"Puluhan keluarga tersebut tersebar di Desa Ploso, Kecamatan Jati, Kudus yang merupakan sentra pabrik tahu," ujarnya di Kudus, Selasa.
Dengan adanya pemanfaatan limbah tahu menjadi biogas, kata dia, masyarakat desa setempat secara tidak langsung diajarkan pemanfaatan limbah sebagai sumber energi alternatif.
Selain itu, kata dia, dampak negatif dari limbah tersebut juga bisa dikurangi karena dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk membuat biogas.
Sejak 2008 hingga sekarang, kata dia, tercatat sudah ada 18 unit instalasi pengolahan biogas.
Dari belasan unit instalasi pengolahan biogas tersebut, kata dia, ada yang memanfaatkan kotoran ternak sapi, kotoran manusia, serta limbah pabrik tahu.
"Limbah pabrik tahu dinilai paling efektif dalam menghasilkan biogas, dibandingkan dengan yang lainnya," ujarnya.
Meskipun demikian, kata dia, bantuan pembuatan instalasi pengolahan biogas tidak hanya menyasar limbah pabrik tahu, melainkan ada pula yang menggunakan kotoran ternak serta manusia.
Hanya saja, lanjut dia, paling banyak instalasinya untuk pemanfaatan limbah pabrik tahu.
Bahkan, kata dia, ada satu unit instalasi pengolahan limbah pabrik tahu menjadi biogas bisa dimanfaatkan oleh puluhan keluarga.
Rencananya, lanjut dia, tahun ini diusulkan anggaran untuk pembangunan instalasi serupa di empat lokasi, dua di antaranya dibangun di kawasan pabrik tahu dan selebihnya memanfaatkan kotoran manusia dan ternak.
Agus Trianto, salah satu pengelola instalasi pengolahan limbah pabrik tahu menjadi biogas mengakui, keberadaan instalasi hasil bantuan dari Kantor Lingkungan Hidup Kudus sejak enam bulan lalu tersebut memang bermanfaat.
Meskipun baru sementara dioperasikan, kata dia, saat ini biogas yang dihasilkan sudah bisa dinikmati para tetangga untuk memasak.
"Walaupun belum maksimal, biogas yang dihasilkan sudah bisa menyuplai delapan tungku masak milik warga," ujarnya.
Biogas yang dihasilkan, kata dia, disesuaikan dengan jumlah limbah yang ditampung.
Dalam sehari, lanjut dia, bahan baku kedelai yang dibutuhkan sekitar 4,5 kuintal, sedangkan limbahnya bisa menyuplai energi untuk memasak delapan tungku.
Rencananya, kata dia, dalam waktu dekat tempat penampungan limbahnya akan diperbesar agar menghasilkan biogas yang jauh lebih banyak.
Sejak adanya biogas dari limbah tahu tersebut, dia mengaku, tidak lagi membeli elpiji karena sebelumnya setiap bulan menghabiskan dana hingga Rp150.000 per bulan untuk kebutuhan elpiji.

