Semarang (ANTARA) - Perseroan Terbatas (PT) Solid Gold Berjangka Cabang Semarang serius membidik segmen milenial sebagai ceruk pasar di masa depan karena bonus demografi diperkirakan akan didominasi anak muda.
Hal tersebut disampaikan Pimpinan Cabang PT Solid Gold Berjangka Cabang Semarang Conny Lumandung di sela talkshow Tantangan Pasar Milenial bagi Pialang Berjangka pada acara HUT Ke-16 PT Solid Gold Berjangka di Semarang, Rabu.
"Kami harus menjawab tantangan berupa perubahan paradigma bisnis yang lebih menyesuaikan dengan pasar milenial. Milenial jadi hot segmen dan future market bagi pialang berjangka. Milenial menjadi potensial investor di masa depan," katanya.
Apalagi, lanjut Conny, sejak 2017 pertumbuhan jumlah nasabah dari kaum milenial terus naik hingga 53 persen dengan nasabah existing 40 persen anak muda, sedangkan sisanya masih didominasi oleh mereka yang berusia di atas 40 tahun.
"Kami terus membangun awareness karena Semarang merupakan kota potensial dengan banyak investor tetapi belum aware terhadap perdagangan berjangka," katanya.
Sementara untuk menyasar kaum milenial, lanjut Conny, strategi yang akan dilakukan yakni dengan mengoptimalkan sarana digital untuk menjangkau nasabah dan memberikan edukasi agar mereka melek investasi di perdagangan berjangka komoditi dengan "masuk" ke kampus-kampus.
"Kami menggandeng kampus untuk memberikan edukasi dan pemahaman yang benar mengenai investasi di perdagangan berjangka komoditi, agar mereka tidak hanya melek tetapi juga cerdas," katanya.
Pada tahun 2018, tambah Conny, PT Solid Gold Berjangka Semarang membukukan transaksi 93.065 lot atau meningkat 15,52 persen dibanding tahun 2017.
Dalam kesempatan tersebut Direktur Utama PT Bursa Berjangka Jakarta Stephanus Paulus Lumintang menambahkan bahwa hampir semua industri perdagangan berjangka sejak tiga tahun terakhir sudah mulai menyasar kaum milenial dengan pertumbuhan pasar di atas 10 persen.
Secara market, lanjut Paulus, ada lima kota dengan potensi besar di industri perdagangan berjangka yakni Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Riau dengan market Jateng, memberikan kontribusi 15 persen secara nasional dan akan taerus berkembang.
Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia Fajar Wibhidyadi menambahkan bahwa potensi pasar untuk kaum milenial sangat besar dan perlu dilakukan pemahaman mengenai risiko agar tepat berinvestasi.
"Pangsa kaum milenial paling banyak dan karena pengetahuan investasi masih minim, maka perlu pemahaman dan edukasi. Industri perdagangan berjangka harus berizin, kredibel, dan terdaftar," kata Fajar.