.
"Kalaupun ada event kualifikasi pada Mei, tentu waktunya sudah tidak sampai untuk turun pada Olimpiade mendatang, April saja tidak bisa apalagi Mei," kata Pikaoli ketika dihubungi dari Semarang, Kamis.
Menurut dia, berdasarkan aturan, seorang pelari maraton hanya bisa turun dua kali dalam setahun, sedangkan Olimpiade London kurang maksimal empat bulan lagi.
Tetapi, kata dia, dirinya tetap menyiapkan Trianingsih untuk turun pada lari maraton dan kini yang bersangkutan memasuki tahapan latihan umum kedua setelah turun pada lomba lari di Bali, Minggu (22/4).
"Saya serahkan sepenuhnya kepada PB PASI, KONI/KOI, dan pelatnas Program Indonesia Emas (Prima) soal ini, saya tetap akan semaksimal mungkin menyiapkan Trianingsih," kata pelatih asal Sumatera Selatan tersebut.
Ketika ditanya langkah apa yang dilakukan agar Trianingsih bisa tampil pada Olimpiade tetapi waktunya sudah mepet, dia mengatakan, salah satunya adalah Trianingsih mendapatkan "wild card" karena tidak ada waktu.
"Tetapi saya serahkan kepada mereka PB PASI, KONI/KOI, dan Pelatnas Prima, karena kami mendapat jatah satu 'wild card' cabang ini. Kalau Maria Natalia Londa lolos tentunya jatah itu sudah habis," katanya.
Ia menambahkan, dirinya mendapat tugas untuk mempersiapkan Trianingsih turun pada kejuaraan atletik Taiwan Open, 27 Mei mendatang untuk nomor lari 5.000 meter.
"Kalau melihat catatan waktu terbaik Trianingsih yang 15 sekian menit tentunya berat untuk menembus limit Olimpiade yang 14 sekian menit. Tetapi siapa tahu di Taiwan Trianingsih bisa mencapai 14 menit dan menembus limit waktu Olimpiade," katanya.
Apakah Trianingsih dialihkan dari maraton (lari 42,195 kilometer) ke lari 5.000 meter, dia mengatakan, tidak dan dirinya tetap menyiapkan Trianingsih untuk maraton.
"Di Taiwan mendatang, Trianingsih memang diharapkan manajer maupun PB PASI turun pada lari 5.000 meter," katanya.
"Kalaupun ada event kualifikasi pada Mei, tentu waktunya sudah tidak sampai untuk turun pada Olimpiade mendatang, April saja tidak bisa apalagi Mei," kata Pikaoli ketika dihubungi dari Semarang, Kamis.
Menurut dia, berdasarkan aturan, seorang pelari maraton hanya bisa turun dua kali dalam setahun, sedangkan Olimpiade London kurang maksimal empat bulan lagi.
Tetapi, kata dia, dirinya tetap menyiapkan Trianingsih untuk turun pada lari maraton dan kini yang bersangkutan memasuki tahapan latihan umum kedua setelah turun pada lomba lari di Bali, Minggu (22/4).
"Saya serahkan sepenuhnya kepada PB PASI, KONI/KOI, dan pelatnas Program Indonesia Emas (Prima) soal ini, saya tetap akan semaksimal mungkin menyiapkan Trianingsih," kata pelatih asal Sumatera Selatan tersebut.
Ketika ditanya langkah apa yang dilakukan agar Trianingsih bisa tampil pada Olimpiade tetapi waktunya sudah mepet, dia mengatakan, salah satunya adalah Trianingsih mendapatkan "wild card" karena tidak ada waktu.
"Tetapi saya serahkan kepada mereka PB PASI, KONI/KOI, dan Pelatnas Prima, karena kami mendapat jatah satu 'wild card' cabang ini. Kalau Maria Natalia Londa lolos tentunya jatah itu sudah habis," katanya.
Ia menambahkan, dirinya mendapat tugas untuk mempersiapkan Trianingsih turun pada kejuaraan atletik Taiwan Open, 27 Mei mendatang untuk nomor lari 5.000 meter.
"Kalau melihat catatan waktu terbaik Trianingsih yang 15 sekian menit tentunya berat untuk menembus limit Olimpiade yang 14 sekian menit. Tetapi siapa tahu di Taiwan Trianingsih bisa mencapai 14 menit dan menembus limit waktu Olimpiade," katanya.
Apakah Trianingsih dialihkan dari maraton (lari 42,195 kilometer) ke lari 5.000 meter, dia mengatakan, tidak dan dirinya tetap menyiapkan Trianingsih untuk maraton.
"Di Taiwan mendatang, Trianingsih memang diharapkan manajer maupun PB PASI turun pada lari 5.000 meter," katanya.