Solo (ANTARA) - Sejumlah seniman lokal di Kota Surakarta menginisiasi "Solo Bangkit untuk Indonesia" guna mengisi perayaan HUT Ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia.
"Ini sebagai wujud kami, bukan hanya klemah-klemah (santai) di rumah, melainkan kami melakukan langkah nyata untuk mengisi kemerdekaan," kata seniman Endah Laras di Solo, Jumat.
Sasaran dari kegiatan tersebut, kata penyanyi campur sari ini, untuk seluruh masyarakat terutama generasi muda yang selama ini lebih banyak menikmati seni dan budaya dari luar negeri.
"Harapannya agar generasi muda ini ingat bahwa kita memiliki budaya yang adiluhung, seperti batik, kuliner, keroncong, hingga tari. Jangan hanya K-Pop (musik Korea). Dengan tahu seperti ini, maka patriotisme kita akan tetap terjaga," katanya.
Sementara itu, Ketua Panitia "Solo Bangkit Untuk Indonesia" Menil Ester Wulandari mengatakan kegiatan tersebut berisi pesan tentang pelestarian dan kekayaan seni budaya Indonesia, khususnya Kota Solo lewat media audiovisual.
"Bentuk kegiatan ini di antaranya pembuatan video yang berkonsep 'Merah Putih'. Pada video ini dipertontonkan rekaman para seniman, pegiat seni kreatif, termasuk Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo akan menyanyikan lagu berjudul 'Rayuan Pulau Kelapa' bersama Bu Waldjinah (seniman senior)," katanya.
Baca juga: Rayakan ulang tahun pertama, Taman Indonesia Kaya komitmen angkat seniman lokal
Baca juga: Mercedes-Benz CLA 200 AMG dapat Sentuhan Seniman Lokal di IIMS
Selain itu, kata dia, juga akan ditunjukkan beranekaragam makanan khas Indonesia khususnya khas Kota Solo dalam bingkai jamuan makan malam ala Jawa.
Video pertama akan diluncurkan bersamaan dengan HUT RI pada tanggal 17 Agustus 2020 di semua platform media sosial, termasuk di videotron yang ada di Kota Solo.
Ia berharap pesan yang disampaikan para seniman kepada masyarakat melalui "Solo Bangkit Untuk Indonesia" bisa tersampaikan mengingat langkah tersebut juga untuk menjaga kebudayaan dan kesenian daerah.
"Kebudayaan dan kesenian daerah kian terancam, ditinggal dengan laju perkembangan zaman di era globalisasi. Perkembangan ini sering kali meninggalkan adat dan kebudayaan yang menjadi roh dalam tatanan masyarakat Indonesia. Ini yang kita harus antisipasi, jangan sampai budaya kita tergantikan dengan budaya lain," katanya.