Boyolali (ANTARA) - Wilayah perbatasan tidak jarang menjadi daerah yang kurang mendapatkan prioritas pembangunan. Selain jauh dari pusat keramaian, yang menjadi pertimbangan adalah pergerakan ekonominya tidak secepat di perkotaan.
Kondisi tersebut membuat sebagian masyarakat yang tinggal di perbatasan lebih memilih untuk mencari hiburan di pusat kota atau bahkan di kota lain. Seperti halnya warga di Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Tinggal di daerah perbatasan antara Boyolali, Sragen, Purwodadi, dan Karanganyar, membuat sebagian warga harus menempuh rute jauh, setidaknya lebih dari 30 menit untuk mencari hiburan atau alternatif wisata lain dari yang ada di daerahnya.
Hal ini menjadi alasan Pertamina membuat tempat wisata bernama Puncak Patra di Desa Sarimulyo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali. Puncak Patra ini berada di wilayah ketinggian dengan dikelilingi oleh hutan. Oleh karena itu, sejauh mata memandang, pengunjung akan disuguhi dengan pemandangan yang menyejukkan mata.
Apalagi jika memasuki penghujan, hamparan hijau seolah menjadi selimut tebal bagi desa tersebut.
Di Puncak Patra ini, Pertamina membuat mini kebun binatang dengan beberapa satwa, di antaranya kera, kelinci, rusa Timor, dan ular. Selain itu, ada pula tempat yang bisa digunakan untuk berjualan bagi warga yang memiliki usaha kuliner.
Oleh karena itu, warga yang datang bisa berwisata sekaligus kulineran.
Puncak Patra sendiri dibuka oleh Pertamina belum lama ini, tepatnya di bulan Agustus yang usai Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Republik Indonesia.
Untuk menyemarakkan pembukaan tersebut, diselenggarakan karnaval yang diikuti oleh warga sekitar. Mereka tampak sumringah mengikuti karnaval. Ada beberapa wanita lanjut usia yang bersemangat mengenakan seragam SMA dan beberapa anak kecil yang menggunakan kostum domba.
Semangat dan keceriaan mereka seolah menandakan kegembiraan atas dibukanya Puncak Patra tersebut di desa mereka.
Desa Mina Wisata
Upaya Pertamina juga memperoleh dukungan penuh dari pemerintah desa setempat. Kepala Desa Sarimulyo Suyatno menuturkan untuk pengembangan potensi wisata Puncak Patra tersebut, digabungkan sektor perikanan dan pariwisata sehingga menjadi Desa Mina Wisata.
Ia mengatakan konsep pengembangan kawasan Desa Mina Wisata tersebut berawal dari keinginan masyarakat. Salah satunya ingin mengembalikan fungsi hutan, yakni sebagai sumber air.
Dengan keberadaan Puncak Patra yang pembangunannya tetap dengan konsep alam dan terbuka, diharapkan mampu meningkatkan kepedulian masyarakat untuk ikut menjaga kelestarian lingkungan.
"Kami ingin mengembalikan kawasan hutan seperti dulu zaman saya masih kecil. Dulu itu hutannya lebat, sumber airnya melimpah," katanya.
Di sisi lain, ia juga mengapresiasi Puncak Patra yang juga menyediakan tempat bagi sebagian warga untuk mencari rejeki.
"Kami juga bisa meningkatkan ekonomi di Sarimulyo dan sekitarnya. Pemandangan indah, kuliner, saya yakin akan bisa berkembang sangat baik. Lokasi ini ada di antara Kabupaten Sragen, Purwodadi, Karanganyar, Solo, Boyolali, harapannya bisa jadi sentra wisata di Boyolali sebelah utara," katanya.
Area Manager Communication, Relations, & Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Brasto Galih Nugroho mengatakan peluncuran Desa Mina Wisata Sarimulyo Puncak Patra ini merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) perusahaan BUMN tersebut.
Potensi perikanan dan wisata bisa diintegrasikan di Puncak Patra. Dengan begitu, diharapkan dapat mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) atau tujuan pembangunan berkelanjutan.
"Termasuk juga untuk kelestarian lingkungan," katanya.
Ia berharap dengan keberadaan Puncak Patra tersebut mampu membuka peluang ekonomi baru melalui pariwisata.
"Masyarakat menjadi lebih mandiri dan sejahtera," katanya.