Sentra Terpadu Kartini asesmen anak penderita CdLS di Semarang
Temanggung (ANTARA) - Sentra Terpadu Kartini Kementerian Sosial di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, melakukan asesmen pada anak penderita Cornenila de Lange Syndrome (CdLS) di Kota Semarang.
Kepala Sentra Terpadu Kartini Margowiyono di Temanggung, Selasa, mengatakan asesmen tersebut merupakan langkah awal untuk menentukan layanan Asistensi Rehabilitasi Sosial (Atensi) yang dibutuhkan oleh penerima manfaaf.
Kegiatan asesmen itu dilaksanakan oleh pekerja sosial dan okupasi terapis.
"Asesmen ini menyasar empat anak dengan CdLS bertujuan untuk menggali masalah, kebutuhan yang diperlukan, dan mencari potensi yang dimiliki anak tersebut," katanya.
Menurut dia, sebelumnya Sentra Terpadu Kartini di Temanggung telah memberikan Atensi berupa layanan aksesibilitas terapi khusus bagi salah satu penderita CdLS di Kabupaten Temanggung.
"Satu tahun terakhir, kami telah memberi layanan terapi khusus kepada satu penderita CdLS. Perkembangannya cukup signifikan," katanya.
Dia mengatakan, asesmen yang dilakukan tersebut ke depan akan intens memberi layanan Atensi kepada penderita CdLS yang lain karena selama ini belum banyak mendapatkan perhatian.
Ketua Yayasan Sindrome Cornelia Indonesia Joko Supeno menyampaikan bahwa saat ini ada 79 penderita CdLS di Indonesia yang tergabung dalam komunitas dan yayasan.
Dia mengatakan, orang tua dengan anak CdLS selama ini masih berjuang sendiri-sendiri. Bahkan, banyak di antara orang tua yang sebelumnya tidak mengetahui kelainan genetik yang dialami anak mereka.
"Kami sudah pernah ditolong oleh Sentra Terpadu Kartini di Temanggung. Kebetulan salah satu anak CdLS ada di Temanggung. Kami mohon kepada Kemensos untuk bisa memberikan layanan kepada anak-anak kami yang lain," katanya.
Ia menjelaskan CdLS merupakan kondisi genetik langka yang mempengaruhi pertumbuhan fisik, perkembangan kognitif, serta memiliki ciri-ciri wajah yang khas.
"Kondisi anak CdLS yang mengalami gangguan fisik, organ dalam, dan mental sangat membutuhkan bantuan baik pemenuhan kebutuhan dasar maupun akses layanan kesehatan," ujarnya.
Baca juga: Menteri PPPA ingin perempuan Indonesia berdaya secara ekonomi
Kepala Sentra Terpadu Kartini Margowiyono di Temanggung, Selasa, mengatakan asesmen tersebut merupakan langkah awal untuk menentukan layanan Asistensi Rehabilitasi Sosial (Atensi) yang dibutuhkan oleh penerima manfaaf.
Kegiatan asesmen itu dilaksanakan oleh pekerja sosial dan okupasi terapis.
"Asesmen ini menyasar empat anak dengan CdLS bertujuan untuk menggali masalah, kebutuhan yang diperlukan, dan mencari potensi yang dimiliki anak tersebut," katanya.
Menurut dia, sebelumnya Sentra Terpadu Kartini di Temanggung telah memberikan Atensi berupa layanan aksesibilitas terapi khusus bagi salah satu penderita CdLS di Kabupaten Temanggung.
"Satu tahun terakhir, kami telah memberi layanan terapi khusus kepada satu penderita CdLS. Perkembangannya cukup signifikan," katanya.
Dia mengatakan, asesmen yang dilakukan tersebut ke depan akan intens memberi layanan Atensi kepada penderita CdLS yang lain karena selama ini belum banyak mendapatkan perhatian.
Ketua Yayasan Sindrome Cornelia Indonesia Joko Supeno menyampaikan bahwa saat ini ada 79 penderita CdLS di Indonesia yang tergabung dalam komunitas dan yayasan.
Dia mengatakan, orang tua dengan anak CdLS selama ini masih berjuang sendiri-sendiri. Bahkan, banyak di antara orang tua yang sebelumnya tidak mengetahui kelainan genetik yang dialami anak mereka.
"Kami sudah pernah ditolong oleh Sentra Terpadu Kartini di Temanggung. Kebetulan salah satu anak CdLS ada di Temanggung. Kami mohon kepada Kemensos untuk bisa memberikan layanan kepada anak-anak kami yang lain," katanya.
Ia menjelaskan CdLS merupakan kondisi genetik langka yang mempengaruhi pertumbuhan fisik, perkembangan kognitif, serta memiliki ciri-ciri wajah yang khas.
"Kondisi anak CdLS yang mengalami gangguan fisik, organ dalam, dan mental sangat membutuhkan bantuan baik pemenuhan kebutuhan dasar maupun akses layanan kesehatan," ujarnya.
Baca juga: Menteri PPPA ingin perempuan Indonesia berdaya secara ekonomi