Kudus (ANTARA) - Komunitas pecinta literasi Kudus Book Party menggandeng penulis kenamaan Fenty Effendy untuk berbagi dan diskusi buku berjudul Bawa Mereka Pulang, yang mengangkat kisah nyata pembebasan 10 anak buah kapal (ABK) Indonesia yang disandera di Filipina.
Acara yang digelar di taman Oasis Kudus, Senin, diikuti sekitar 100 peserta dari kalangan guru, mahasiswa, pegiat literasi, dan masyarakat umum.
Koordinator Regional Kudus Book Party, Rofida Ilya di Kudus, Senin, menjelaskan kegiatan ini merupakan bagian dari upaya komunitasnya untuk menumbuhkan budaya literasi di tengah masyarakat sekaligus menumbuhkan nilai kemanusiaan melalui kisah nyata perjuangan.
"Bangun literasi itu penting untuk memperkuat kualitas SDM. Ide menghadirkan Penulis Fenty Effendy berawal dari keresahan kami terhadap minimnya perhatian pemerintah terhadap gerakan literasi. Melalui buku ini, kami ingin menunjukkan bahwa membaca bisa membuka empati, terutama terhadap perjuangan kemanusiaan, seperti pembebasan para ABK ini," ujarnya.
Rofida menambahkan antusiasme peserta cukup tinggi meski kegiatan digelar pada hari kerja.
"Maklum karena hari Senin merupakan pekan pertama aktivitas kerja, sehingga digelar sore hari. Meskipun demikian, banyak teman Kudus Book Party yang tetap datang. Diskusi berjalan hangat dan penuh semangat," ujarnya.
Melalui kegiatan ini, Kudus Book Party berharap semangat literasi dan empati sosial dapat terus tumbuh di kalangan masyarakat Kudus.
"Kami juga ingin literasi bukan hanya soal membaca buku, tetapi juga memahami nilai kemanusiaan dan belajar dari kisah nyata bangsa sendiri," ujarnya.
Pada diskusi tersebut, Fenty Effendy secara langsung membagikan buku Bawa Mereka Pulang secara gratis kepada peserta. Buku tersebut merupakan karya jurnalistiknya yang mengungkap kisah di balik layar pembebasan 10 ABK Indonesia tanpa uang tebusan, serta peran berbagai pihak yang terlibat dalam proses negosiasi kemanusiaan tersebut.
"Saya senang sekali bisa hadir di Kudus Book Party. Ini pengalaman pertama dan istimewa, karena Kudus menjadi tempat pertama pembahasan buku Bawa Mereka Pulang yang dibagikan gratis untuk dibaca bersama," ujar Fenty Effendy.
Fenty menjelaskan buku tersebut menyajikan kisah yang belum banyak diketahui publik (untold story) mengenai proses pembebasan para sandera, termasuk drama dan strategi negosiasi di balik keberhasilan tersebut.
"Di sini diceritakan siapa yang membebaskan, bagaimana prosesnya dilakukan tanpa uang tebusan, dan perjuangan para negosiator yang bekerja dalam senyap. Semua bisa dipelajari dari buku ini," ujarnya.
Ia menekankan buku tersebut juga mengandung pesan penting bagi mahasiswa dan generasi muda agar lebih kritis dalam memilah informasi di era media sosial.
"Dari buku ini, kita belajar apa itu informasi A1, bagaimana mendapatkan sumber sahih, dan bagaimana memilah kebenaran di tengah derasnya informasi yang belum tentu benar. Buku ini bisa menjadi bahan pembelajaran tentang tanggung jawab dan ketelitian dalam mencari fakta," ujarnya.
Kegiatan literasi ini juga mendapatkan dukungan dari Anggota DPR RI Lestari Moerdijat, yang turut berperan dalam tim kemanusiaan pembebasan 10 ABK tersebut pada tahun 2016.
"Setelah sembilan tahun berlalu, baru sekarang publik mengetahui bahwa Ibu Lestari Moerdijat merupakan salah satu pimpinan tim kemanusiaan yang terlibat langsung dalam proses pembebasan para ABK. Kisah ini menjadi pelajaran berharga tentang kemanusiaan dan diplomasi tanpa kekerasan," ujar Fenty.
Baca juga: Bupati minta semua SPPG di Kudus dilengkapi kamera CCTV
Kudus Book Party gandeng Fenty Effendy bagikan buku pembebasan ABK
Penulis kenamaan Fenty Effendy sedang menandatangani buku berjudul "Bawa Mereka Pulang" secara gratis kepada peserta diskusi yang merupakan anggota Kudus Book Party di Taman Oasis Djarum Kudus, Jawa Tengah, Senin (6/10/2025). ANTARA/Akhmad Nazaruddin Lathif
Penulis kenamaan Fenty Effendy sedang menandatangani buku berjudul "Bawa Mereka Pulang" secara gratis kepada peserta diskusi yang merupakan anggota Kudus Book Party di Taman Oasis Djarum Kudus, Jawa Tengah, Senin (6/10/2025). ANTARA/Akhmad Nazaruddin Lathif