UGM pastikan GeNose dapat deteksi infeksi COVID-19 varian baru
Yogyakarta (ANTARA) - Tim Peneliti dan Pengembangan GeNose C19 dari Universitas Gadjah Mada (UGM) memastikan alat screening dan diagnostik COVID-19 berbasis embusan napas "GeNose C19" tetap mampu mendeteksi infeksi COVID-19 dengan varian baru.
"Dengan adanya varian-varian baru yang beredar, kami yakin GeNose tetap bisa menjaga akurasinya," kata Juru bicara Tim Pengembang GeNose C19 Mohamad Saifudin Hakim saat jumpa pers secara luring dan daring di University Club UGM, Yogyakarta, Jumat.
Saifudin menjelaskan, GeNose tidak mendeteksi virus secara langsung. Alat buatan para peneliti UGM itu selama ini mendeteksi hasil metabolisme tubuh, berupa volatile organic compound (VOC) atau senyawa organik yang mudah menguap pada embusan napas seseorang.
Menurut dia, pola VOC yang dihasilkan dari seseorang atau pasien yang terinfeksi COVID-19 dari bermacam-macam varian tetap tidak mengalami perubahan.
Dengan teori itu, Saifudin meyakini berbagai varian COVID-19 yang muncul tidak akan mengurangi kemampuan deteksi dari GeNose.
Selain itu, lanjut dia, komponen kecerdasan buatan (AI) yang diterapkan dalam mesin GeNose juga akan terus diperbarui.
Berbagai data, kata dia, akan dikenalkan pada sistem AI tersebut sehingga mampu menjaga akurasi kemampuan deteksi GeNose.
"Banyaknya data yang akan dilatihkan di sistem AI tersebut sehingga itu menjadi metode lain untuk menjaga akurasi GeNose C19 tetap terjaga," ujar dia.
Uji validasi ekternal oleh tim independen UGM, menurut dia, akan semakin menambah kepastian alat itu mampu mendeteksi berbagai varian COVID-19.
Dalam uji validasi itu, sejumlah pakar dari berbagai universitas bakal dilibatkan, termasuk dari Universitas Andalas, Universitas Indonesia dan Universitas Airlangga.
"Uji validitas eksternal dilakukan di saat-saat ini ketika varian tersebut beredar, sehingga kita bisa melihat hasilnya ke depan. Tapi pada dasarnya kami tetap confidence performa GeNose tidak akan mengalami banyak perubahan," ujar Saifudin.
"Dengan adanya varian-varian baru yang beredar, kami yakin GeNose tetap bisa menjaga akurasinya," kata Juru bicara Tim Pengembang GeNose C19 Mohamad Saifudin Hakim saat jumpa pers secara luring dan daring di University Club UGM, Yogyakarta, Jumat.
Saifudin menjelaskan, GeNose tidak mendeteksi virus secara langsung. Alat buatan para peneliti UGM itu selama ini mendeteksi hasil metabolisme tubuh, berupa volatile organic compound (VOC) atau senyawa organik yang mudah menguap pada embusan napas seseorang.
Menurut dia, pola VOC yang dihasilkan dari seseorang atau pasien yang terinfeksi COVID-19 dari bermacam-macam varian tetap tidak mengalami perubahan.
Dengan teori itu, Saifudin meyakini berbagai varian COVID-19 yang muncul tidak akan mengurangi kemampuan deteksi dari GeNose.
Selain itu, lanjut dia, komponen kecerdasan buatan (AI) yang diterapkan dalam mesin GeNose juga akan terus diperbarui.
Berbagai data, kata dia, akan dikenalkan pada sistem AI tersebut sehingga mampu menjaga akurasi kemampuan deteksi GeNose.
"Banyaknya data yang akan dilatihkan di sistem AI tersebut sehingga itu menjadi metode lain untuk menjaga akurasi GeNose C19 tetap terjaga," ujar dia.
Uji validasi ekternal oleh tim independen UGM, menurut dia, akan semakin menambah kepastian alat itu mampu mendeteksi berbagai varian COVID-19.
Dalam uji validasi itu, sejumlah pakar dari berbagai universitas bakal dilibatkan, termasuk dari Universitas Andalas, Universitas Indonesia dan Universitas Airlangga.
"Uji validitas eksternal dilakukan di saat-saat ini ketika varian tersebut beredar, sehingga kita bisa melihat hasilnya ke depan. Tapi pada dasarnya kami tetap confidence performa GeNose tidak akan mengalami banyak perubahan," ujar Saifudin.