Inovasi itu merupakan sistem pembangkit bertenaga mandiri berbasis teknologi sel bahan bakar mikrobial pertama yang dapat dipakai.
Para peneliti merinci teknologi tersebut dalam makalah berjudul Self-sufficient Wireless Transmitter Powered by Foot-pumped Urine Operating Wearable MFC yang dipublikasikan Bioinspiration and Biomimetics.
Makalah itu menggambarkan eksperimen berbasis laboratorium yang dilakukan oleh Profesor Ioannis Ieropoulos dari Bristol BioEnergy Centre di University of the West of England (UWE Bristol).
Perangkat lunak MFCs ditempelkan pada sepasang kaus kaki dengan pasokan urin yang bersirkulasi ketika orang yang menggunakannya berjalan.
Normalnya aliran berlanjut MFCs akan bergantung pada pompa utama untuk mengedarkan urin ke sel-sel bahan bakar mikrobial, tapi dalam percobaan itu sirkulasinya hanya bergantung pada aktivitas penggunanya.
Pompa manual dibuat berdasarkan sistem sirkulasi ikan. Berjalan membuat urin terpompa sehingga melewati MFCs dan membangkitkan energi.
Selang halus ditempatkan di bawah tumit sepatu, aksi menjamin dorong-tarik sering saat berjalan.
Sistem MFCs yang bisa dikenakan itu berhasil menjalankan transmisi nirkabel, yang bisa mengirim satu pesan setiap dua menit ke modul penerima yang dikendalikan menggunakan PC.
"Setelah berhasil menggunakan urin sebagai sumber energi telepon genggam yang menggunakan MFC, kami ingin melihat apakah bisa mereplikasi keberhasilan ini pada teknologi yang bisa dipakai," kata Profesor Ieropoulos.
"Kami juga menginginkan sistem ini seluruhnya mandiri, berjalan hanya dengan tenaga manusia - menggunakan urin sebagai bahan bakar dan aktivitas kaki sebagai pompa," katanya seperti dilansir laman Institute of Physics, Amerika Serikat, Jumat (11/12).
Penelitian itu, menurut dia, membuka peluang penggunaan limbah sebagai sumber tenaga perangkat elektronik yang bisa dikenakan.
"Sebagai contoh, riset terbaru menunjukkan bahwa seharusnya bisa mengembangkan sistem berbasis teknologi yang bisa dikenakan untuk mengirimkan koordinat seseorang dalam situasi darurat. Pada saat yang sama ini akan mengindikasikan bukti kehidupan karena alat ini hanya bekerja jika urin operator mengaktifkan MFCs."
MFCs menggunakan bakteri untuk membangkitkan listrik dari limbah cair.
Mereka memanfaatkan energi biokimia yang dibutuhkan mikrobia untuk tumbuh dan langsung mengubahnya menjadi listrik.
Teknologi ini bisa menggunakan limbah organik bentuk apapun dan mengubahnya menjadi energi yang bermanfaat tanpa mengandalkan bahan bakar fosil.
Bristol BioEnergy Centre baru-baru ini meluncurkan prototipe peralatan urinal bermitra dengan Oxfam, yang menggunakan teknologi pengolahan urin untuk menerangi bilik-bilik di kamp pengungsi.
Penerjemah: Maryati
Berita Terkait
PLN Icon Plus dan PT Menara Sentosa tandatangani MoU Pemasangan PLTS Atap
Selasa, 22 Oktober 2024 12:16 Wib
BRIN - Undip gagas riset tentang pengembangan PLTN
Senin, 29 Juli 2024 8:01 Wib
Kawasan Industri WIjayakusuma ajak industri pasang panel surya
Jumat, 28 Juni 2024 16:26 Wib
PLN: Penggunaan PLTS atap di Jateng baru 25 persen
Kamis, 27 Juni 2024 21:25 Wib
Sejati jadi pembangkit prestasi di SDN Jatisari Semarang
Selasa, 21 November 2023 7:17 Wib
Dirut PLN ke Prancis berkolaborasi kembangkan pembangkit hidrogen
Kamis, 20 April 2023 20:07 Wib
Politeknik Negeri Cilacap manfaatkan surya dan angin untuk pembangkit listrik
Selasa, 25 Oktober 2022 16:00 Wib
Jawa Tengah percontohan pengembangan EBT tingkat nasional
Selasa, 30 Agustus 2022 18:42 Wib