Bangui, ANTARA JATENG - Sedikitnya 22 orang tewas dalam bentrokan tiga
hari di sebuah kota wilayah tenggara Republik Afrika Tengah, menurut
anggota parlemen dari daerah tersebut dan seorang wartawan setempat pada
Jumat.
Bentrok antara kelompok bersenjata Fulani dan petempur di Zemio,
sekitar 1.000 kilometer sebelah timur Ibukota Bangui, dimulai pada Rabu.
Tembakan senjata terus berlanjut pada hari-hari berikutnya hingga
Jumat.
Ribuan orang tewas dan seperlima warga Afrika Tengah melarikan diri
dari rumah mereka dalam konflik yang terjadi setelah pemberontak Seleka
menggulingkan Presiden Francois Bozize pada 2013, memancing reaksi dari
petempur anti-Balaka.
Belum jelas apa pemicu kekerasan yang berlangsung pada pekan ini.
Para petempur Fulani yang terlibat dalam bentrokan diyakini memiliki
hubungan dengan Persatuan Damai Republik Afrika Tengah (UPC), sebuah
kelompok bagian koalisi Seleka yang saat ini telah dibubarkan.
"Hingga 28 Juni terdapat 22 orang tewas, namun jumlahnya dapat
bertambah, serta beberapa orang lain yang terjebak dan terbakar di dalam
rumah," kata anggota parlemen Dalou Wamboli kepada Reuters.
Wamboli berbicara di Bangui namun tetap berhubungan dengan
konstituen di Zemio selama kekerasan terjadi, hingga akhirnya sambungan
telepon terputus. Ia kemudian mendatangi para penduduk yang melarikan
diri ke kota tetangga, yang masih memiliki sambungan telepon.
Albert
Stanislas Koumbobacko, seorang wartawan dari Zemio yang juga
berhubungan melalui telepon bersama warga yang melarikan diri,
memastikan korban tewas berjumlah 22 orang.
Badan Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) mengatakan pada Jumat bahwa
sekitar 1.000 orang telah melarikan diri dari kekerasan minggu ini.
"Banyak yang mencari perlindungan di sebuah gereja Katolik di kota
tersebut, sementara sekitar 66 orang mencari perlindungan di sekitar
kamp UNHCR. Di antara mereka terdapat wanita dan anak-anak yang khawatir
akan keberlangsungan kehidupan mereka," katanya dalam sebuah
pernyataan.
Juru bicara misi penjaga perdamaian PBB, MINUSCA, memastikan adanya
bentrokan tersebut dan mengatakan bahwa mereka telah mengirim pasukan
tambahan ke daerah itu, namun mereka tidak memiliki informasi tentang
jumlah korban jiwa.
Tiga belas dari 14 kelompok bersenjata Afrika Tengah menandatangani
kesepakatan damai pada bulan ini, untuk mengajukan gencatan senjata,
namun kekerasan masih berlanjut.
Selain kelompok bersenjata dalam negeri, negara ini selama beberapa
dasawarsa juga telah menghadapi kekerasan dari kelompok pemberontak
asal Chad, Sudan dan Republik Demokratik Kongo, demikian Reuters
melaporkan.