Pati (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati, Jawa Tengah memastikan suplai air bersih cukup untuk warga terdampak kekeringan yang saat ini semakin meluas di daerah setempat.
"Selain ada sumber air dari sumur yang dimiliki BPBD Pati, kami juga mendapatkan bantuan dua unit sumur dalam dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Pati Martinus Budi Prasetyo di Pati, Senin.
Jika sebelumnya hanya mengoperasikan dua truk tangki berkapasitas 4.000 liter, kata dia, saat ini harus menambah menjadi lima armada yang harus dikerahkan karena jumlah desa terdampak juga meluas menjadi 62 desa.
Dari lima armada yang tersedia, kata dia, tiga di antaranya milik BPBD Pati dan tiga lainnya pinjam dari Provinsi Jateng serta Dinas Kelautan Pati.
Ia mencatat dalam sehari, air bersih yang didistribusikan ke desa-desa terdampak kekeringan bisa mencapai 25 truk tangki.
"Meskipun beberapa daerah sudah mulai turun hujan, untuk Kabupaten Pati diperkirakan turun hujan pada bulan Oktober 2024. Sehingga bulan ini jumlah desa terdampak kekeringan masih bisa berubah," ujarnya.
Selain melakukan droping air bersih secara langsung ke desa-desa, beberapa daerah yang tidak memiliki tampungan air secara memadai juga mendapat pinjaman bak penampung air berkapasitas 5.000-an liter yang merupakan bantuan BNPB.
Bahkan, kata dia, sudah ada 11 lokasi dilengkapi bak penampungan air tersebut, sehingga warga bisa mengambilnya setiap waktu sesuai kebutuhan.
"Harapannya, warga tetap melakukan penghematan dalam penggunaan air bersih yang dibutuhkan untuk air minum dan memasak, sedangkan untuk kebutuhan mandi dan mencuci masih banyak yang bisa memenuhi dengan sumber-sumber air lokal," ujarnya.
Puluhan desa terdampak kekeringan tersebut, tersebar di Kecamatan Jakenan, Jaken, Pucakwangi, Winong, Tambakromo, Kayen, Sukolilo, Gabus, dan Batangan.
Warga Kabupaten Pati juga mengalami dampak kekeringan pada 2023. Bahkan, jumlah desa terdampak kekeringan saat itu mencapai 94 desa tersebar di 10 kecamatan.
"Selain ada sumber air dari sumur yang dimiliki BPBD Pati, kami juga mendapatkan bantuan dua unit sumur dalam dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Pati Martinus Budi Prasetyo di Pati, Senin.
Jika sebelumnya hanya mengoperasikan dua truk tangki berkapasitas 4.000 liter, kata dia, saat ini harus menambah menjadi lima armada yang harus dikerahkan karena jumlah desa terdampak juga meluas menjadi 62 desa.
Dari lima armada yang tersedia, kata dia, tiga di antaranya milik BPBD Pati dan tiga lainnya pinjam dari Provinsi Jateng serta Dinas Kelautan Pati.
Ia mencatat dalam sehari, air bersih yang didistribusikan ke desa-desa terdampak kekeringan bisa mencapai 25 truk tangki.
"Meskipun beberapa daerah sudah mulai turun hujan, untuk Kabupaten Pati diperkirakan turun hujan pada bulan Oktober 2024. Sehingga bulan ini jumlah desa terdampak kekeringan masih bisa berubah," ujarnya.
Selain melakukan droping air bersih secara langsung ke desa-desa, beberapa daerah yang tidak memiliki tampungan air secara memadai juga mendapat pinjaman bak penampung air berkapasitas 5.000-an liter yang merupakan bantuan BNPB.
Bahkan, kata dia, sudah ada 11 lokasi dilengkapi bak penampungan air tersebut, sehingga warga bisa mengambilnya setiap waktu sesuai kebutuhan.
"Harapannya, warga tetap melakukan penghematan dalam penggunaan air bersih yang dibutuhkan untuk air minum dan memasak, sedangkan untuk kebutuhan mandi dan mencuci masih banyak yang bisa memenuhi dengan sumber-sumber air lokal," ujarnya.
Puluhan desa terdampak kekeringan tersebut, tersebar di Kecamatan Jakenan, Jaken, Pucakwangi, Winong, Tambakromo, Kayen, Sukolilo, Gabus, dan Batangan.
Warga Kabupaten Pati juga mengalami dampak kekeringan pada 2023. Bahkan, jumlah desa terdampak kekeringan saat itu mencapai 94 desa tersebar di 10 kecamatan.