Magelang (ANTARA) - Kirab Cap Go Meh yang diselenggarakan Kelenteng Liong Hok Bio Kota Magelang merupakan salah satu wujud toleransi warga di kota ini, kata Wali Kota Magelang Muchamad Nur Aziz.
"Warga Magelang harus belajar banyak tentang toleransi dan kita harus pertahankan bahwa Kota Magelang ini menjadi rumah bersama yaitu toleransi," katanya di Magelang, Minggu.
Ia menyampaikan hal tersebut usai menyaksikan kirab Cap Go Meh yang melibatkan sekitar 20 kesenian tradisional.
Kirab tersebut selain menampilkan barongsai juga drum band Akademi Militer, dan kesenian tradisional, antara lain topeng ireng, buto gimbal, dolalak, reog, kuda lumping, dan soreng.
Aziz menyampaikan toleransi tidak hanya budaya tetapi juga perilaku warga.
"Kita ini sejajar tidak ada yg lebih tinggi, tidak ada yang lebih rendah, tidak ada mayoritas dan tidak ada minoritas, sama semua. Di hadapan Tuhan yang paling mulia adalah yang banyak kebaikan," katanya.
Dia menyebut kegiatan ini sebagai luar biasa karena warga keturunan Tionghoa di daerah itu dapat mewujudkan kirab Cap Go Meh yang mungkin gambarannya sederhana, sekarang menjadi atraktif dan menampilkan budaya-budaya lokal sebagai hal yang penting.
"Tidak hanya sekadar barongsai yang ditampilkan, tetapi budaya lokal bisa ditampilkan. Mudah-mudahan ke depan akan menampilkan seperti itu, sehingga masyarakat bisa terhibur," katanya.
Penasihat TITD Liong Hok Bio David Herman Jaya mengatakan kegiatan ini melibatkan kesenian tradisional sebagai wujud kebersamaan.
"Kegiatan ini sudah berjalan tiap tahun, kebersamaan budaya, Bhinneka Tunggal Ika kita harus bersama dengan budaya lokal," katanya.
Ia menuturkan setelah kirab Cap Go Meh dilakukan pembagian sekitar 3.000 lontong Cap Go Meh kepada masyarakat secara gratis.
"Lontong Cap Go Meh adanya di Indonesia. Jadi Cap Go Meh itu budaya Tionghoa kita kasih lontong menjadi lontong Cap Go Meh," katanya.
Baca juga: Puhua School rajut persatuan melalui seni budaya dan kuliner Tionghoa