Kebudayaan unsur penting dalam kehidupan seluruh dunia
Sokongan bersama itu sangat perlu untuk pelestarian kebudayaan secara global
Purwokerto (ANTARA) - Dekan Fakultas Ilmu Budaya dan Komunikasi (FIBK) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) Ambar Pujiyatno mengatakan kebudayaan penting untuk dilestarikan karena merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan di seluruh dunia.
"Nah, sekarang bagaimana untuk melestarikannya, salah satunya dengan adanya pertemuan G20 khususnya yang membahas tentang kebudayaan," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa.
Oleh karena itu, kata dia, Pertemuan Tingkat Menteri bidang Kebudayaan (Culture Ministers’ Meeting/CMM) G20 yang digelar di Kawasan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jateng, merupakan salah satu hal yang penting bagi Indonesia.
Menurut dia, hal itu disebabkan Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak sekali kebudayaan.
"Jadi, Indonesia itu memiliki kepentingan untuk menjaga kelestarian kebudayaan di Indonesia khususnya dan karena ini global, berarti kebudayaan yang ada di dunia pada umumnya," kata Ambar.
Baca juga: Aksi tanam pohon delegasi G20 untuk warisan budaya di kawasan Candi Borobudur
Lebih lanjut, ia mengatakan sejak terjadinya pandemi COVID-19, tempat-tempat kebudayaan maupun aktivitas kebudayaan merupakan salah satu yang terdampak sehingga aktivitasnya terhenti meskipun tidak semuanya.
Seiring dengan berakhirnya pandemi COVID-19, kata dia, saat sekarang merupakan waktu yang sangat bagus untuk membangkitkan kembali kebudayaan-kebudayaan yang ada di dunia pada umumnya.
Akan tetapi, kata dia, hal yang paling penting adalah ketersediaan biaya untuk melakukan pelestarian kebudayaan tersebut.
"Ini yang perlu didukung oleh semuanya, tidak hanya Indonesia, juga oleh seluruh anggota G20. Bahkan sebetulnya, negara-negara yang tidak masuk G20 pun saya kira ikut pula," katanya.
Selain itu, kata dia, kegiatan CMM G20 di Kawasan Borobudur merupakan momentum yang baik untuk unjuk kebudayaan Indonesia kepada dunia.
Oleh karena itu, lanjut dia, berbagai pertunjukan kebudayaan termasuk kirab digelar di Kawasan Borobudur sebagai upaya untuk mengenalkan budaya Indonesia ke luar negeri.
Baca juga: Kirab budaya G20 tumbuhkan kreativitas warga
Ia mengharapkan dengan adanya kegiatan CMM G20 itu ada usaha untuk pelestarian kebudayaan yang disokong oleh semua negara dengan memberikan dana pemeliharaan karena merasa ikut memiliki peninggalan kebudayaan tersebut.
"Sokongan bersama itu sangat perlu untuk pelestarian kebudayaan secara global," tegasnya.
Terkait dengan keberadaan Candi Borobudur, Ambar mengatakan jika beberapa waktu lalu sempat ada rencana perubahan harga tiket untuk naik ke atas candi termegah itu, sehingga harganya terkesan sangat mahal.
Menurut dia, perubahan harga tiket tersebut penting dilakukan karena merupakan salah satu cara untuk menjaga kelestarian Candi Borobudur supaya tidak punah terlalu cepat.
"Hendaknya perubahan harga tiket Candi Borobudur tidak perlu signifikan karena yang harus ditingkatkan adalah penjagaan atau pengamanannya seiring dengan adanya kekhawatiran candi tersebut akan cepat rusak apabila setiap pengunjung naik ke atas Candi Borobudur," kata Ambar.
Baca juga: Ini tanggapan akademisi Unsoed tentang pertemuan CMM G20 di Magelang
Baca juga: Ribuan warga Borobudur ikuti kirab budaya memeriahkan G20
Baca juga: Indonesia Bertutur refleksi merawat kebudayaan secara berkelanjutan
"Nah, sekarang bagaimana untuk melestarikannya, salah satunya dengan adanya pertemuan G20 khususnya yang membahas tentang kebudayaan," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa.
Oleh karena itu, kata dia, Pertemuan Tingkat Menteri bidang Kebudayaan (Culture Ministers’ Meeting/CMM) G20 yang digelar di Kawasan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jateng, merupakan salah satu hal yang penting bagi Indonesia.
Menurut dia, hal itu disebabkan Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak sekali kebudayaan.
"Jadi, Indonesia itu memiliki kepentingan untuk menjaga kelestarian kebudayaan di Indonesia khususnya dan karena ini global, berarti kebudayaan yang ada di dunia pada umumnya," kata Ambar.
Baca juga: Aksi tanam pohon delegasi G20 untuk warisan budaya di kawasan Candi Borobudur
Lebih lanjut, ia mengatakan sejak terjadinya pandemi COVID-19, tempat-tempat kebudayaan maupun aktivitas kebudayaan merupakan salah satu yang terdampak sehingga aktivitasnya terhenti meskipun tidak semuanya.
Seiring dengan berakhirnya pandemi COVID-19, kata dia, saat sekarang merupakan waktu yang sangat bagus untuk membangkitkan kembali kebudayaan-kebudayaan yang ada di dunia pada umumnya.
Akan tetapi, kata dia, hal yang paling penting adalah ketersediaan biaya untuk melakukan pelestarian kebudayaan tersebut.
"Ini yang perlu didukung oleh semuanya, tidak hanya Indonesia, juga oleh seluruh anggota G20. Bahkan sebetulnya, negara-negara yang tidak masuk G20 pun saya kira ikut pula," katanya.
Selain itu, kata dia, kegiatan CMM G20 di Kawasan Borobudur merupakan momentum yang baik untuk unjuk kebudayaan Indonesia kepada dunia.
Oleh karena itu, lanjut dia, berbagai pertunjukan kebudayaan termasuk kirab digelar di Kawasan Borobudur sebagai upaya untuk mengenalkan budaya Indonesia ke luar negeri.
Baca juga: Kirab budaya G20 tumbuhkan kreativitas warga
Ia mengharapkan dengan adanya kegiatan CMM G20 itu ada usaha untuk pelestarian kebudayaan yang disokong oleh semua negara dengan memberikan dana pemeliharaan karena merasa ikut memiliki peninggalan kebudayaan tersebut.
"Sokongan bersama itu sangat perlu untuk pelestarian kebudayaan secara global," tegasnya.
Terkait dengan keberadaan Candi Borobudur, Ambar mengatakan jika beberapa waktu lalu sempat ada rencana perubahan harga tiket untuk naik ke atas candi termegah itu, sehingga harganya terkesan sangat mahal.
Menurut dia, perubahan harga tiket tersebut penting dilakukan karena merupakan salah satu cara untuk menjaga kelestarian Candi Borobudur supaya tidak punah terlalu cepat.
"Hendaknya perubahan harga tiket Candi Borobudur tidak perlu signifikan karena yang harus ditingkatkan adalah penjagaan atau pengamanannya seiring dengan adanya kekhawatiran candi tersebut akan cepat rusak apabila setiap pengunjung naik ke atas Candi Borobudur," kata Ambar.
Baca juga: Ini tanggapan akademisi Unsoed tentang pertemuan CMM G20 di Magelang
Baca juga: Ribuan warga Borobudur ikuti kirab budaya memeriahkan G20
Baca juga: Indonesia Bertutur refleksi merawat kebudayaan secara berkelanjutan