Jakarta (ANTARA) - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengatakan kasus dugaan korupsi dalam kerja sama antara PT Aneka Tambang atau Antam (Persero) dengan PT Loco Montrado (LCM) tahun 2017 bermula dari mesin yang rusak.

“Jadi, mesin di Antam itu untuk memindahkan ore atau bijih emas ya, itu rusak pada saat itu,” ujar Pelaksana Tugas Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK Asep Guntur Rahayu di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Selasa (21/10) malam.

Setelah itu, kata Asep, pegawai Antam pada saat terjadinya perkara, Dody Martimbang (DM), menghubungi Direktur Utama Loco Montrado Siman Bahar (SB) terkait alat pemurnian bijih emas.

“Ternyata kedua alat ini berbeda, yakni alat yang dimiliki oleh Antam dengan alat yang dimiliki oleh Loco Montrado itu berbeda. Antam itu bisa memisahkan ore dengan persentase kecil, tetapi yang punyanya Loco Montrado itu tidak bisa,” katanya.

Ia menjelaskan alat pemurnian bijih emas yang dimiliki Loco Montrado hanya bisa memisahkan dengan persentase yang besar.

“Akhirnya, karena permintaan dari saudara DM, kemudian saudara SB ini ore-nya ditampung tetapi tidak dilakukan pemurnian di PT yang bersangkutan, PT LCM ini. Dia bawa ke luar negeri, kalau tidak salah, ke negara tetangga,” ujarnya.

Lebih lanjut dia mengatakan Siman Bahar kemudian mengganti bijih emas yang dibawa ke luar negeri dengan cadangan emas milik yang bersangkutan, sehingga perhitungannya menjadi beda.

“Dari ore yang dimiliki oleh Antam ini harusnya dapat misalkan satu ton. Nah ternyata hasilnya enggak satu ton, kurang gitu, kurang dari itu,” katanya.

Ia melanjutkan, “Nah itu lah terjadi kemudian kerugiannya di situ gitu karena perbedaan mesinnya dan lain-lainnya yang tidak bisa. Itu fraud-nya (kecurangannya, red.) ada di situ.”


Baca juga: KPK periksa pegawai TRG Investama terkait kasus digitalisasi SPBU


Pewarta : Rio Feisal
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2025