BMKG: Hujan lebat rendam sejumlah kawasan di Cilacap dan Banyumas
Cilacap (ANTARA) - Bencana banjir yang melanda Kabupaten Cilacap dan Banyumas dipicu hujan dengan intensitas sangat lebat pada Kamis (17/3) malam hingga dini hari Jumat, kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meterologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo.
"Berdasarkan pantauan curah hujan di sejumlah lokasi pada tanggal 18 Maret 2022, curah hujan yang terjadi di Kabupaten Cilacap, Banyumas, dan Purbalingga masuk kategori lebat hingga sangat. Bahkan ada yang masuk kategori ekstrem," katanya di Cilacap, Jawa Tengah, Jumat.
Dalam hal ini, kata dia, data curah hujan yang terpantau di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Jeruklegi, Cilacap, tercatat mencapai 215 milimeter atau masuk kategori ekstrem karena lebih dari 150 milimeter selama 24 jam.
Baca juga: Banjir kembali genangi sejumlah wilayah Banyumas
Baca juga: Diguyur hujan lebat, banjir genangi sejumlah wilayah di Cilacap
Sementara di Klapagading, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, tercatat 114 milimeter, dan di Losari, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, sebesar 102 milimeter sehingga masuk kategori sangat lebat.
Sedangkan di Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap tercatat 79 milimeter, Pos Meteorologi Bandara Tunggul Wulung Cilacap sebesar 58 milimeter, dan Kedungreja Cilacap mencapai 85 milimeter, sehingga masuk kategori lebat.
"Hujan sangat lebat jika curah hujan dalam 24 jam berkisar 100-150 milimeter, hujan lebat jika berkisar 50-100 milimeter," kata Teguh menjelaskan.
Lebih lanjut, dia mengatakan berdasarkan analisis cuaca sementara, angin pada ketinggian 3.000 feet yang didominasi dari arah tenggara di wilayah Jawa Tengah menyebabkan peningkatan pembentukan awan Cumulonimbus (Cb) akibat efek orografis di wilayah selatan pegunungan Jateng dengan potensi hujan intensitas sedang hingga lebat disertai petir yang dapat disertai dan/atau didahului angin kencang.
Selain itu, kata dia, kelembapan relatif yang tinggi pada lapisan 850 dan 700 milibar (mb) berkisar 70-80 persen dan 90-100 persen didukung dengan nilai indeks labilitas yang cenderung labil di wilayah kejadian mendukung untuk terbentuknya awan Cumulonimbus di sekitar wilayah Cilacap dan sekitarnya.
"Analisis citra satelit Himawari pada pukul 23.30 WIB hingga 04.00 WIB, tanggal 17-18 Maret 2022, menunjukkan adanya pertumbuhan awan konvektif (Cumulonimbus) dengan suhu puncak awan hingga minus 100 derajat Celcius," katanya.
Menurut dia, kondisi tersebut memicu terjadinya hujan dengan intensitas lebat dan sangat lebat, bahkan ekstrem di sejumlah wilayah Cilacap dan Banyumas pada Kamis (17/3) hingga Jumat (18/3) dini hari yang berdampak banjir.
Seperti diwartakan, sejumlah wilayah di Kabupaten Cilacap dan Banyumas kembali dilanda banjir pada hari Jumat (18/3) akibat hujan lebat yang terjadi sejak Kamis (17/3) malam.
Selain banjir, bencana tanah longsor juga terjadi di Desa Jurangbahas dan Randegan, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, pada Jumat (18/3) dini hari.
"Berdasarkan pantauan curah hujan di sejumlah lokasi pada tanggal 18 Maret 2022, curah hujan yang terjadi di Kabupaten Cilacap, Banyumas, dan Purbalingga masuk kategori lebat hingga sangat. Bahkan ada yang masuk kategori ekstrem," katanya di Cilacap, Jawa Tengah, Jumat.
Dalam hal ini, kata dia, data curah hujan yang terpantau di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Jeruklegi, Cilacap, tercatat mencapai 215 milimeter atau masuk kategori ekstrem karena lebih dari 150 milimeter selama 24 jam.
Baca juga: Banjir kembali genangi sejumlah wilayah Banyumas
Baca juga: Diguyur hujan lebat, banjir genangi sejumlah wilayah di Cilacap
Sementara di Klapagading, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, tercatat 114 milimeter, dan di Losari, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, sebesar 102 milimeter sehingga masuk kategori sangat lebat.
Sedangkan di Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap tercatat 79 milimeter, Pos Meteorologi Bandara Tunggul Wulung Cilacap sebesar 58 milimeter, dan Kedungreja Cilacap mencapai 85 milimeter, sehingga masuk kategori lebat.
"Hujan sangat lebat jika curah hujan dalam 24 jam berkisar 100-150 milimeter, hujan lebat jika berkisar 50-100 milimeter," kata Teguh menjelaskan.
Lebih lanjut, dia mengatakan berdasarkan analisis cuaca sementara, angin pada ketinggian 3.000 feet yang didominasi dari arah tenggara di wilayah Jawa Tengah menyebabkan peningkatan pembentukan awan Cumulonimbus (Cb) akibat efek orografis di wilayah selatan pegunungan Jateng dengan potensi hujan intensitas sedang hingga lebat disertai petir yang dapat disertai dan/atau didahului angin kencang.
Selain itu, kata dia, kelembapan relatif yang tinggi pada lapisan 850 dan 700 milibar (mb) berkisar 70-80 persen dan 90-100 persen didukung dengan nilai indeks labilitas yang cenderung labil di wilayah kejadian mendukung untuk terbentuknya awan Cumulonimbus di sekitar wilayah Cilacap dan sekitarnya.
"Analisis citra satelit Himawari pada pukul 23.30 WIB hingga 04.00 WIB, tanggal 17-18 Maret 2022, menunjukkan adanya pertumbuhan awan konvektif (Cumulonimbus) dengan suhu puncak awan hingga minus 100 derajat Celcius," katanya.
Menurut dia, kondisi tersebut memicu terjadinya hujan dengan intensitas lebat dan sangat lebat, bahkan ekstrem di sejumlah wilayah Cilacap dan Banyumas pada Kamis (17/3) hingga Jumat (18/3) dini hari yang berdampak banjir.
Seperti diwartakan, sejumlah wilayah di Kabupaten Cilacap dan Banyumas kembali dilanda banjir pada hari Jumat (18/3) akibat hujan lebat yang terjadi sejak Kamis (17/3) malam.
Selain banjir, bencana tanah longsor juga terjadi di Desa Jurangbahas dan Randegan, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, pada Jumat (18/3) dini hari.