Solo (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) menyebut Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Surakarta terus berupaya menekan angka inflasi daerah dengan melakukan berbagai upaya. BI pun mengungkap pemicu tekanan inflasi salah satunya juga dipicu banyak event di kota tersebut sehingga mendorong permintaan akan barang dan jasa yang tinggi.
"September inflasi Solo tertinggi di Jawa, sedangkan bulan Oktober ini tertinggi terjadi di Serang," kata Kepala BI Kantor Perwakilan Surakarta Nugroho Joko Prastowo di Solo, Jumat.
Dengan demikian, artinya angka inflasi Kota Solo mulai mengalami penurunan. Bahkan pada awal bulan lalu Solo tercatat mengalami deflasi sebesar 0,06 persen.
Ia mengatakan pada periode yang sama hampir seluruh daerah mengalami deflasi. Bahkan, untuk nasional angka deflasi 0,11 persen.
Meski deflasi, angka inflasi tahunan di Kota Solo masih relatif tinggi, yakni 7,53 persen. Tingginya angka inflasi di Solo, dikatakannya, tidak lepas dari banyaknya event yang dilaksanakan beberapa waktu terakhir.
"Karena pemulihan ekonomi Solo lebih cepat dibandingkan daerah lain. Banyak event di Solo sehingga permintaan barang dan jasa lebih tinggi dibandingkan tempat lain, sehingga tekanan inflasi di Solo juga tinggi," katanya.
Ia mengatakan beberapa upaya yang dilakukan oleh TPID di bawah kendali Pemkot Surakarta di antaranya menyelenggarakan pasar murah di berbagai titik dan kerja sama antardaerah.
"Pertemuan asisten perekonomian Subosukowonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen, dan Klaten) juga sudah dilakukan serta beberapa perjanjian untuk suplai pasokan produk makanan sudah dimulai," katanya.
Ia mengatakan satu hal yang tidak kalah penting adalah mengubah perilaku masyarakat. Menurut dia, masyarakat diharapkan tidak hanya menjadi pembeli tetapi juga mampu memproduksi.
"Salah satunya kan cabai menjadi sumber inflasi. Apalagi bulan Desember-Januari biasanya harga naik karena musim penghujan. Oleh karena itu, ini dibagikan pohon cabai agar mengurangi permintaan dan menurunkan harga," katanya.
Perubahan kebiasaan lain misalnya tidak membeli komoditas yang pada saat itu sedang naik harga.
"Misalnya harga ayam mahal ya beralih ke ikan, cabai segar mahal ya ganti ke bubuk. Perubahan perilaku akan membantu mengurangi tekanan. Tidak harga mahal tapi ditabrak terus, nanti jadi tambah mahal," katanya.