114 Akseptor di Kudus Ikuti Metode MOW dan MOP
Kudus, ANTARA JATENG - Sebanyak 114 akseptor keluarga berencana di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mengikuti medis operasi wanita (MOW) dan medis operasi pria (MOP) yang dilaksanakan secara gratis di Rumah Sakit Kartika Husada Kudus, Kamis.
Menurut Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Kudus Ludful Hakim melalui Kasi KB dan Kesehatan Reproduksi Nursiyah di Kudus, Kamis, kegiatan MOW dan MOP tersebut merupakan hasil kerja sama TNI dengan Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kudus.
Adapun jumlah akseptornya, lanjut dia, sebanyak 114 orang yang berasal dari sembilan kecamatan.
Peserta terbanyak, lanjut dia, berasal dari Kecamatan Gebog sebanyak 33 peserta, disusul dari Kecamatan Dawe sebanyak 18 orang, Kecamatan Kaliwungu sebanyak 12 orang, Kecamatan Kaliwungu sebanyak 12 orang, serta Kecamatan Jati dan Undaan masing-masing 10 orang.
Sementara peserta dari Kecamatan Bae sebanyak tujuh orang, Kecamatan Kota, Mejobo dan Jekulo masing-masing delapan orang.
Dari ratusan akseptor KB tersebut, lanjut dia, terdapat dua peserta pria, selebihnya merupakan wanita.
Selama ini, kata dia, peserta sterilisasi memang didominasi kaum wanita.
Pelaksanaan operasinya, kata dia, hanya berlangsung singkat, karena setiap orang hanya membutuhkan waktu sekitar tujuh menitan.
"Dokter ahlinya didatangkan dari Rumah Sakit Panti Wilasa," ujarnya.
Ia mengatakan program MOW maupun MOP tersebut diprioritaskan untuk orang tua yang sudah memiliki anak, minimal dua anak sesuai program KB.
Indah (40), salah satu peserta MOW mengaku atas kesadaran sendiri mengikuti program sterilisasi karena sudah memiliki empat anak.
Sebelumnya, dia mengaku, melakukan program KB tanpa pendampingan tim medis, namun tidak membuahkan hasil karena masih tetap hamil.
"Setelah berkonsultasi dengan suami, akhirnya diizinkan mengikuti program sterilisasi," ujarnya.
Terlebih lagi, lanjut dia, program tersebut gratis karena biayanya ditanggung oleh pemerintah kabupaten setempat.
Apabila melakukan MOW secara mandiri, katanya, harus merogoh kocek hingga jutaan rupiah.
Peserta lainnya, Uswatun Hasanah (42) mengakui, bersedia melakukan MOW karena mendapatkan izin dari suami dan kebetulan memang ada program MOW gratis.
Ia mengaku memiliki tiga anak dengan usia dewasa karena semuanya sudah lulus SMA.
Menurut Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Kudus Ludful Hakim melalui Kasi KB dan Kesehatan Reproduksi Nursiyah di Kudus, Kamis, kegiatan MOW dan MOP tersebut merupakan hasil kerja sama TNI dengan Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kudus.
Adapun jumlah akseptornya, lanjut dia, sebanyak 114 orang yang berasal dari sembilan kecamatan.
Peserta terbanyak, lanjut dia, berasal dari Kecamatan Gebog sebanyak 33 peserta, disusul dari Kecamatan Dawe sebanyak 18 orang, Kecamatan Kaliwungu sebanyak 12 orang, Kecamatan Kaliwungu sebanyak 12 orang, serta Kecamatan Jati dan Undaan masing-masing 10 orang.
Sementara peserta dari Kecamatan Bae sebanyak tujuh orang, Kecamatan Kota, Mejobo dan Jekulo masing-masing delapan orang.
Dari ratusan akseptor KB tersebut, lanjut dia, terdapat dua peserta pria, selebihnya merupakan wanita.
Selama ini, kata dia, peserta sterilisasi memang didominasi kaum wanita.
Pelaksanaan operasinya, kata dia, hanya berlangsung singkat, karena setiap orang hanya membutuhkan waktu sekitar tujuh menitan.
"Dokter ahlinya didatangkan dari Rumah Sakit Panti Wilasa," ujarnya.
Ia mengatakan program MOW maupun MOP tersebut diprioritaskan untuk orang tua yang sudah memiliki anak, minimal dua anak sesuai program KB.
Indah (40), salah satu peserta MOW mengaku atas kesadaran sendiri mengikuti program sterilisasi karena sudah memiliki empat anak.
Sebelumnya, dia mengaku, melakukan program KB tanpa pendampingan tim medis, namun tidak membuahkan hasil karena masih tetap hamil.
"Setelah berkonsultasi dengan suami, akhirnya diizinkan mengikuti program sterilisasi," ujarnya.
Terlebih lagi, lanjut dia, program tersebut gratis karena biayanya ditanggung oleh pemerintah kabupaten setempat.
Apabila melakukan MOW secara mandiri, katanya, harus merogoh kocek hingga jutaan rupiah.
Peserta lainnya, Uswatun Hasanah (42) mengakui, bersedia melakukan MOW karena mendapatkan izin dari suami dan kebetulan memang ada program MOW gratis.
Ia mengaku memiliki tiga anak dengan usia dewasa karena semuanya sudah lulus SMA.