Semarang (ANTARA) - Kelompok masyarakat binaan PT Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah di Boyolali, Jawa Tengah, sukses membuat biogas yang berasal dari sebelumnya dinilai tidak berharga, yaitu kotoran sapi dan kambing hingga tanaman liar seperti eceng gondok.
"Kami sudah manfaatkan untuk kompor. Jadi, mengubah kemarin pakai BBM diganti dengan biogas," kata Pendamping Kelompok Pandawa Patra Haryono, dalam pernyataan di Semarang, Rabu.
Kelompok Pandawa Patra yang berada di Desa Keposong, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali, adalah beranggotakan para penyandang difabel.
"Sudah bisa dimanfaatkan tapi kemarin setelah riset limbah kita kombinasikan dengan kotoran kambing, hasilnya lebih bagus," katanya.
Menurut dia, limbah tak termanfaatkan menjadi permasalahan masyarakat saat itu sehingga bersinergi dengan Pertamina untuk mengolah limbah peternakan menjadi biogas.
Ia menjelaskan, dalam tiga bulan bisa menghasilkan produksi 370 karung limbah peternakan yang bisa diubah menjadi biogas.
Tak hanya mengubah limbah peternakan menjadi biogas, anggota juga dilatih untuk melakukan proses peternakan yang lebih baik.
Kelompok masyarakat lainnya yang dibina PT Pertamina Patra Niaga Regional JBT adalah Pokmas Ngudi Tirto Lestari di Desa Sobokerto, Kecamatan Ngemplak, Boyolali yang berhasil mengembangkan eceng gondok menjadi biogas.
Anggota Pokmas Ngudi Tirto Lestari Dalmanto menjelaskan bahwa gulma eceng gondok di Waduk Cengklik, Kabupaten Boyolali, merusak alat tangkap ikan dan keramba hingga membuat ikan mati sehingga akhirnya diolah menjadi biogas.
"Prosesnya kami ambil batang dan daun. Akar kita pisahkan. Setelah itu kita masukkan di portable IPAL. Kami fermentasi selama 21 hari dan terjadi gas," katanya.
Dalam prosesnya, gas dari gigester dialirkan ke ban bekas untuk menyimpan biogas dan sudah bisa digunakan untuk memasak dengan disambungkan ke kompor.
"Setelah kami mendapatkan ilmu dari Pertamina Patra Niaga bagaimana eceng gondok ini bermanfaat, kami mendapatkan ilmu, kami olah menjadi listrik dan pupuk," katanya.
Sementara itu, Aviation Fuel Terminal (AFT) Adi Sumarmo Pertamina Patra Niaga Hendra Permana Hermanto membenarkan bahwa gulma eceng gondok menyulitkan masyarakat sekitar.
Ia memaparkan gulma dari eceng gondok di Waduk Cengklik itu menyebabkan eutrofikasi dan sedimentasi ketika dibiarkan, bahkan mengganggu ekosistem di bawahnya.
"Makanya kita manfaatkan dan setahun kita mengumpulkan 3.500 kg dari eceng gondok dan kita olah menjadi biogas," katanya.

