Magelang (ANTARA) - Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah memberikan bantuan air bersih kepada masyarakat di sejumlah desa di daerah itu yang terdampak kekeringan akibat kemarau panjang dipengaruhi El Nino tahun ini.
Ketua IBI Kabupaten Magelang Sri Kuswanti di sela pendistribusian air bersih kepada warga RT-03/RW-05 Dusun Guntur, Desa Rejosari, Kecamatan Bandongan di Magelang Jumat mengatakan, bakti sosial organisasinya itu bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang.
Total bantuan air bersih IBI setempat mencapai 53 truk tangki, di mana setiap armada berkapasitas 5.000 liter. Sasaran bantuan IBI tersebut antara lain warga Desa Rejosari (Kecamatan Bandongan), Bligo (Kecamatan Ngluwar), dan Ngargoretno (Kecamatan Salaman).
Bakti sosial, katanya, secara rutin setiap tahun diselenggarakan IBI Kabupaten Magelang dalam berbagai wujud, sedangkan tahun ini berupa bantuan air bersih kepada warga terdampak kemarau panjang.
Ia menjelaskan pentingnya bantuan air bersih di tengah kemarau panjang, karena pemenuhan kebutuhan air bersih berkaitan erat dengan upaya bersama menjaga kesehatan masyarakat, terutama kalangan ibu, anak-anak, lansia, dan ibu hamil.
"Ketercukupan air bersih penting untuk kesehatan ibu dan anak-anak. Konsumsi air bersih penting untuk tubuh. Ibu hamil, anak-anak balita, stunting membutuhkan konsumsi air yang cukup," katanya.
Pihaknya juga memberikan bantuan beras 50 sak (setiap sak lima kilogram) kepada 30 kepala keluarga yang menjadi warga prioritas sasaran IBI Kabupaten Magelang di dusun setempat.
Kepala Desa Rejosari Muhamad Badarodin menjelaskan, krisis air bersih mulai dialami warga setempat sekitar awal bulan Oktober ini. Jumlah warga Dusun Guntur sekitar 300 KK atau sekitar 900 jiwa, sedangkan Desa Rejosari yang terdiri atas 12 dusun dengan total warga 2.304 KK atau 7.720 jiwa.
Ia menjelaskan, biasanya warga memenuhi kebutuhan air bersih dari sumur gali (kedalaman 30-40 meter) di pekarangan rumah masing-masing. Akan tetapi, sejak beberapa hari terakhir air sumur mereka mengering akibat kemarau. Pemerintah desa kemudian mengajukan permintaan distribusi air bersih kepada BPBD setempat.
"Kami berterima kasih karena permintaan melalui BPBD terpenuhi oleh bantuan air bersih dari IBI hari ini," katanya.
Kepala BPBD Kabupaten Magelang Edi Wasono menjelaskan, IBI setempat berkoordinasi dengan pihaknya dalam penyaluran bantuan air bersih itu. Pihaknya memiliki peta kebencanaan Kabupaten Magelang, termasuk terkait dengan daerah-daerah dengan warga yang sedang menghadapi krisis air bersih.
"Pihak-pihak lain apabila akan ada kontribusi terkait meringankan masyarakat (terdampak kekeringan, red), silakan berkoordinasi dengan kami, kami akan melakukan pemetaan, peta bencana kekeringan di Kabupaten Magelang sehingga pendistribusian (air bersih, red) tepat sasaran," katanya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang telah melakukan pertemuan dengan sejumlah pihak, seperti BUMD, BUMN, dan PDAM, terkait dengan penanganan dampak kemarau. Pihaknya juga melibatkan kalangan relawan di berbagai tempat dalam penanganan krisis air bersih.
Hingga saat ini, BPBD setempat menangani dampak kekeringan berupa pendistribusian air bersih kepada 35 desa di 10 kecamatan. Kabupaten Magelang meliputi 21 kecamatan, lima kelurahan, dan 367 desa.
Sebanyak dua truk tangki air milik BPBD setempat sejak beberapa waktu terakhir beroperasi 24 jam untuk mendistribusikan air bersih kepada masyarakat. Setiap armada beroperasi 10-12 kali per hari untuk distribusi tersebut.
"Kita bergerak dan kami juga memohon maaf kepada masyarakat apabila kami tidak bisa memenuhi seketika itu juga, karena penjadwalkan yang kami lakukan semata-mata untuk memudahkan 'droping' (penyaluran, red) air," katanya.
Pihaknya juga mendistribusikan air bersih ke berbagai SD, SMP, dan pondok pesantren di daerah itu.
Hingga saat ini, BPBD setempat masih mengandalkan sumber air di Ngrajek (Kecamatan Mungkid) untuk distribusi itu, sedangkan sumber air di Tegalrejo dan Secang belum dimanfaatkan, kecuali oleh kalangan relawan kebencanaan untuk membantu warga memperoleh pasokan air bersih.
"Prinsip (pemanfaatan, red) sumber mata air untuk memenuhi kebutuhan kekeringan air itu, hanya kami berharap, sumber mata air silakan diambil oleh masyarakat sepanjang tidak digunakan untuk kepentingan keuntungan pribadi (dijual, red)," katanya.
Ia mengimbau warga berhemat dalam penggunaan air bersih karena saat ini masih kemarau panjang. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika telah menginformasikan bahwa daerah setempat menghadapi musim kemarau tahun ini selama Juni hingga awal Desember 2023.
Baca juga: Desa terdampak kekeringan di Pati digelontor 50 tangki air bersih
Ketua IBI Kabupaten Magelang Sri Kuswanti di sela pendistribusian air bersih kepada warga RT-03/RW-05 Dusun Guntur, Desa Rejosari, Kecamatan Bandongan di Magelang Jumat mengatakan, bakti sosial organisasinya itu bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang.
Total bantuan air bersih IBI setempat mencapai 53 truk tangki, di mana setiap armada berkapasitas 5.000 liter. Sasaran bantuan IBI tersebut antara lain warga Desa Rejosari (Kecamatan Bandongan), Bligo (Kecamatan Ngluwar), dan Ngargoretno (Kecamatan Salaman).
Bakti sosial, katanya, secara rutin setiap tahun diselenggarakan IBI Kabupaten Magelang dalam berbagai wujud, sedangkan tahun ini berupa bantuan air bersih kepada warga terdampak kemarau panjang.
Ia menjelaskan pentingnya bantuan air bersih di tengah kemarau panjang, karena pemenuhan kebutuhan air bersih berkaitan erat dengan upaya bersama menjaga kesehatan masyarakat, terutama kalangan ibu, anak-anak, lansia, dan ibu hamil.
"Ketercukupan air bersih penting untuk kesehatan ibu dan anak-anak. Konsumsi air bersih penting untuk tubuh. Ibu hamil, anak-anak balita, stunting membutuhkan konsumsi air yang cukup," katanya.
Pihaknya juga memberikan bantuan beras 50 sak (setiap sak lima kilogram) kepada 30 kepala keluarga yang menjadi warga prioritas sasaran IBI Kabupaten Magelang di dusun setempat.
Kepala Desa Rejosari Muhamad Badarodin menjelaskan, krisis air bersih mulai dialami warga setempat sekitar awal bulan Oktober ini. Jumlah warga Dusun Guntur sekitar 300 KK atau sekitar 900 jiwa, sedangkan Desa Rejosari yang terdiri atas 12 dusun dengan total warga 2.304 KK atau 7.720 jiwa.
Ia menjelaskan, biasanya warga memenuhi kebutuhan air bersih dari sumur gali (kedalaman 30-40 meter) di pekarangan rumah masing-masing. Akan tetapi, sejak beberapa hari terakhir air sumur mereka mengering akibat kemarau. Pemerintah desa kemudian mengajukan permintaan distribusi air bersih kepada BPBD setempat.
"Kami berterima kasih karena permintaan melalui BPBD terpenuhi oleh bantuan air bersih dari IBI hari ini," katanya.
Kepala BPBD Kabupaten Magelang Edi Wasono menjelaskan, IBI setempat berkoordinasi dengan pihaknya dalam penyaluran bantuan air bersih itu. Pihaknya memiliki peta kebencanaan Kabupaten Magelang, termasuk terkait dengan daerah-daerah dengan warga yang sedang menghadapi krisis air bersih.
"Pihak-pihak lain apabila akan ada kontribusi terkait meringankan masyarakat (terdampak kekeringan, red), silakan berkoordinasi dengan kami, kami akan melakukan pemetaan, peta bencana kekeringan di Kabupaten Magelang sehingga pendistribusian (air bersih, red) tepat sasaran," katanya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang telah melakukan pertemuan dengan sejumlah pihak, seperti BUMD, BUMN, dan PDAM, terkait dengan penanganan dampak kemarau. Pihaknya juga melibatkan kalangan relawan di berbagai tempat dalam penanganan krisis air bersih.
Hingga saat ini, BPBD setempat menangani dampak kekeringan berupa pendistribusian air bersih kepada 35 desa di 10 kecamatan. Kabupaten Magelang meliputi 21 kecamatan, lima kelurahan, dan 367 desa.
Sebanyak dua truk tangki air milik BPBD setempat sejak beberapa waktu terakhir beroperasi 24 jam untuk mendistribusikan air bersih kepada masyarakat. Setiap armada beroperasi 10-12 kali per hari untuk distribusi tersebut.
"Kita bergerak dan kami juga memohon maaf kepada masyarakat apabila kami tidak bisa memenuhi seketika itu juga, karena penjadwalkan yang kami lakukan semata-mata untuk memudahkan 'droping' (penyaluran, red) air," katanya.
Pihaknya juga mendistribusikan air bersih ke berbagai SD, SMP, dan pondok pesantren di daerah itu.
Hingga saat ini, BPBD setempat masih mengandalkan sumber air di Ngrajek (Kecamatan Mungkid) untuk distribusi itu, sedangkan sumber air di Tegalrejo dan Secang belum dimanfaatkan, kecuali oleh kalangan relawan kebencanaan untuk membantu warga memperoleh pasokan air bersih.
"Prinsip (pemanfaatan, red) sumber mata air untuk memenuhi kebutuhan kekeringan air itu, hanya kami berharap, sumber mata air silakan diambil oleh masyarakat sepanjang tidak digunakan untuk kepentingan keuntungan pribadi (dijual, red)," katanya.
Ia mengimbau warga berhemat dalam penggunaan air bersih karena saat ini masih kemarau panjang. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika telah menginformasikan bahwa daerah setempat menghadapi musim kemarau tahun ini selama Juni hingga awal Desember 2023.
Baca juga: Desa terdampak kekeringan di Pati digelontor 50 tangki air bersih