Demak (ANTARA) - Air merupakan bagian tak terpisahkan dari manusia dan makhluk hidup, serta alam sekitarnya. Tanpa air, manusia dan makhluk hidup lainnya tidak bisa hidup.
Sementara lingkungan tanpa air juga tidak nyaman ditinggali, karena lingkungan menjadi tidak terawat.
Seiring pertambahan penduduk, kebutuhan air bersih kian meningkat. Bersamaan dengan itu, daerah resapan air atau disebut kawasan tangkapan air hujan kian menyempit, sehingga kita perlu memberikan perhatian terhadap kelangsungan sumber daya air.
Daerah tangkapan air atau catchmen area sebagai kawasan imbuhan air hujan memiliki nilai penting bagi mata air, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas, sehingga daerah tersebut juga berperan menyimpan air untuk kelangsungan makhluk hidup, terutama saat kemarau.
Warga di beberapa daerah di Kabupaten Demak mengalami kesulitan air bersih saat musim kemarau, karena sumurnya juga ikut mengering.
Untuk itulah, Dinas Lingkungan Hidup Pemkab Demak menggalakkan Program Kampung Iklim (Proklim) dari pemerintah pusat. Selain untuk menjaga lingkungan tetap bersih, mengatasi masalah air ini juga menumbuhkan gerakan nasional adaptasi dan mitigasi perubahan iklim melalui pelaksanaan kegiatan berbasis masyarakat yang bersifat aplikatif, adaptif, dan berkelanjutan.
Salah satu desa yang menjadi percontohan adalah Dusun Mangunan Lor, Desa Mangunan, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Demak.
Hariyono, salah satu warga Desa Mangunan, yang dinobatkan sebagai pegiat lingkungan tingkat perdesaan oleh Pemkab Demak mengakui masyarakat peduli lingkungan, hingga akhirnya desa itu dinobatkan sebagai kampung iklim. Perjuangan itu memang tidak mudah.
Permasalahan utama yang menjadi tantangan untuk mengubah kebiasaan masyarakat, salah satunya soal membuang sampah. Jika sebelumnya masyarakat masih abai, kini sudah mencapai kesadaran tinggi karena tidak sekadar dibuang pada tempatnya, tetapi sudah meningkat, hingga adanya pengelolaan sampah tingkat rumah tangga.
Sampah yang masih bisa dimanfaatkan kembali, disortir oleh warga, seperti kertas atau plastik bisa dijual kembali, sedangkan sampah organik bisa diolah menjadi berbagai jenis pupuk.
Keberhasilan tersebut juga berbuah manis karena aliran sungai yang menjadi andalan masyarakat sebagai sumber air bersih tidak tercemar oleh sampah yang dibuang sembarangan.
Hariyono yang didapuk sebagai Ketua Pokja Proklim Dusun Mangunan Lor juga mengajak warga untuk menanam pohon di lingkungan sekitarnya, sebagai salah satu upaya meningkatkan tutupan lahan untuk penyediaan air, sekaligus untuk memperbaiki sumber air yang ada di sekitar.
Selama ini, warga Desa Mangunan Lor hanya mengandalkan sumur galian untuk mendapatkan air bersih, namun saat kemarau tak ada airnya karena mengering.
Untuk mendapatkan air bersih, warga sekitar terpaksa mengangsu dari aliran sungai yang juga mulai mengering. Sementara warga lainnya ada yang menggantungkan droping air bersih, namun belum mencukupi.
Tidak ingin selalu menghadapi permasalahan serupa setiap tahunnya, pemerintah desa bersama warga sekitar mengajukan bantuan pembuatan embung untuk penampungan air serta program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS).
Program itu akhirnya bisa terwujud berupa bangunan embung yang airnya diperoleh dari Sungai Tuntang. Air dari sungai itu dialirkan menuju Bendung Gelapan lewat aliran Sungai Teleng, kemudian dialirkan menuju bendung kecil yang nantinya menjadi andalan warga sekitar.
Dari embung kecil tersebut, kemudian diproses melalui instalasi PAMSIMAS, sebelum dialirkan ke rumah-rumah warga.
Keberadaan embung kecil tersebut juga didukung dengan program penghijauan di lingkungan rumah warga dan sekitar saluran irigasi, sehingga ketersediaan air bertahan hingga musim kemarau panjang sekalipun.
Akhirnya, sejak tahun 2013 warga Dusun Mangunan Lor tak perlu lagi kesulitan air bersih, terutama saat musim kemarau. Jika sebelumnya sambungan air bersih hanya untuk satu dusun, kini sudah meningkat hingga tiga dusun dengan tambahan Dusun Karangmalang dan Sampang, dengan total sambungan untuk 650 keluarga.
Sumur kembali hidup
Program Kampung Iklim ternyata tidak hanya mengubah kebiasaan masyarakat lebih peduli terhadap lingkungan, tetapi juga memberikan tambahan energi positif karena saat kemarau, sumur-sumur warga yang biasanya mengering, kini mulai muncul air.
Hal itu, dianggap sebagai dampak positif program penghijauan yang digalakkan masyarakat sejak disepakati mengikuti Proklim, sehingga hampir di setiap lingkungan rumah warga terdapat beberapa tanaman, termasuk di dekat-dekat aliran sungai.
Bahkan, warga juga berlomba-lomba membuat biopori yang bertujuan untuk meningkatkan perkolasi air hujan ke dalam tanah. Manfaat lainnya, tentu bisa mengurangi risiko banjir serta meningkatkan kualitas air dan memperbaiki kesehatan tanah.
Keandalan sumber air yang dimiliki warga Desa Mangunan Lor memang sudah teruji selama bertahun-tahun, termasuk kemarau panjang tahun 2023 juga tidak menimbulkan kepanikan warga karena air bersih tetap mudah didapat.
Manfaat pembuatan biopori dan sumur resapan juga dibuktikan oleh BPBD Kabupaten Demak, karena sumur dalam yang terdapat di kompleks kantor instansi pemerintah itu tidak pernah mengering ketika musim kemarau.
Sumur tersebut juga menjadi andalan warga di Kabupaten Demak yang membutuhkan suplai air bersih saat musim kemarau.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Demak M. Agus Nugroho Luhur sendiri setiap kesempatan bertemu kepala desa yang menghadapi permasalahan air bersih, saat musim kemarau, dipersilakan mengambil air bersih di sumur BPBD.
Hal itu juga terjadi pada musim kemarau panjang tahun 2023, dengan sumur tidak mengering, meskipun cukup banyak desa yang mengambil untuk memenuhi kebutuhan warganya, selain pula untuk memenuhi kebutuhan perkantoran di lingkungan BPBD Demak.
Untuk itulah, setiap ada kesempatan BPBD Demak mengampanyekan pentingnya penanaman pohon, pembuatan sumur resapan maupun biopori, sebagai salah satu ikhtiar mendapatkan cadangan air bersih dari perut bumi saat musim kemarau dari masing-masing sumur warga.
Dengan kondisi geografis di masing-masing desa di Kabupaten Demak yang berbeda-beda, ikhtiar tersebut patut dicoba, meskipun untuk beberapa daerah hanya bisa mengandalkan saluran air dari perusahaan daerah air minum (PDAM).
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Demak yang menjadi motor penggerak Proklim, juga terus mengampanyekan dan mendorong kampung lainnya untuk mencontoh Desa Mangunan yang berhasil mandiri dalam penyediaan air bersih.
Kesuksesan warga Dusun Mangunan Lor menjadikan kampungnya sebagai kampung iklim, termasuk kemandirian sumber daya airnya, juga diminta menularkan ilmunya ke kampung-kampung lainnya.
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Demak memberikan mandat kepada para penggawa Proklim Dusun Mangunan Lor untuk mendampingi 10 kampung terdekat yang mengajukan diri menuju Proklim.
Ketika warga di semua kampung di Kabupaten Demak memiliki komitmen yang sama menjadi Proklim, maka bukan hal yang mustahil untuk mewujudkan kemandirian sumber daya air, tanpa harus menggantungkan bantuan air dari program droping air bersih dari pemerintah maupun dari pihak swasta.
Baca juga: Mentan serahkan bantuan 10 ribu pompa air untuk petani Jateng
Sementara lingkungan tanpa air juga tidak nyaman ditinggali, karena lingkungan menjadi tidak terawat.
Seiring pertambahan penduduk, kebutuhan air bersih kian meningkat. Bersamaan dengan itu, daerah resapan air atau disebut kawasan tangkapan air hujan kian menyempit, sehingga kita perlu memberikan perhatian terhadap kelangsungan sumber daya air.
Daerah tangkapan air atau catchmen area sebagai kawasan imbuhan air hujan memiliki nilai penting bagi mata air, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas, sehingga daerah tersebut juga berperan menyimpan air untuk kelangsungan makhluk hidup, terutama saat kemarau.
Warga di beberapa daerah di Kabupaten Demak mengalami kesulitan air bersih saat musim kemarau, karena sumurnya juga ikut mengering.
Untuk itulah, Dinas Lingkungan Hidup Pemkab Demak menggalakkan Program Kampung Iklim (Proklim) dari pemerintah pusat. Selain untuk menjaga lingkungan tetap bersih, mengatasi masalah air ini juga menumbuhkan gerakan nasional adaptasi dan mitigasi perubahan iklim melalui pelaksanaan kegiatan berbasis masyarakat yang bersifat aplikatif, adaptif, dan berkelanjutan.
Salah satu desa yang menjadi percontohan adalah Dusun Mangunan Lor, Desa Mangunan, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Demak.
Hariyono, salah satu warga Desa Mangunan, yang dinobatkan sebagai pegiat lingkungan tingkat perdesaan oleh Pemkab Demak mengakui masyarakat peduli lingkungan, hingga akhirnya desa itu dinobatkan sebagai kampung iklim. Perjuangan itu memang tidak mudah.
Permasalahan utama yang menjadi tantangan untuk mengubah kebiasaan masyarakat, salah satunya soal membuang sampah. Jika sebelumnya masyarakat masih abai, kini sudah mencapai kesadaran tinggi karena tidak sekadar dibuang pada tempatnya, tetapi sudah meningkat, hingga adanya pengelolaan sampah tingkat rumah tangga.
Sampah yang masih bisa dimanfaatkan kembali, disortir oleh warga, seperti kertas atau plastik bisa dijual kembali, sedangkan sampah organik bisa diolah menjadi berbagai jenis pupuk.
Keberhasilan tersebut juga berbuah manis karena aliran sungai yang menjadi andalan masyarakat sebagai sumber air bersih tidak tercemar oleh sampah yang dibuang sembarangan.
Hariyono yang didapuk sebagai Ketua Pokja Proklim Dusun Mangunan Lor juga mengajak warga untuk menanam pohon di lingkungan sekitarnya, sebagai salah satu upaya meningkatkan tutupan lahan untuk penyediaan air, sekaligus untuk memperbaiki sumber air yang ada di sekitar.
Selama ini, warga Desa Mangunan Lor hanya mengandalkan sumur galian untuk mendapatkan air bersih, namun saat kemarau tak ada airnya karena mengering.
Untuk mendapatkan air bersih, warga sekitar terpaksa mengangsu dari aliran sungai yang juga mulai mengering. Sementara warga lainnya ada yang menggantungkan droping air bersih, namun belum mencukupi.
Tidak ingin selalu menghadapi permasalahan serupa setiap tahunnya, pemerintah desa bersama warga sekitar mengajukan bantuan pembuatan embung untuk penampungan air serta program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS).
Program itu akhirnya bisa terwujud berupa bangunan embung yang airnya diperoleh dari Sungai Tuntang. Air dari sungai itu dialirkan menuju Bendung Gelapan lewat aliran Sungai Teleng, kemudian dialirkan menuju bendung kecil yang nantinya menjadi andalan warga sekitar.
Dari embung kecil tersebut, kemudian diproses melalui instalasi PAMSIMAS, sebelum dialirkan ke rumah-rumah warga.
Keberadaan embung kecil tersebut juga didukung dengan program penghijauan di lingkungan rumah warga dan sekitar saluran irigasi, sehingga ketersediaan air bertahan hingga musim kemarau panjang sekalipun.
Akhirnya, sejak tahun 2013 warga Dusun Mangunan Lor tak perlu lagi kesulitan air bersih, terutama saat musim kemarau. Jika sebelumnya sambungan air bersih hanya untuk satu dusun, kini sudah meningkat hingga tiga dusun dengan tambahan Dusun Karangmalang dan Sampang, dengan total sambungan untuk 650 keluarga.
Sumur kembali hidup
Program Kampung Iklim ternyata tidak hanya mengubah kebiasaan masyarakat lebih peduli terhadap lingkungan, tetapi juga memberikan tambahan energi positif karena saat kemarau, sumur-sumur warga yang biasanya mengering, kini mulai muncul air.
Hal itu, dianggap sebagai dampak positif program penghijauan yang digalakkan masyarakat sejak disepakati mengikuti Proklim, sehingga hampir di setiap lingkungan rumah warga terdapat beberapa tanaman, termasuk di dekat-dekat aliran sungai.
Bahkan, warga juga berlomba-lomba membuat biopori yang bertujuan untuk meningkatkan perkolasi air hujan ke dalam tanah. Manfaat lainnya, tentu bisa mengurangi risiko banjir serta meningkatkan kualitas air dan memperbaiki kesehatan tanah.
Keandalan sumber air yang dimiliki warga Desa Mangunan Lor memang sudah teruji selama bertahun-tahun, termasuk kemarau panjang tahun 2023 juga tidak menimbulkan kepanikan warga karena air bersih tetap mudah didapat.
Manfaat pembuatan biopori dan sumur resapan juga dibuktikan oleh BPBD Kabupaten Demak, karena sumur dalam yang terdapat di kompleks kantor instansi pemerintah itu tidak pernah mengering ketika musim kemarau.
Sumur tersebut juga menjadi andalan warga di Kabupaten Demak yang membutuhkan suplai air bersih saat musim kemarau.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Demak M. Agus Nugroho Luhur sendiri setiap kesempatan bertemu kepala desa yang menghadapi permasalahan air bersih, saat musim kemarau, dipersilakan mengambil air bersih di sumur BPBD.
Hal itu juga terjadi pada musim kemarau panjang tahun 2023, dengan sumur tidak mengering, meskipun cukup banyak desa yang mengambil untuk memenuhi kebutuhan warganya, selain pula untuk memenuhi kebutuhan perkantoran di lingkungan BPBD Demak.
Untuk itulah, setiap ada kesempatan BPBD Demak mengampanyekan pentingnya penanaman pohon, pembuatan sumur resapan maupun biopori, sebagai salah satu ikhtiar mendapatkan cadangan air bersih dari perut bumi saat musim kemarau dari masing-masing sumur warga.
Dengan kondisi geografis di masing-masing desa di Kabupaten Demak yang berbeda-beda, ikhtiar tersebut patut dicoba, meskipun untuk beberapa daerah hanya bisa mengandalkan saluran air dari perusahaan daerah air minum (PDAM).
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Demak yang menjadi motor penggerak Proklim, juga terus mengampanyekan dan mendorong kampung lainnya untuk mencontoh Desa Mangunan yang berhasil mandiri dalam penyediaan air bersih.
Kesuksesan warga Dusun Mangunan Lor menjadikan kampungnya sebagai kampung iklim, termasuk kemandirian sumber daya airnya, juga diminta menularkan ilmunya ke kampung-kampung lainnya.
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Demak memberikan mandat kepada para penggawa Proklim Dusun Mangunan Lor untuk mendampingi 10 kampung terdekat yang mengajukan diri menuju Proklim.
Ketika warga di semua kampung di Kabupaten Demak memiliki komitmen yang sama menjadi Proklim, maka bukan hal yang mustahil untuk mewujudkan kemandirian sumber daya air, tanpa harus menggantungkan bantuan air dari program droping air bersih dari pemerintah maupun dari pihak swasta.
Baca juga: Mentan serahkan bantuan 10 ribu pompa air untuk petani Jateng