Tim WHO tiba di Wuhan selidiki asal-usul COVID-19
Wuhan (ANTARA) - Tim ilmuwan internasional yang dipimpin oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tiba pada Kamis di pusat Kota Wuhan, China, untuk menyelidiki asal-usul virus corona baru yang memicu pandemi, stasiun televisi pemerintah melaporkan.
Tim tiba pagi hari dengan penerbangan murah dari Singapura dan diperkirakan akan menjalani karantina selama dua minggu. Mereka sebelumnya dijadwalkan tiba pada awal Januari. Penundaan kunjungan mereka di China itu menuai kritik dari kepala badan PBB tersebut --yang jarang dilakukan secara terbuka.
Baca juga: China larang masuk dua anggota tim WHO usai terbukti positif COVID-19
Peter Ben Embarek, ahli WHO untuk penyakit hewan yang menyebar ke spesies lain, memimpin tim yang terdiri dari 10 pakar independen itu, kata juru bicara WHO. Embarek sebelumnya juga berangkat ke China dalam misi awal Juli lalu.
Hung Nguyen, ahli biologi Vietnam yang merupakan bagian dari 10 anggota tim, mengatakan kepada Reuters bahwa dia tidak mengharapkan ada pembatasan pada pekerjaan kelompok tersebut di China, tetapi telah bersiap jika tidak menemukan jawaban yang jelas.
Setelah menyelesaikan karantina, tim akan menghabiskan dua minggu untuk mewawancarai orang-orang dari lembaga penelitian, rumah sakit, dan pasar makanan laut di Wuhan tempat patogen baru diyakini telah muncul, tambah Hung.
Tim tersebut terutama akan tinggal di Wuhan, kata dia kepada Reuters dalam sebuah wawancara pada Rabu (13/1) saat singgah di Singapura.
Minggu lalu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Gheybreyesus mengatakan dia "sangat kecewa" bahwa China masih belum mengizinkan masuk tim tersebut untuk misi yang telah lama ditunggu. Tetapi pada Senin (11/1), dia menyambut baik pengumuman rencana kedatangan mereka.
"Apa yang ingin kami lakukan dengan tim internasional dan mitra di China adalah kembali ke lingkungan Wuhan, mewawancarai ulang kasus awal secara mendalam, mencoba menemukan kasus lain yang tidak terdeteksi pada saat itu, dan mencoba melihat jika kita bisa mendorong kembali sejarah kasus pertama," kata Ben Embarek pada November.
China telah mendorong penggambaran melalui media pemerintah bahwa virus itu ada di luar negeri sebelum ditemukan di Wuhan, merujuk pada adanya virus yang ditemukan di kemasan makanan beku impor serta pada makalah ilmiah yang mengeklaim bahwa virus itu sebenarnya telah beredar di Eropa pada 2019.
"Kami mencari jawaban di sini yang dapat menyelamatkan kami di masa depan---bukan pelakunya dan bukan orang yang harus disalahkan," kata pakar kedaruratan utama WHO Mike Ryan kepada wartawan pekan ini.
Ia menambahkan bahwa WHO bersedia pergi "ke mana pun dan di mana pun" untuk mengetahui bagaimana virus itu muncul.
Anggota tim Marion Koopmans, seorang ahli virologi di Pusat Medis Universitas Erasmus di Belanda, mengatakan terlalu dini untuk mengatakan apakah virus SARS-CoV-2 telah melompat langsung dari kelelawar ke manusia atau memiliki inang hewan perantara.
"Pada tahap ini yang saya pikir kami butuhkan adalah pikiran yang sangat terbuka ketika mencoba mundur ke peristiwa yang pada akhirnya menyebabkan pandemi ini," ujar dia kepada wartawan, bulan lalu.
Sumber: Reuters
Tim tiba pagi hari dengan penerbangan murah dari Singapura dan diperkirakan akan menjalani karantina selama dua minggu. Mereka sebelumnya dijadwalkan tiba pada awal Januari. Penundaan kunjungan mereka di China itu menuai kritik dari kepala badan PBB tersebut --yang jarang dilakukan secara terbuka.
Baca juga: China larang masuk dua anggota tim WHO usai terbukti positif COVID-19
Peter Ben Embarek, ahli WHO untuk penyakit hewan yang menyebar ke spesies lain, memimpin tim yang terdiri dari 10 pakar independen itu, kata juru bicara WHO. Embarek sebelumnya juga berangkat ke China dalam misi awal Juli lalu.
Hung Nguyen, ahli biologi Vietnam yang merupakan bagian dari 10 anggota tim, mengatakan kepada Reuters bahwa dia tidak mengharapkan ada pembatasan pada pekerjaan kelompok tersebut di China, tetapi telah bersiap jika tidak menemukan jawaban yang jelas.
Setelah menyelesaikan karantina, tim akan menghabiskan dua minggu untuk mewawancarai orang-orang dari lembaga penelitian, rumah sakit, dan pasar makanan laut di Wuhan tempat patogen baru diyakini telah muncul, tambah Hung.
Tim tersebut terutama akan tinggal di Wuhan, kata dia kepada Reuters dalam sebuah wawancara pada Rabu (13/1) saat singgah di Singapura.
Minggu lalu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Gheybreyesus mengatakan dia "sangat kecewa" bahwa China masih belum mengizinkan masuk tim tersebut untuk misi yang telah lama ditunggu. Tetapi pada Senin (11/1), dia menyambut baik pengumuman rencana kedatangan mereka.
"Apa yang ingin kami lakukan dengan tim internasional dan mitra di China adalah kembali ke lingkungan Wuhan, mewawancarai ulang kasus awal secara mendalam, mencoba menemukan kasus lain yang tidak terdeteksi pada saat itu, dan mencoba melihat jika kita bisa mendorong kembali sejarah kasus pertama," kata Ben Embarek pada November.
China telah mendorong penggambaran melalui media pemerintah bahwa virus itu ada di luar negeri sebelum ditemukan di Wuhan, merujuk pada adanya virus yang ditemukan di kemasan makanan beku impor serta pada makalah ilmiah yang mengeklaim bahwa virus itu sebenarnya telah beredar di Eropa pada 2019.
"Kami mencari jawaban di sini yang dapat menyelamatkan kami di masa depan---bukan pelakunya dan bukan orang yang harus disalahkan," kata pakar kedaruratan utama WHO Mike Ryan kepada wartawan pekan ini.
Ia menambahkan bahwa WHO bersedia pergi "ke mana pun dan di mana pun" untuk mengetahui bagaimana virus itu muncul.
Anggota tim Marion Koopmans, seorang ahli virologi di Pusat Medis Universitas Erasmus di Belanda, mengatakan terlalu dini untuk mengatakan apakah virus SARS-CoV-2 telah melompat langsung dari kelelawar ke manusia atau memiliki inang hewan perantara.
"Pada tahap ini yang saya pikir kami butuhkan adalah pikiran yang sangat terbuka ketika mencoba mundur ke peristiwa yang pada akhirnya menyebabkan pandemi ini," ujar dia kepada wartawan, bulan lalu.
Sumber: Reuters