Cilacap (ANTARA) - Kondisi cuaca di laut selatan Jawa hingga saat ini belum bersahabat bagi nelayan meskipun berdasarkan prakiraan BMKG telah memasuki musim angin timuran, kata Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Cilacap Sarjono.
"Untuk saat ini, anginnya belum jadi, masih berebut, ada yang ke barat, ada yang ke timur, kadang selatan. Jadi belum menetap, padahal harusnya sudah masuk musim angin timuran tetapi saat sekarang enggak bisa diprediksi," katanya di Cilacap, Jawa Tengah, Kamis.
Selain arah angin yang belum tetap, kata dia, kondisi cuaca di perairan selatan Jawa pada akhir bulan Juni biasanya sudah tidak ada hujan dan petir namun sampai saat sekarang masih sering terjadi.
Baca juga: HNSI Cilacap ajak nelayan ikuti program jaminan sosial
Menurut dia, ikan hasil tangkapan nelayan juga berkurang jika dibandingkan dengan kondisi beberapa bulan sebelumnya.
"Padahal saat sekarang biasanya sudah mulai memasuki masa panen," katanya.
Ia mengatakan penurunan hasil tangkapan nelayan itu disebabkan oleh arus air laut saat sekarang cukup kencang.
Kendati demikian, dia mengatakan nelayan tetap berangkat melaut demi memenuhi kebutuhan keluarga.
Di samping itu, kata dia, kondisi pelabuhan sudah tidak mampu menampung kapal nelayan, sehingga mau tidak mau harus melaut agar tidak terjadi keributan antarnelayan.
Terkait dengan hasil tangkapan, Sarjono mengatakan nelayan yang berangkat melaut masih bisa mendapatkan ikan layur meskipun terjadi penurunan yang cukup drastis dari beberapa bulan sebelumnya.
Dalam beberapa bulan sebelumnya, kata dia, nelayan sekali melaut bisa mendapatkan ikan layur hingga 10 boks atau 400 kilogram, namun saat sekarang bisa mendapatkan 80 kilogram pun sudah beruntung.
Akan tetapi, lanjut dia, ikan layur yang berhasil ditangkap nelayan saat sekarang berukuran kecil dengan harga jual berkisar Rp20.000-Rp30.000 per kilogram, sedangkan beberapa bulan sebelumnya berukuran besar dengan harga jual berkisar Rp40.000-Rp50.000 per kilogram.
"Alhamdulillah nelayan masih bisa mendapatkan ikan layur meskipun sedikit. Kalau nelayan lainnya (yang menggunakan kapal berkapasitas di atas 30 gros tonage) ke tengah, alhamdulillah masih bisa mendapatkan tuna dan cumi-cumi," katanya menjelaskan.
Meskipun terjadi penurunan hasil tangkapan nelayan, dia mengatakan biaya operasional yang mencapai Rp50 juta dalam satu bulan untuk kapal berukuran 10-30 GT masih bisa tertutupi.
"Namun kasihan anak buah kapalnya, pendapatan mereka turut berkurang karena kalau mereka melaut selama 10-15 hari biasanya bisa mendapatkan penghasilan berkisar Rp3 juta hingga Rp4 juta, kalau sekarang paling hanya Rp1 juta," katanya.
Sarjono mengharapkan kondisi cuaca dapat segera bersahabat dan kondisi arus laut juga bagus, sehingga hasil tangkapan nelayan pada musim angin timuran kali ini bisa melimpah.
Baca juga: Nelayan kecil di Jateng membutuhkan kemudahan akses BBM bersubsidi
Baca juga: Stasiun PSDKP Cilacap luncurkan layanan "Cekatan" permudah nelayan
Berita Terkait
Basarnas: Keberadaan kapal nelayan Kilat Maju Jaya-7 belum diketahui
Selasa, 19 Maret 2024 15:01 Wib
HNSI Cilacap setuju rencana perahu nelayan gunakan energi listrik
Senin, 31 Juli 2023 16:47 Wib
HNSI Pati sesalkan pembakaran kapal cantrang asal Pati dan Rembang
Kamis, 22 Juni 2023 17:35 Wib
Pencarian 11 ABK yang hilang di Samudra Hindia dihentikan
Selasa, 23 Mei 2023 13:44 Wib
Nelayan Cilacap bersiap panen ikan
Rabu, 10 Mei 2023 14:40 Wib
HNSI Cilacap minta aturan PNBP direvisi karena memberatkan nelayan
Kamis, 19 Januari 2023 22:02 Wib
HNSI Cilacap harap kemudahan urus perizinan kapal nelayan
Selasa, 30 Agustus 2022 18:42 Wib
HNSI Batang menggelar Budaya Bahari Pesta Nyadran
Selasa, 16 Agustus 2022 8:02 Wib