Dosen Teknologi Laboratorium Medik UMP sosialisasikan pencegahan TBC di Kebumen
Indonesia merupakan negara peringkat kedua teratas jumlah penderita TBC
Purwokerto (ANTARA) - Dosen Program Studi Teknologi Laboratorium Medik D4 Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) Kurniawan mengadakan sosialisasi kesehatan dalam hal pencegahan penularan penyakit tuberculosis (TBC) bertajuk "Peran Serta Masyarakat Dalam Penanganan Penyakit TBC".
Sosiasialisasi yang dikemas dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat tersebut digelar di Aula Balai Desa Adiwarno, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen, Senin (21/8).
"Desa Adiwarno merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen, yang terdiri atas 5 dusun dengan topografi berupa dataran rendah dan perbukitan. Desa ini memiliki tingkat kesehatan penduduk yang beragam. Meskipun desa ini cukup dekat dengan Puskesmas, namun masih ditemukan adanya penduduk yang menderita penyakit menular seperti penyakit tuberculosis," kata Kurniawan di Purwokerto, Jumat (25/8).
Menurut dia, penyakit TBC merupakan suatu penyakit menular yang umumnya menyerang organ paru-paru akibat infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Ia mengatakan penyakit tersebut bisa dicegah dan disembuhkan dengan waktu penyembuhan yang lama, yakni berkisar 6-8 bulan.
"Indonesia merupakan negara peringkat kedua teratas jumlah penderita TBC sehingga pemerintah memiliki komitmen serius untuk melakukan eliminasi penyakit ini," jelasnya.
Berbagai upaya penyehatan masyarakat, lanjut dia, telah dilakukan pemerintah desa dengan menggandeng beberapa pihak seperti puskesmas dan dinas kesehatan.
Menurut dia, sinergi di antara pihak-pihak tersebut diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti posyandu, posbindu, sosialisasi, dan juga pembentukan kader kesehatan di tingkat desa mengingat eliminasi penyakit tersebut memerlukan peran serta semua pihak seperti warga masyarakat.
"Penanganan penyakit TBC, telah terbentuk kader TBC perwakilan dari tiap dusun yang bertugas untuk mencari dan menemukan warga suspek TBC. Mendampingi dan mengontrol kepatuhan minum obat TBC bagi warga positif TBC sampai sembuh," katanya.
Menurut dia, kader TBC itu bekerja secara sukarela dan dibutuhkan kepedulian dan keikhlasan yang tinggi.
Namun pada praktiknya di lapangan, kata dia, masih ditemukan beberapa permasalahan dan kendala sehingga kinerja dari kader belum optimal.
Baca juga: Bekali mahasiswa dengan kompetensi kerja, CDC UMP gelar SUCCESS
“Atas dasar tersebut, maka pada hari Senin (21/8) kemarin, kami telah melakukan sosialisasi yang diikuti oleh ibu-ibu PKK, kader kesehatan, perangkat desa, dan juga perwakilan dari masing-masing RT Desa Adiwarno. Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama antara pemerintah Desa Adiwarno, Puskesmas Buayan, dan Mahasiswa KKN Kelompok 18 UMP Periode Gasal 2023-2024," jelasnya.
Lebih lanjut, Kurniawan mengatakan pada kegiatan tersebut, peserta diberikan informasi terkait dengan penyakit TBC, program eliminasi TBC dari pemerintah, dan peran serta masyarakat dalam program eliminasi TBC. Kader TBC dapat berperan serta dalam sosialisasi Program DOTS (Directly Observed Treatment Short Course) dan TOSS (Temukan TBC Obati Sampai Sembuh) yang merupakan dua program utama dalam upaya eliminasi penyakit TBC kepada Masyarakat luas.
"Harapannya, melalui kedua program ini, pasien TBC dapat ditemukan, didata, ditangani, dan disembuhkan secara tuntas, sehingga tidak ada lagi warga desa yang menderita penyakit TBC," ungkapnya.
Pada sesi diskusi, kata dia, salah satu peserta dari kader TBC mengemukakan tentang sulitnya mencari dan menemukan warga suspek TBC karena kebanyakan warga merasa malu dan khawatir mendapatkan diskriminasi ketika ketahuan menderita TBC.
Oleh karena itu, lanjut dia, banyak warga yang tidak mau didata ketika kader TBC mendatangi rumah mereka.
"Ketika warga suspek TBC sudah bersedia didata, ada kesulitan untuk mengumpulkan sampel sputum mengingat warga belum teredukasi tentang cara pengumpulan sputum yang baik dan benar," katanya.
Ia mengharapkan pihak terkait seperti puskesmas dapat mengadakan pelatihan pengumpulan sampel sputum bagi kader TBC.
"Untuk mengoptimalkan kerja, perlu juga ditambahkan jumlah kader TBC yang ada di Desa Adiwarno ini, yang dapat diambilkan dari perwakilan setiap dusun atau RW sehingga pembagian wilayah tugas tidak terlalu luas dan ketika ada kasus suspek TBC dapat terdeteksi dengan cepat," kata Kurniawan.
Sementara itu, Kepala Desa Adiwarno Wawan Rajiko mengucapkan terima kasih dan apresiasi tinggi kepada pemateri dan mahasiswa KKN UMP yang telah menginiasi kegiatan tersebut.
"Para peserta sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Semoga dengan adanya kegiatan ini, dapat memacu dan memotivasi semua kader TBC dan juga kader kesehatan desa dalam membantu mewujudkan Desa Adiwarno yang Sehat dan Mantap," ungkapnya. (*/tgr)
Baca juga: Bus BTS Trans Banyumas layani penumpang di Kampus UMP
Baca juga: Refleksi Hari Kemerdekaan RI, Rektor UMP sampaikan ini soal UMKM
Sosiasialisasi yang dikemas dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat tersebut digelar di Aula Balai Desa Adiwarno, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen, Senin (21/8).
"Desa Adiwarno merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen, yang terdiri atas 5 dusun dengan topografi berupa dataran rendah dan perbukitan. Desa ini memiliki tingkat kesehatan penduduk yang beragam. Meskipun desa ini cukup dekat dengan Puskesmas, namun masih ditemukan adanya penduduk yang menderita penyakit menular seperti penyakit tuberculosis," kata Kurniawan di Purwokerto, Jumat (25/8).
Menurut dia, penyakit TBC merupakan suatu penyakit menular yang umumnya menyerang organ paru-paru akibat infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Ia mengatakan penyakit tersebut bisa dicegah dan disembuhkan dengan waktu penyembuhan yang lama, yakni berkisar 6-8 bulan.
"Indonesia merupakan negara peringkat kedua teratas jumlah penderita TBC sehingga pemerintah memiliki komitmen serius untuk melakukan eliminasi penyakit ini," jelasnya.
Berbagai upaya penyehatan masyarakat, lanjut dia, telah dilakukan pemerintah desa dengan menggandeng beberapa pihak seperti puskesmas dan dinas kesehatan.
Menurut dia, sinergi di antara pihak-pihak tersebut diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti posyandu, posbindu, sosialisasi, dan juga pembentukan kader kesehatan di tingkat desa mengingat eliminasi penyakit tersebut memerlukan peran serta semua pihak seperti warga masyarakat.
"Penanganan penyakit TBC, telah terbentuk kader TBC perwakilan dari tiap dusun yang bertugas untuk mencari dan menemukan warga suspek TBC. Mendampingi dan mengontrol kepatuhan minum obat TBC bagi warga positif TBC sampai sembuh," katanya.
Menurut dia, kader TBC itu bekerja secara sukarela dan dibutuhkan kepedulian dan keikhlasan yang tinggi.
Namun pada praktiknya di lapangan, kata dia, masih ditemukan beberapa permasalahan dan kendala sehingga kinerja dari kader belum optimal.
Baca juga: Bekali mahasiswa dengan kompetensi kerja, CDC UMP gelar SUCCESS
“Atas dasar tersebut, maka pada hari Senin (21/8) kemarin, kami telah melakukan sosialisasi yang diikuti oleh ibu-ibu PKK, kader kesehatan, perangkat desa, dan juga perwakilan dari masing-masing RT Desa Adiwarno. Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama antara pemerintah Desa Adiwarno, Puskesmas Buayan, dan Mahasiswa KKN Kelompok 18 UMP Periode Gasal 2023-2024," jelasnya.
Lebih lanjut, Kurniawan mengatakan pada kegiatan tersebut, peserta diberikan informasi terkait dengan penyakit TBC, program eliminasi TBC dari pemerintah, dan peran serta masyarakat dalam program eliminasi TBC. Kader TBC dapat berperan serta dalam sosialisasi Program DOTS (Directly Observed Treatment Short Course) dan TOSS (Temukan TBC Obati Sampai Sembuh) yang merupakan dua program utama dalam upaya eliminasi penyakit TBC kepada Masyarakat luas.
"Harapannya, melalui kedua program ini, pasien TBC dapat ditemukan, didata, ditangani, dan disembuhkan secara tuntas, sehingga tidak ada lagi warga desa yang menderita penyakit TBC," ungkapnya.
Pada sesi diskusi, kata dia, salah satu peserta dari kader TBC mengemukakan tentang sulitnya mencari dan menemukan warga suspek TBC karena kebanyakan warga merasa malu dan khawatir mendapatkan diskriminasi ketika ketahuan menderita TBC.
Oleh karena itu, lanjut dia, banyak warga yang tidak mau didata ketika kader TBC mendatangi rumah mereka.
"Ketika warga suspek TBC sudah bersedia didata, ada kesulitan untuk mengumpulkan sampel sputum mengingat warga belum teredukasi tentang cara pengumpulan sputum yang baik dan benar," katanya.
Ia mengharapkan pihak terkait seperti puskesmas dapat mengadakan pelatihan pengumpulan sampel sputum bagi kader TBC.
"Untuk mengoptimalkan kerja, perlu juga ditambahkan jumlah kader TBC yang ada di Desa Adiwarno ini, yang dapat diambilkan dari perwakilan setiap dusun atau RW sehingga pembagian wilayah tugas tidak terlalu luas dan ketika ada kasus suspek TBC dapat terdeteksi dengan cepat," kata Kurniawan.
Sementara itu, Kepala Desa Adiwarno Wawan Rajiko mengucapkan terima kasih dan apresiasi tinggi kepada pemateri dan mahasiswa KKN UMP yang telah menginiasi kegiatan tersebut.
"Para peserta sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Semoga dengan adanya kegiatan ini, dapat memacu dan memotivasi semua kader TBC dan juga kader kesehatan desa dalam membantu mewujudkan Desa Adiwarno yang Sehat dan Mantap," ungkapnya. (*/tgr)
Baca juga: Bus BTS Trans Banyumas layani penumpang di Kampus UMP
Baca juga: Refleksi Hari Kemerdekaan RI, Rektor UMP sampaikan ini soal UMKM