Pakar: Pembangunan Tingkatkan Nilai Tambah Ekonomi Sekaligus Sosial-Kultural
Kita membangun bukan dengan asing karena yang untung orang asing. Membangun dengan SDA Indonesia sehingga menjadi nilai tambah bagi Indonesia
Magelang, ANTARA JATENG - Pembangunan nasional untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi sekaligus meningkatkan nilai sosial-kultural, kata pakar ekonomi Universitas Indonesia Sri Edi Swasono.
"Pembangunan tidak hanya untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi, tetapi juga meningkatkan nilai tambah sosial-budaya," katanya dalam seminar nasional "Ekonomi Kerakyatan" dalam rangka Dies Natalis Ke-3 Universitas Tidar di Magelang, Sabtu.
Melalui pekerjaan, kata dia, setiap warga negara tidak sekadar mendapatkan gaji yang tinggi, tetapi juga memperkuat keadaban.
Oleh karena itu, dia mengemukakan pentingnya bangsa Indonesia menjadi tuan di negeri sendiri.
Pembangunan nasional, menurut dia, harus terpusat pada kepentingan rakyat, berdasarkan kemampuan rakyat, menggunakan sumber daya alam, dan sumber daya manusia Indonesia.
"Itulah aku bangga atas produk-produk Indonesia, kita membangun bukan dengan asing karena yang untung orang asing. Membangun dengan SDA Indonesia sehingga menjadi nilai tambah bagi Indonesia," ujarnya.
Pada kesempatan itu, dia menjelaskan tentang makna strategis ekonomi rakyat yang antara lain bahwa keterlibatan aktif rakyat dalam kegiatan ekonomi akan lebih menjamin nilai tambah ekonomi secara optimal yang mereka hasilkan.
"Dapat secara langsung diterima rakyat," kata Sri Edi Swasono yang juga Ketua Umum Majelis Luhur Tamansiswa itu.
Pemberdayaan rakyat, kata dia, merupakan tugas nasional untuk meningkatkan produktivitas sehingga mereka lebih konkret menjadi aset aktif pembangunan.
Ia menjelaskan bahwa subsidi dan proteksi kepada rakyat untuk membangun diri dan kehidupan ekonomi merupakan investasi ekonomi nasional dalam bentuk investasi sumber daya insani, bukan pemborosan, serta mendorong tumbuhnya kelas menengah yang berbasis akar rumput.
Sri Edi Swasono mengemukakan bahwa pembangunan ekonomi rakyat meningkatkan daya beli rakyat yang kemudian menjadi energi rakyat untuk lebih mampu membangun diri sendiri.
"Rakyat mampu meraih nilai-nilai tambah ekonomi dan sekaligus nilai tambah sosial atau nilai tambah kemartabatan," katanya.
Pembangunan ekonomi rakyat sebagai pemberdayaan rakyat secara bersama-sama, lanjut dia, akan meningkatkan posisi tawar kolektif untuk lebih mampu mencegah eksploitasi dan subordinasi ekonomi terhadap rakyat.
Rektor Universitas Tidar Cahyo Yusuf mengatakan bahwa mengenal ekonomi kerakyatan berarti mengenal dengan baik proklamator kemerdekaan Indonesia Mohammad Hatta.
"Karena beliaulah pengusung agenda ekonomi kerakyatan, kita perlu menggali kembali pemikiran ekonomi kerakyatan Bung Hatta," katanya.
Ia mengatakan bahwa ekonomi kerakyatan menjadi jalan politik untuk kemakmuran Indonesia.
***3***
(U.M029/B/D007/D007) 18-03-2017 15:09:36
"Pembangunan tidak hanya untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi, tetapi juga meningkatkan nilai tambah sosial-budaya," katanya dalam seminar nasional "Ekonomi Kerakyatan" dalam rangka Dies Natalis Ke-3 Universitas Tidar di Magelang, Sabtu.
Melalui pekerjaan, kata dia, setiap warga negara tidak sekadar mendapatkan gaji yang tinggi, tetapi juga memperkuat keadaban.
Oleh karena itu, dia mengemukakan pentingnya bangsa Indonesia menjadi tuan di negeri sendiri.
Pembangunan nasional, menurut dia, harus terpusat pada kepentingan rakyat, berdasarkan kemampuan rakyat, menggunakan sumber daya alam, dan sumber daya manusia Indonesia.
"Itulah aku bangga atas produk-produk Indonesia, kita membangun bukan dengan asing karena yang untung orang asing. Membangun dengan SDA Indonesia sehingga menjadi nilai tambah bagi Indonesia," ujarnya.
Pada kesempatan itu, dia menjelaskan tentang makna strategis ekonomi rakyat yang antara lain bahwa keterlibatan aktif rakyat dalam kegiatan ekonomi akan lebih menjamin nilai tambah ekonomi secara optimal yang mereka hasilkan.
"Dapat secara langsung diterima rakyat," kata Sri Edi Swasono yang juga Ketua Umum Majelis Luhur Tamansiswa itu.
Pemberdayaan rakyat, kata dia, merupakan tugas nasional untuk meningkatkan produktivitas sehingga mereka lebih konkret menjadi aset aktif pembangunan.
Ia menjelaskan bahwa subsidi dan proteksi kepada rakyat untuk membangun diri dan kehidupan ekonomi merupakan investasi ekonomi nasional dalam bentuk investasi sumber daya insani, bukan pemborosan, serta mendorong tumbuhnya kelas menengah yang berbasis akar rumput.
Sri Edi Swasono mengemukakan bahwa pembangunan ekonomi rakyat meningkatkan daya beli rakyat yang kemudian menjadi energi rakyat untuk lebih mampu membangun diri sendiri.
"Rakyat mampu meraih nilai-nilai tambah ekonomi dan sekaligus nilai tambah sosial atau nilai tambah kemartabatan," katanya.
Pembangunan ekonomi rakyat sebagai pemberdayaan rakyat secara bersama-sama, lanjut dia, akan meningkatkan posisi tawar kolektif untuk lebih mampu mencegah eksploitasi dan subordinasi ekonomi terhadap rakyat.
Rektor Universitas Tidar Cahyo Yusuf mengatakan bahwa mengenal ekonomi kerakyatan berarti mengenal dengan baik proklamator kemerdekaan Indonesia Mohammad Hatta.
"Karena beliaulah pengusung agenda ekonomi kerakyatan, kita perlu menggali kembali pemikiran ekonomi kerakyatan Bung Hatta," katanya.
Ia mengatakan bahwa ekonomi kerakyatan menjadi jalan politik untuk kemakmuran Indonesia.
***3***
(U.M029/B/D007/D007) 18-03-2017 15:09:36