Pemkab Sukoharjo lakukan langkah antisipasi hadapi lonjakan kasus DBD
Sukoharjo (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah melakukan sejumlah langkah antisipasi dalam menghadapi lonjakan kasus demam berdarah dengue (DBD) yang terjadi beberapa waktu terakhir.
Direktur RSUD Ir Soekarno Yunia Wahdiyati di Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah Sabtu mengatakan, salah satu upaya yang dilakukan yakni menambah kapasitas tepat tidur di ruangan rawat inap.
"Kami menambah kapasitas dengan menarik tempat tidur dari ruangan yang saat ini sedang direnovasi," katanya.
Selain itu, pihaknya juga memastikan ketersediaan peralatan yang dibutuhkan untuk penerimaan pasien di instalasi gawat darurat (IGD).
"Kami menarik strecher atau brankar dari bangsal dan rawat jalan untuk ditambah di IGD," katanya.
Pihaknya juga menyiapkan obat-obatan dan bahan medis habis pakai serta perbekalan kesehatan.
"Ini menyesuaikan kebutuhan pasien," katanya.
Sementara itu, dikatakannya, sejak awal bulan Maret hingga saat ini pasien dengan kasus DBD yang ditangani oleh RSUD Ir Soekarno mencapai 88 kasus. Dari total kasus yang ada, satu di antaranya meninggal dunia.
Menurut dia, kebanyakan pasien yang datang dengan kondisi demam, nyeri perut, mual, muntah, nyeri kepala. Beberapa di antaranya juga mengalami batuk dan sesak napas.
"Satu kasus meninggal ini pasien dengan usia delapan tahun. Datang dengan demam dan dari pemeriksaan laboratorium ada penurunan trombosit. Tetapi tidak ada tanda perdarahan, sehingga belum bisa dimasukkan sebagai DBD," katanya.
Baca juga: Dinkes Boyolali: Kasus DBD 2024 tren terus menurun
Direktur RSUD Ir Soekarno Yunia Wahdiyati di Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah Sabtu mengatakan, salah satu upaya yang dilakukan yakni menambah kapasitas tepat tidur di ruangan rawat inap.
"Kami menambah kapasitas dengan menarik tempat tidur dari ruangan yang saat ini sedang direnovasi," katanya.
Selain itu, pihaknya juga memastikan ketersediaan peralatan yang dibutuhkan untuk penerimaan pasien di instalasi gawat darurat (IGD).
"Kami menarik strecher atau brankar dari bangsal dan rawat jalan untuk ditambah di IGD," katanya.
Pihaknya juga menyiapkan obat-obatan dan bahan medis habis pakai serta perbekalan kesehatan.
"Ini menyesuaikan kebutuhan pasien," katanya.
Sementara itu, dikatakannya, sejak awal bulan Maret hingga saat ini pasien dengan kasus DBD yang ditangani oleh RSUD Ir Soekarno mencapai 88 kasus. Dari total kasus yang ada, satu di antaranya meninggal dunia.
Menurut dia, kebanyakan pasien yang datang dengan kondisi demam, nyeri perut, mual, muntah, nyeri kepala. Beberapa di antaranya juga mengalami batuk dan sesak napas.
"Satu kasus meninggal ini pasien dengan usia delapan tahun. Datang dengan demam dan dari pemeriksaan laboratorium ada penurunan trombosit. Tetapi tidak ada tanda perdarahan, sehingga belum bisa dimasukkan sebagai DBD," katanya.
Baca juga: Dinkes Boyolali: Kasus DBD 2024 tren terus menurun