Batang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Batang, Jawa Tengah membangun karakter dan akhlak mulia pada siswa dengan menggelar "Festival Tunas Bahasa Ibu" tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Batang Achmad Taufiq di Batang, Jumat, mengatakan era modern menjadi tantangan bagi para pendidik karena sebagian besar anak bahkan orang tua cenderung menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi daripada bahasa Jawa.
"Oleh karena itu, untuk mencegah hilangnya bahasa Jawa sebagai bahasa keseharian, maka kami menggelar 'Festival Tunas Bahasa Ibu' tingkat SMP," katanya.
Saat ini, katanya, ada kecenderungan bahasa Jawa kurang diminati anak-anak sebagai sarana komunikasi sehari-hari.
"Para sesepuh merasa prihatin dengan kenyataan ini karena kebanyakan orang tua zaman sekarang lebih sering menggunakan bahasa Indonesia dalam kesehariannya daripada menggunakan bahasa Jawa," katanya.
Achmad Taufiq mengatakan dengan menggunakan bahasa Jawa sebagai sarana komunikasi maka di dalamnya berhubungan erat dengan sikap dan perilaku.
"Jika kita menggunakan bahasa Jawa, sama saja dengan mengajarkan tata krama pada anak-anak," katanya.
Selain menggelar festival, pihaknya mengupayakan penerapan bahasa Jawa untuk para siswa di lingkungan sekolah.
"Semua warga sekolah tiap hari Kamis akan membudayakan bahasa Jawa dalam percakapan. Jadi siswa akan terbiasa mengucapkan bahasa Jawa dalam bercakap-cakap dengan temannya maupun guru atau orang yang lebih tua," katanya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Batang Achmad Taufiq di Batang, Jumat, mengatakan era modern menjadi tantangan bagi para pendidik karena sebagian besar anak bahkan orang tua cenderung menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi daripada bahasa Jawa.
"Oleh karena itu, untuk mencegah hilangnya bahasa Jawa sebagai bahasa keseharian, maka kami menggelar 'Festival Tunas Bahasa Ibu' tingkat SMP," katanya.
Saat ini, katanya, ada kecenderungan bahasa Jawa kurang diminati anak-anak sebagai sarana komunikasi sehari-hari.
"Para sesepuh merasa prihatin dengan kenyataan ini karena kebanyakan orang tua zaman sekarang lebih sering menggunakan bahasa Indonesia dalam kesehariannya daripada menggunakan bahasa Jawa," katanya.
Achmad Taufiq mengatakan dengan menggunakan bahasa Jawa sebagai sarana komunikasi maka di dalamnya berhubungan erat dengan sikap dan perilaku.
"Jika kita menggunakan bahasa Jawa, sama saja dengan mengajarkan tata krama pada anak-anak," katanya.
Selain menggelar festival, pihaknya mengupayakan penerapan bahasa Jawa untuk para siswa di lingkungan sekolah.
"Semua warga sekolah tiap hari Kamis akan membudayakan bahasa Jawa dalam percakapan. Jadi siswa akan terbiasa mengucapkan bahasa Jawa dalam bercakap-cakap dengan temannya maupun guru atau orang yang lebih tua," katanya.