah Provinsi Jateng Sumarno pada Aksi ASN Peduli Inflasi bersamaan dengan Peringatan HUT Ke-53 KORPRI yang berlangsung di Halaman Gedung Gradhika Bhakti Praja, Jalan Pahlawan Semarang, Minggu (17/11/2024).
"Secara neraca produksi, untuk bawang merah dan capai. Kita sebetulnya surplus. Tetapi masih sering inflasi. Problemnya adalah masalah waktu panen dan kebutuhan. Kebutuhan sepanjang tahun, sedangkan masa panen hanya pada bulan tertentu," kata Sumarno.
Di Jateng, produksi cabai rawit diperkirakan mencapai 155.741 ton pada tahun ini dan produksi bawang merah diperkirakan mencapai 554.590 ton.
Sementara konsumsi cabai mencapai 148,361 ton atau terdapat surplus sebanyak 7.380 ton dan konsumsi bawang merah sebanyak 211.058 ton, sehingga surplus 343.532 ton.
Adanya kendala masa panen yang hanya pada bulan tertentu, sedangkan kebutuhan sepanjang tahun, Sumarno menjelaskan perlu mengawetkan dua komoditas tersebut di saat musim panen.
Sumarno optimistis saat masyarakat sudah memanfaatkan cabai kering dan pasta bawang, maka inflasi diharapkan bisa terjaga dengan baik yakni pada ring yang telah ditetapkan dalam perencanaan inflasi 2,5 plus minus satu.
"Cabai dan bawang bisa diawetkan. Kalau masyarakat terbiasa mengonsumsinya, maka akan lebih mudah mengelola hasil panen sehingga bisa mencukupi kebutuhan sepanjang tahun dan inflasi terjaga," kata Sumarno.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng Rahmat Dwisaputra menambahkan BI membantu Pemprov Jateng mulai dari sisi hulu dan hilir, yakni dengan meningkatkan kapasitas produksi dan menghasilkan produk olahan seperti cabai kering dan bawang merah pasta.
"Kami menyadari tantangan yang dihadapi dalam menjaga kestabilan harga, baik pada saat pasokan berkurang maupun saat pasokan berlimpah akibat panen raya," kata Rahmat.
Bank Indonesia menilai, kata Rahmat, dengan produk olahan cabai kering dan bawang merah pasta, menjadi solusi strategis memperpanjang waktu konsumsi sekaligus menambah nilai ekonomi produk. ***