Lulusan terbaik PGPAUD UMP, buktikan untuk menjadi guru PAUD tidak harus perempuan
Potensi terbaik yang Tuhan titipkan kepada manusia, berfondasi dan terkuat di usia ini
Purwokerto (ANTARA) - Selama ini, banyak anggapan bahwa mayoritas guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mayoritas adalah perempuan, namun hal itu tidak berlaku bagi Iwan Kurniawan.
Wisudawan terbaik Pendidikan Guru PAUD (PGPAUD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, itu justru menyatakan menjadi guru PAUD adalah panggilan jiwa.
Rasa senang pada dunia anak-anak telah mengantarkannya menjadi lulusan terbaik pertama di FKIP UMP dengan IPK 3,89 dan lama studi 3 tahun 4 bulan.
"Berpuluh tahun bergelut dengan dunia anak-anak, meyakinkan saya bahwa anak-anak adalah keajaiban yang dimiliki dunia ini. Potensi terbaik yang Tuhan titipkan kepada manusia, berfondasi dan terkuat di usia ini, sehingga saya ingin benar-benar ada di dunia anak-anak," katanya di sela prosesi Wisuda ke-68 Program Magister, Sarjana, dan Ahli Madya di Auditorium Ukhuwah Islamiyah UMP, Sabtu (26/2).
Menurut Iwan, dengan ilmu PGPAUD maka segala hal yang dilakukan akan mendapatkan tempat yang spesial di mata Tuhan, berpahala, dan berdasar.
“Latar belakang saya adalah pelatih marching band anak usia dini. Motivasi pada daya tarik dunia pendidikan anak. Pentingnya pendidikan anak usia dini, yang secara profesi, masih banyak menyimpan potensi aneka profesi yang mungkin belum tergarap, atau mungkin banyak yang belum memikirkannya," katanya.
Mindset pekerjaan, lanjut dia, biasanya yang mapan yang sudah dikenal di masyarakat menjadi fokus, sehingga kemasan dunia pendidikan anak usia dini yang modern dan prospektif tentu menjanjikan sesuatu yang berbeda ke depannya.
Baca juga: Wisuda Ke-68, UMP terus kembangkan inovasi dan kolaborasi internasional
"Motivasi internal saya, ada dorongan dari sebuah kalimat dari tulisan Prie GS (alm), yaitu ketika engkau sudah memilih suatu profesi, maka jangan sampai tidak menjadi ahli pada bidang itu. Hal itu benar-benar menjadikan dorongan terbesar untuk memperbaiki dan meningkatkan keilmuan, khususnya di dunia anak usia dini," tandasnya.
Menurut Iwan, ketika sudah masuk belajar di PGPAUD, semakin terlihat bahwa sebenarnya dunia PAUD ini awalnya tetap menorehkan tokoh pendidikan laki-laki, Ki Hajar Dewantara, Frobel dengan taman kanak kanaknya, dan tokoh-tokoh lainnya.
"Terpenting, anak usia dini jangan sampai kehilangan figur 'ayah', figur laki laki dalam pendidikannya, hanya karena para pendidik AUD mayoritas adalah wanita atau ibu guru," jelasnya.
Iwan pun berharap mampu memelihara ketekadan dalam tetap menyelami dunia anak usia dini, dengan segala tangis tawanya.
"Harapan untuk pendidikan AUD, yakinlah, terlebih untuk saat ke depan nanti diberlakukan kurikulum baru, di mana PAUD secara nyata dan tegas oleh pemerintah dituliskan dengan kata "fase fondasi". Kata ini mengisyaratkan betapa pentingnya masa pendidikan anak usia dini," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan tidak ada gedung terbesar termegah, tertinggi, yang tidak memiliki fondasi yang terkokoh. "Mungkin sesuatu yang sering tidak kelihatan, karena kata benda fondasi tidak kelihatan dalam struktur sebuah bangunan, namun perannya yang luar biasa, tidak akan ada yang menyangsikan," ujarnya.
Iwan berpesan untuk adik kelasnya agar memilih pendidikan guru PAUD karena banyak deretan manfaatnya.
"Manfaat profesi, Insya Allah selain menjadi guru, dosen, baik guru swasta maupun PNS, menjadi praktisi di bidang anak usia dini, scope atau wilayah ini menyimpan potensi 'harta karun' keprofesian yang menunggu untuk disingkap. Entrepreneur di bidang AUD sangat memungkinkan memberikan manfaat ekonomis," katanya.
Bahkan ilmunya, kata dia, akan sangat memberikan manfaat ketika masuk dalam dunia kedewasaan sebenarnya, menjadi orang tua, menjadi sumber pendidikan di rumah untuk anak-anak, untuk generasi depan.
"Anak usia dini yang dibimbing dengan ilmu, maka keselamatan, keemasan, dan kemaslahatan di masa depan mereka adalah keniscayaan," kata Iwan. (tgr)
Baca juga: Rektor UMP masuk dalam 50 Tokoh Banyumas 2022
Baca juga: FAI UMP selenggarakan pergelaran wayang di pelepasan calon wisudawan
Wisudawan terbaik Pendidikan Guru PAUD (PGPAUD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, itu justru menyatakan menjadi guru PAUD adalah panggilan jiwa.
Rasa senang pada dunia anak-anak telah mengantarkannya menjadi lulusan terbaik pertama di FKIP UMP dengan IPK 3,89 dan lama studi 3 tahun 4 bulan.
"Berpuluh tahun bergelut dengan dunia anak-anak, meyakinkan saya bahwa anak-anak adalah keajaiban yang dimiliki dunia ini. Potensi terbaik yang Tuhan titipkan kepada manusia, berfondasi dan terkuat di usia ini, sehingga saya ingin benar-benar ada di dunia anak-anak," katanya di sela prosesi Wisuda ke-68 Program Magister, Sarjana, dan Ahli Madya di Auditorium Ukhuwah Islamiyah UMP, Sabtu (26/2).
Menurut Iwan, dengan ilmu PGPAUD maka segala hal yang dilakukan akan mendapatkan tempat yang spesial di mata Tuhan, berpahala, dan berdasar.
“Latar belakang saya adalah pelatih marching band anak usia dini. Motivasi pada daya tarik dunia pendidikan anak. Pentingnya pendidikan anak usia dini, yang secara profesi, masih banyak menyimpan potensi aneka profesi yang mungkin belum tergarap, atau mungkin banyak yang belum memikirkannya," katanya.
Mindset pekerjaan, lanjut dia, biasanya yang mapan yang sudah dikenal di masyarakat menjadi fokus, sehingga kemasan dunia pendidikan anak usia dini yang modern dan prospektif tentu menjanjikan sesuatu yang berbeda ke depannya.
Baca juga: Wisuda Ke-68, UMP terus kembangkan inovasi dan kolaborasi internasional
"Motivasi internal saya, ada dorongan dari sebuah kalimat dari tulisan Prie GS (alm), yaitu ketika engkau sudah memilih suatu profesi, maka jangan sampai tidak menjadi ahli pada bidang itu. Hal itu benar-benar menjadikan dorongan terbesar untuk memperbaiki dan meningkatkan keilmuan, khususnya di dunia anak usia dini," tandasnya.
Menurut Iwan, ketika sudah masuk belajar di PGPAUD, semakin terlihat bahwa sebenarnya dunia PAUD ini awalnya tetap menorehkan tokoh pendidikan laki-laki, Ki Hajar Dewantara, Frobel dengan taman kanak kanaknya, dan tokoh-tokoh lainnya.
"Terpenting, anak usia dini jangan sampai kehilangan figur 'ayah', figur laki laki dalam pendidikannya, hanya karena para pendidik AUD mayoritas adalah wanita atau ibu guru," jelasnya.
Iwan pun berharap mampu memelihara ketekadan dalam tetap menyelami dunia anak usia dini, dengan segala tangis tawanya.
"Harapan untuk pendidikan AUD, yakinlah, terlebih untuk saat ke depan nanti diberlakukan kurikulum baru, di mana PAUD secara nyata dan tegas oleh pemerintah dituliskan dengan kata "fase fondasi". Kata ini mengisyaratkan betapa pentingnya masa pendidikan anak usia dini," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan tidak ada gedung terbesar termegah, tertinggi, yang tidak memiliki fondasi yang terkokoh. "Mungkin sesuatu yang sering tidak kelihatan, karena kata benda fondasi tidak kelihatan dalam struktur sebuah bangunan, namun perannya yang luar biasa, tidak akan ada yang menyangsikan," ujarnya.
Iwan berpesan untuk adik kelasnya agar memilih pendidikan guru PAUD karena banyak deretan manfaatnya.
"Manfaat profesi, Insya Allah selain menjadi guru, dosen, baik guru swasta maupun PNS, menjadi praktisi di bidang anak usia dini, scope atau wilayah ini menyimpan potensi 'harta karun' keprofesian yang menunggu untuk disingkap. Entrepreneur di bidang AUD sangat memungkinkan memberikan manfaat ekonomis," katanya.
Bahkan ilmunya, kata dia, akan sangat memberikan manfaat ketika masuk dalam dunia kedewasaan sebenarnya, menjadi orang tua, menjadi sumber pendidikan di rumah untuk anak-anak, untuk generasi depan.
"Anak usia dini yang dibimbing dengan ilmu, maka keselamatan, keemasan, dan kemaslahatan di masa depan mereka adalah keniscayaan," kata Iwan. (tgr)
Baca juga: Rektor UMP masuk dalam 50 Tokoh Banyumas 2022
Baca juga: FAI UMP selenggarakan pergelaran wayang di pelepasan calon wisudawan