Temanggung (ANTARA) - Bupati Temanggung M. Al Khadziq menyampaikan, potensi bencana di wilayah Kabupaten Temanggung tinggi, baik bencana alam seperti tanah longsor, gempa bumi, kebakaran hutan maupun bencana nonalam.
"Bencana nonalam seperti pandemi, kegagalan teknologi, konflik sosial yang dapat terejadi sewaktu-waktu," kata Bupati Temanggung dalam sambutan tertulis yang dibacakan Kapolres Temanggung AKBP Agus Purwadi di Temanggung, Jawa Tengah, Selasa.
Ia menyampaikan hal tersebut pada apel gelar pasukan dan gladi posko dalam rangka kesiapsiagaan bencana di Kabupaten Temanggung yang diselenggarakan di Halaman BPBD Kabupaten Temanggung.
Menurut dia, kondisi georafis Kabupaten Temanggung berupa pegunungan, dimana banyak terdapat lereng, tebing, dan jurang ditambah berkurangnya cagar alam seperti pepohonan dan rumpun bambu yang melindungi permukiman, menjadi salah satu penyumbang tingginya potensi bencana di wilayah setempat.
Ia menyampaikan, dalam rangka pengurangan risiko bencana agar masyarakat bersedia meluangkan waktu untuk menyelenggarakan latihan/simulasi kesiapsiagaan bencana sesuai situasi, kondisi, dan potensi ancaman bencana di lingkungan kerja masing-masing.
"Saya harap melalui latihan dan simulasi berkala masyarakat dapat lebih siap dan memiliki pengetahuan yang memadai dalam menghadapi bencana yang sewaktu-waktu dapat terjadi," katanya.
Menurut dia masyarakat harus mengetahui jalur dan tempat evakuasi, upaya perlindungan diri yang paling aman sehingga akan meminimalisir jumlah korban. Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan merupakan salah satu upaya mitigasi bencana menuju Indonesia tangguh bencana.
Ia menuturkan salah satu kelompok rentan terdampak bencana adalah kaum lansia, ibu dan anak-anak. Kelompok ini seharusnya dapat lebih terlindungi, minimal mereka memahami dan mampu melaksanakan prinsip-prinsip penyelamatan diri ketika terjadi bencana.
Oleh karena itu, katanya penting adanya sosialisasi, edukasi, dan pelatihan mitigasi bencana secara masif terhadap seluruh komponen masyartakat.
Dalam kondisi terjadi bencana harus dilaksanakan kegiatan dapur umum, pemenuhan air bersih dan sanitasi karena merupakan kebutuhan dasar bagi pengungsi. Selain itu, diperlukan pendekatan psikologi untuk memulihkan efek traumatis pascabencana.
"Saya minta kepada forum pengurangan risiko bencana (FPRB) baik di tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten untuk dapat berperan aktif dalam mengorganisir kegiatan kesiapsiagaan bencana kepada masyarakat secara masif agar tujuan besar program ini dapat tercapai," katanya.