Menyongsong kebangkitan UMKM Banyumas pada era adaptasi kebiasaan baru
Purwokerto (ANTARA) - Sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) menjadi salah satu tonggak ekonomi Indonesia yang selama ini dinilai tahan terhadap dampak berbagai krisis perekonomian global.
Bahkan di tengah pandemi COVID-19 yang merambah Indonesia sejak Maret 2020, masih banyak UMKM yang mampu bertahan hingga sekarang.
Kendati demikian, ada juga pelaku UMKM yang kelimpungan menghadapi persoalan sosial ekonomi di tengah pandemi COVID-19 yang masih berlangsung.
Kondisi tersebut juga dialami para pelaku UMKM di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, sehingga mereka terus berupaya bertahan untuk menunjukkan eksistensinya dalam menghadapi pandemi COVID-19.
Oleh karena itulah, para pelaku UMKM di Kabupaten Banyumas berusaha bangkit di era adaptasi kebiasaan baru (AKB) dengan membentuk wadah berupa Asosiasi Pengusaha Mikro Kecil Menengah Banyumas (Aspikmas).
Organisasi yang dikukuhkan oleh Bupati Banyumas Achmad Husein pada Selasa, 28 Juli 2020, dan menaungi sejumlah paguyuban UMKM itu memiliki visi untuk menjadikan UMKM di Kabupaten Banyumas memiliki daya saing nasional melalui jaringan, produk-produk unggulan, dan program-program yang dijalankan.
"Asosiasi ini harapannya menjadi momentum yang bagus. Momentum untuk saling berkolaborasi karena UMKM tidak bisa berdiri sendiri tanpa dukungan banyak pihak," kata Ketua Aspikmas Pujianto.
Dengan pembetukan Aspikmas, kata dia, diharapkan terjadi kolaborasi antara pelaku UMKM dan lintas sektoral dalam rangka memajukan perekonomian Banyumas.
Dalam hal ini, Aspikmas memiliki misi menaikkan kelas pelaku UMKM dari sisi kapasitas bisnisnya, menjadikan pelaku UMKM memiliki daya juang korporat karena rata-rata hanya fokus di produksi sehingga menghadapi kendala pemasaran dan sebagainya, serta pemerataan distribusi informasi dan bantuan pemerintah.
Terkait dengan hal itu, Aspikmas pada tahap awal akan menginventarisasi basis data pelaku UMKM di Kabupaten Banyumas.
Berdasarkan data sementara, jumlah anggota Aspikmas saat ini sekitar 170 pelaku UMKM dan akan terus bertambah melalui kegiatan inventarisasi yang melibatkan koordinator di setiap kecamatan.
"Kami ingin mengetahui data valid pelaku UMKM di Kabupaten Banyumas termasuk jenis usaha yang digeluti dan kendala yang mereka hadapi. Dari basis data tersebut, akan ada pelatihan-pelatihan bagi para pelaku UMKM," katanya.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga sedang membuat konsep semacam "marketplace" tetapi bukan untuk produk melainkan untuk bisnis.
"Jadi, teman-teman UMKM bisa di-'invest' modal dari situ dengan catatan teman-teman UMKM sendiri sudah siap," kata pemilik usaha konveksi "Kaos Ngapak" itu.
Pujianto mengakui saat ini sudah banyak pelaku UMKM di Banyumas yang "go digital" walaupun belum maksimal.
Menurut dia, pelaku UMKM tersebut baru sebatas mengunggah foto produknya ke media sosial masing-masing, belum sampai ke "platform" yang lebih profesional seperti "Facebook Ads", "Instagram Ads", dan "Google Ads".
"Oleh karena itu, kami ingin ada kerja sama antara dinas terkait, agen 'digital marketing', dan teman-teman UMKM. Dalam hal ini, dinas yang mendukung pembiayaannya, agen 'digital marketing' yang menarik trafik sebanyak-banyaknya, dan teman-teman UMKM yang menyiapkan produknya," jelasnya.
Dia mengaku optimistis dengan makin banyaknya pelaku UMKM yang memasarkan secara digital, jasa ekspedisi juga akan semakin berkembang.
"Apalagi sekarang banyak jasa ekpedisi yang menawarkan produknya dan layanannya. Itu sangat mendukung era saat ini, kita enggak bisa jalan tanpa adanya teman-teman dari ekspedisi," katanya.
Perlu Akselerasi
Upaya untuk mempertahankan dan membangkitkan UMKM di tengah pandemi COVID-19 dan menyongsong adaptasi kebiasaan baru memerlukan akselerasi atau percepatan.
Terkait dengan percepatan, Bupati Banyumas Achmad Husein mengatakan hal itu harus memenuhi syarat berupa adanya pasar bagi produk UMKM.
"Syaratnya, yang pertama mereka pasarnya harus ada dulu. Kita harus cari mereka yang pasarnya jelas," katanya.
Syarat kedua setelah pasarnya jelas dan pasti, kata dia, akan dibantu dengan akses permodalan.
Dengan demikian, kuantitas produksinya bertambah dan kualitasnya menjadi lebih bagus, sehingga nantinya akses produksinya bertambah banyak dan diterima di pasar juga bagus.
Menurut dia, Pemerintah Kabupaten Banyumas akan terus kembangkan dan bantuan dana bergulir akan terus diberikan sehingga 574 unit UMKM yang ada di Banyumas bisa jalan semuanya.
Ia mengatakan jika seluruh UMKM di Banyumas sudah bangkit, dapat menjadi solusi untuk mengatasi pengangguran yang diperkirakan meningkat dua kali lipat akibat adanya pandemi COVID-19.
Dia mengakui peningkatan jumlah pengangguran yang mencapai dua kali lipat akibat adanya pandemi COVID-19 itu hanya prediksi yang berkaitan dengan kemampuan belanja masyarakat, angka kemiskinan yang naik, dan angka pengangguran menurut Badan Pusat Statistik.
"Jika yang 574 unit UMKM ini sudah berjalan cepat, orang-orang yang menganggur segera terangkat. Dan ini bisa menjadi induk dari pengusaha UMKM tadi, akan muncul UMKM-UMKM baru, sehingga tidak hanya 574, bisa meningkat menjadi 1.500, bahkan 3.000 UMKM," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Dinnakerkop UKM) Kabupaten Banyumas Joko Wiyono menyambut baik kehadiran Aspikmas yang terbentuk berdasarkan hasil pertemuan para pelaku UMKM di Banyumas pada tanggal 8 Juli 2020.
Menurut dia, Aspikmas menjadi satu-satunya wadah yang bisa menghimpun para pelaku UMKM di Banyumas untuk berkarya, mengembangkan, dan menjualkan produk yang dihasilkan.
"Jadi, nanti ada KISS, Koordinasi, Integrasi, Sosialisasi, dan Silaturahmi," katanya.
Ia mengakui pada awal terjadinya pandemi COVID-19, para pelaku UMKM tentunya menghadapi dinamika yang berkaitan dengan pasokan bahan baku.
Berdasarkan data Dinnakerkop UKM, di Kabupaten Banyumas terdapat sebanyak 574 unit UMKM dan yang terdampak COVID-19 hanya sekitar 10 persen (lebih kurang 57 unit UMKM, red.).
Akan tetapi dalam beberapa waktu terakhir, kata dia, para pelaku UMKM berusaha melakukan improvisasi terhadap produk yang mereka usahakan.
"Dengan adanya improvisasi dan divesifikasi usaha, mereka bisa bertahan hingga saat ini, salah satunya dengan tidak mengurangi karyawan, bahkan bisa menambah karyawan. Artinya, UMKM bisa bertahan dengan segala dinamika yang dihadapi," katanya.
Menurut dia, improvisasi itu juga dilakukan dengan memanfaatkan pemasaran secara digital, sehingga dalam memasarkan produknya tidak secara langsung melainkan daring.
Oleh karena itu, kehadiran Aspikmas diharapkan menjadi titik awal dari kebangkitan UMKM dalam menghadapi pandemi COVID-19 dengan semangat dan optimisme untuk menyongsong adaptasi kebiasaan baru.
Dengan demikian, sektor UMKM akan tetap menjadi tonggak ekonomi di Indonesia khususnya Kabupaten Banyumas dalam berbagai krisis termasuk pandemi COVID-19.
Bahkan di tengah pandemi COVID-19 yang merambah Indonesia sejak Maret 2020, masih banyak UMKM yang mampu bertahan hingga sekarang.
Kendati demikian, ada juga pelaku UMKM yang kelimpungan menghadapi persoalan sosial ekonomi di tengah pandemi COVID-19 yang masih berlangsung.
Kondisi tersebut juga dialami para pelaku UMKM di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, sehingga mereka terus berupaya bertahan untuk menunjukkan eksistensinya dalam menghadapi pandemi COVID-19.
Oleh karena itulah, para pelaku UMKM di Kabupaten Banyumas berusaha bangkit di era adaptasi kebiasaan baru (AKB) dengan membentuk wadah berupa Asosiasi Pengusaha Mikro Kecil Menengah Banyumas (Aspikmas).
Organisasi yang dikukuhkan oleh Bupati Banyumas Achmad Husein pada Selasa, 28 Juli 2020, dan menaungi sejumlah paguyuban UMKM itu memiliki visi untuk menjadikan UMKM di Kabupaten Banyumas memiliki daya saing nasional melalui jaringan, produk-produk unggulan, dan program-program yang dijalankan.
"Asosiasi ini harapannya menjadi momentum yang bagus. Momentum untuk saling berkolaborasi karena UMKM tidak bisa berdiri sendiri tanpa dukungan banyak pihak," kata Ketua Aspikmas Pujianto.
Dengan pembetukan Aspikmas, kata dia, diharapkan terjadi kolaborasi antara pelaku UMKM dan lintas sektoral dalam rangka memajukan perekonomian Banyumas.
Dalam hal ini, Aspikmas memiliki misi menaikkan kelas pelaku UMKM dari sisi kapasitas bisnisnya, menjadikan pelaku UMKM memiliki daya juang korporat karena rata-rata hanya fokus di produksi sehingga menghadapi kendala pemasaran dan sebagainya, serta pemerataan distribusi informasi dan bantuan pemerintah.
Terkait dengan hal itu, Aspikmas pada tahap awal akan menginventarisasi basis data pelaku UMKM di Kabupaten Banyumas.
Berdasarkan data sementara, jumlah anggota Aspikmas saat ini sekitar 170 pelaku UMKM dan akan terus bertambah melalui kegiatan inventarisasi yang melibatkan koordinator di setiap kecamatan.
"Kami ingin mengetahui data valid pelaku UMKM di Kabupaten Banyumas termasuk jenis usaha yang digeluti dan kendala yang mereka hadapi. Dari basis data tersebut, akan ada pelatihan-pelatihan bagi para pelaku UMKM," katanya.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga sedang membuat konsep semacam "marketplace" tetapi bukan untuk produk melainkan untuk bisnis.
"Jadi, teman-teman UMKM bisa di-'invest' modal dari situ dengan catatan teman-teman UMKM sendiri sudah siap," kata pemilik usaha konveksi "Kaos Ngapak" itu.
Pujianto mengakui saat ini sudah banyak pelaku UMKM di Banyumas yang "go digital" walaupun belum maksimal.
Menurut dia, pelaku UMKM tersebut baru sebatas mengunggah foto produknya ke media sosial masing-masing, belum sampai ke "platform" yang lebih profesional seperti "Facebook Ads", "Instagram Ads", dan "Google Ads".
"Oleh karena itu, kami ingin ada kerja sama antara dinas terkait, agen 'digital marketing', dan teman-teman UMKM. Dalam hal ini, dinas yang mendukung pembiayaannya, agen 'digital marketing' yang menarik trafik sebanyak-banyaknya, dan teman-teman UMKM yang menyiapkan produknya," jelasnya.
Dia mengaku optimistis dengan makin banyaknya pelaku UMKM yang memasarkan secara digital, jasa ekspedisi juga akan semakin berkembang.
"Apalagi sekarang banyak jasa ekpedisi yang menawarkan produknya dan layanannya. Itu sangat mendukung era saat ini, kita enggak bisa jalan tanpa adanya teman-teman dari ekspedisi," katanya.
Perlu Akselerasi
Upaya untuk mempertahankan dan membangkitkan UMKM di tengah pandemi COVID-19 dan menyongsong adaptasi kebiasaan baru memerlukan akselerasi atau percepatan.
Terkait dengan percepatan, Bupati Banyumas Achmad Husein mengatakan hal itu harus memenuhi syarat berupa adanya pasar bagi produk UMKM.
"Syaratnya, yang pertama mereka pasarnya harus ada dulu. Kita harus cari mereka yang pasarnya jelas," katanya.
Syarat kedua setelah pasarnya jelas dan pasti, kata dia, akan dibantu dengan akses permodalan.
Dengan demikian, kuantitas produksinya bertambah dan kualitasnya menjadi lebih bagus, sehingga nantinya akses produksinya bertambah banyak dan diterima di pasar juga bagus.
Menurut dia, Pemerintah Kabupaten Banyumas akan terus kembangkan dan bantuan dana bergulir akan terus diberikan sehingga 574 unit UMKM yang ada di Banyumas bisa jalan semuanya.
Ia mengatakan jika seluruh UMKM di Banyumas sudah bangkit, dapat menjadi solusi untuk mengatasi pengangguran yang diperkirakan meningkat dua kali lipat akibat adanya pandemi COVID-19.
Dia mengakui peningkatan jumlah pengangguran yang mencapai dua kali lipat akibat adanya pandemi COVID-19 itu hanya prediksi yang berkaitan dengan kemampuan belanja masyarakat, angka kemiskinan yang naik, dan angka pengangguran menurut Badan Pusat Statistik.
"Jika yang 574 unit UMKM ini sudah berjalan cepat, orang-orang yang menganggur segera terangkat. Dan ini bisa menjadi induk dari pengusaha UMKM tadi, akan muncul UMKM-UMKM baru, sehingga tidak hanya 574, bisa meningkat menjadi 1.500, bahkan 3.000 UMKM," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Dinnakerkop UKM) Kabupaten Banyumas Joko Wiyono menyambut baik kehadiran Aspikmas yang terbentuk berdasarkan hasil pertemuan para pelaku UMKM di Banyumas pada tanggal 8 Juli 2020.
Menurut dia, Aspikmas menjadi satu-satunya wadah yang bisa menghimpun para pelaku UMKM di Banyumas untuk berkarya, mengembangkan, dan menjualkan produk yang dihasilkan.
"Jadi, nanti ada KISS, Koordinasi, Integrasi, Sosialisasi, dan Silaturahmi," katanya.
Ia mengakui pada awal terjadinya pandemi COVID-19, para pelaku UMKM tentunya menghadapi dinamika yang berkaitan dengan pasokan bahan baku.
Berdasarkan data Dinnakerkop UKM, di Kabupaten Banyumas terdapat sebanyak 574 unit UMKM dan yang terdampak COVID-19 hanya sekitar 10 persen (lebih kurang 57 unit UMKM, red.).
Akan tetapi dalam beberapa waktu terakhir, kata dia, para pelaku UMKM berusaha melakukan improvisasi terhadap produk yang mereka usahakan.
"Dengan adanya improvisasi dan divesifikasi usaha, mereka bisa bertahan hingga saat ini, salah satunya dengan tidak mengurangi karyawan, bahkan bisa menambah karyawan. Artinya, UMKM bisa bertahan dengan segala dinamika yang dihadapi," katanya.
Menurut dia, improvisasi itu juga dilakukan dengan memanfaatkan pemasaran secara digital, sehingga dalam memasarkan produknya tidak secara langsung melainkan daring.
Oleh karena itu, kehadiran Aspikmas diharapkan menjadi titik awal dari kebangkitan UMKM dalam menghadapi pandemi COVID-19 dengan semangat dan optimisme untuk menyongsong adaptasi kebiasaan baru.
Dengan demikian, sektor UMKM akan tetap menjadi tonggak ekonomi di Indonesia khususnya Kabupaten Banyumas dalam berbagai krisis termasuk pandemi COVID-19.