Semarang (ANTARA) - Firman Setiyaji, pendiri usaha kerakyatan berbasis masyarakat yang diberi nama Bengok Craft berhasil mengubah eceng gondok yang sebelumnya merupakan limbah Danau Rawa Pening menjadi karya bernilai tinggi berbentuk aneka kerajinan.

Laki-laki berusia 33 tahun ini menceritakan ide awal dimulai dari banyaknya eceng gondok di Danau Rawa Pening, bahkan danau yang semestinya berwarna biru berubah menjadi hijau karena seluruh permukaannya tertutup tanaman eceng gondok yang menjadi gulma. Ikan-ikan di dalam danau pun mati dan berdampak kepada kesejahteraan nelayan. 

"Pendirian Bengok Craft dilatarbelakangi tiga hal, yang pertama meningkatkan taraf ekonomi masyarakat, kedua menjadi pengembangan sosial melalui pemberdayaan masyarakat, dan yang ketiga terkait perlindungan lingkungan untuk melestarikan Rawa Pening dengan meminimalisir pertumbuhan eceng gondok," kata Firman.

Tahun pertama Bengok Craft, kata dia, fokus pada peningkatan kapasitas produksi dengan melakukan penjaringan untuk keikutsertaan pengrajin dengan melakukan sosialisasi dan mengajak warga sekitar untuk turut berkontribusi.

Firman menceritakan setelah lima tahun berjalan, Bengok Craft mengalami naik turun dan telah melewati berbagai fase dalam pengembangan usahanya. Kini sudah memiliki 20 pegawai yang berasal di sekitar Rawa Pening, mayoritas lansia dan ibu-ibu.

"Sekarang kondisinya sudah jauh lebih baik, permukaan Rawa Pening jadi lebih bersih dari gulma daun eceng gondok. Masyarakat sudah mulai sadar dan peduli untuk mengambil eceng gondok yang memenuhi danau, bahkan disulap jadi karya,” kata Firman yang mengaku Danau Rawa Pening letaknya tidak jauh dari tempat tinggalnya di Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Untuk aneka kerajinan yang dibuat Bengok Craft dari eceng gondok, kata Firman, melalui berbagai teknik di antaranya, teknik anyaman dengan model kubu dan palet, serta teknik kepang. Berbagai teknik itu kita kombinasikan menjadi berbagai produk Bengok Craft, seperti tas, sandal, gelang, keset, keranjang, topi, dan sebagainya.

Untuk semakin memperkuat usahanya, Firman mendaftarkan diri menjadi peserta pelatihan Pertamina Usaha Mikro Kecil (UMK) Academy di tahun 2024. Dirinya menjadi salah satu peserta yang terpilih dari klaster Regional Jawa Bagian Tengah.

"Saya mengikuti delapan kali pelatihan online class dari Pertamina UMK Academy Regional Jawa Bagian Tengah dan mendapat banyak sekali manfaat. Mulai dari bagaimana mengembangkan usaha, memasarkan produk, bagaimana produk kita inovatif dan diterima di pasaran," kata Firman.

Meskipun dilaksanakan secara online, kata dia, tapi semua dijelaskan secara detail dan interaktif. Saat ada keluhan di usahanya, juga bisa konsultasi langsung di kelas tersebut.

Area Manager Communication, Relations, & Corporate Social Responsibility (CSR) Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga Brasto Galih Nugroho mengungkapkan Pertamina UMK Academy merupakan salah satu bentuk tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) yang dijalankan Pertamina, utamanya kepada pelaku UMK dengan tujuan meningkatkan taraf ekonomi, secara khusus bagi pelaku usaha tersebut maupun secara umum untuk perekonomian nasional.

”Kalau sebelumnya Pertamina UMK Academy diberikan kepada pelaku UMK yang dibina melalui Program Pendanaan Usaha Mikro Kecil (PPUMK), kini keikutsertaannya dibuka untuk umum dengan proses pendaftaran dan seleksi,” kata Brasto.

Tercatat lebih dari 8.000 pendaftar di seluruh Indonesia dan terseleksi 5.500 yang berhasil terpilih untuk mengikuti Pertamina UMK Academy. Pada tahapan awal, peserta dibagi berdasarkan skala Regional yang tersebar di seluruh Indonesia, salah satunya Regional Jawa Bagian Tengah.

”PT Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah menjadi salah satu pengelola pelaksanaan UMK Academy di skala Regional Jawa Bagian Tengah yang meliputi wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purbalingga, dan Kabupaten Temanggung," katanya.

Pelaksanaan UMK Academy di skala regional telah berlangsung pada Juni hingga Agustus dan telah memasuki skala nasional di bulan September. Selain pelatihan secara daring, juga dilaksanakan pelatihan dan pertemuan peserta secara luring dengan nama kegiatan Kopi Darat yang dibagi menjadi 3 wilayah, yaitu Semarang, Yogyakarta, dan Solo. Tidak hanya itu, empat peserta terpilih juga mendapat kesempatan dukungan pameran UMK melalui proses sayembara.

"Dari 133 peserta di Regional Jawa Bagian Tengah, setidaknya 45 peserta berhasil lolos ke skala nasional berkat keaktifan dan keunggulan usaha yang dijalankan, termasuk salah satunya Bengok Craft. Peserta yang lolos ke skala nasional akan bergabung dengan peserta-peserta terpilih dari Regional lainnya untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan lanjutan yang lebih intensif," tutup Brasto.
 

Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024