Magelang (ANTARA) - Tradisi Ruwat Rawat Borobudur (RRB) ke-19 Tahun 2021 yang berlangsung di tengah pandemi COVID-19 dilaksanakan secara virtual, kata penggagas RRB Sucoro.
Sucoro di Magelang, Selasa, mengatakan RRB tahun ini dalam suasana prihatin di tengah pandemi COVID-19, namun dalam kondisi ini masih ada spirit untuk melestarikan Candi Borobudur.
Ia menyebutkan acara dalam RRB, antara lain festival kesenian rakyat, penyelenggaraan acara-acara tradisi, dan sarasehan kebudayaan.
"Kami tetap menyelenggarakan RRB dengan sistem virtual. Harapan kami ke depan agar Ruwat Rawat Borobudur ini tetap berlanjut sehingga tetap bisa mendampingi Borobudur sebagai warisan budaya dunia ini masih tetap berlanjut," katanya.
RRB ke-19 dibuka di pelataran barat Candi Borobudur oleh Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) DIY, Jateng dan Jatim Dwi Ratna N. ditandai dengan pemberian paket sayuran kepada masyarakat sekitar Candi Borobudur.
Sucoro mengatakan festival kesenian rakyat penilaiannya juga berlangsung secara virtual, saat ini sudah ada 100 lebih kelompok kesenian yang mendaftar.
Baca juga: 221 kelompok kesenian ikuti Festival Kesenian Rakyat Ruwat Rawat Borobudur
Peserta festival kesenian rakyat, antara lain dari Magelang, Temanggung, Kendal, dan beberapa daerah lain di Jawa Tengah.
Kepala BPNB DIY, Jateng, dan Jatim Dwi Ratna mengatakan pelestarian budaya dari perlindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan. Banyak aspek yang dilakukan komunitas dalam pelestarian.
"Pelestarian budaya dari perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, pembinaan, jadi ada banyak aspek kemudian yang dilakukan oleh komunitas di sini yang benar-benar menjadi inti atau roh dari pelestarian sebenarnya," katanya.
Ia mengatakan roh dari Borobudur bukan hanya bangunan fisiknya, namun diolah. Selain itu, keberadaan relief yang ada kaya sekali dengan banyak hal, baik kesenian, alat musik, tumbuh-tumbuhan, sistem pengobatan dan sebagainya.
Ketua Dewan Pimpinan Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) Catrini Pratihari Kubontubuh yang hadir pada pembukaan RRB tersebut mengatakan keberadaan komunitas merupakan bagian penting dari sebuah pelestarian sehingga pelestarian tidak hanya dimiliki pemerintah.
“Komunitas yang dulu pernah terpinggirkan atau terlupakan ketika ada upaya baik untuk membangun dan merawat kembali Borobudur. Perjalanan panjang ini yang lalu membuka mata banyak pihak bahwa kelompok komunitas adalah juga bagian penting dari sebuah upaya pelestarian," katanya.
Baca juga: Ruwat Rawat Candi Borobudur sarana pelestarian seni budaya
Baca juga: Ruwat Rawat Borobudur merupakan penghargaan situs warisan budaya dunia
Sucoro di Magelang, Selasa, mengatakan RRB tahun ini dalam suasana prihatin di tengah pandemi COVID-19, namun dalam kondisi ini masih ada spirit untuk melestarikan Candi Borobudur.
Ia menyebutkan acara dalam RRB, antara lain festival kesenian rakyat, penyelenggaraan acara-acara tradisi, dan sarasehan kebudayaan.
"Kami tetap menyelenggarakan RRB dengan sistem virtual. Harapan kami ke depan agar Ruwat Rawat Borobudur ini tetap berlanjut sehingga tetap bisa mendampingi Borobudur sebagai warisan budaya dunia ini masih tetap berlanjut," katanya.
RRB ke-19 dibuka di pelataran barat Candi Borobudur oleh Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) DIY, Jateng dan Jatim Dwi Ratna N. ditandai dengan pemberian paket sayuran kepada masyarakat sekitar Candi Borobudur.
Sucoro mengatakan festival kesenian rakyat penilaiannya juga berlangsung secara virtual, saat ini sudah ada 100 lebih kelompok kesenian yang mendaftar.
Baca juga: 221 kelompok kesenian ikuti Festival Kesenian Rakyat Ruwat Rawat Borobudur
Peserta festival kesenian rakyat, antara lain dari Magelang, Temanggung, Kendal, dan beberapa daerah lain di Jawa Tengah.
Kepala BPNB DIY, Jateng, dan Jatim Dwi Ratna mengatakan pelestarian budaya dari perlindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan. Banyak aspek yang dilakukan komunitas dalam pelestarian.
"Pelestarian budaya dari perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, pembinaan, jadi ada banyak aspek kemudian yang dilakukan oleh komunitas di sini yang benar-benar menjadi inti atau roh dari pelestarian sebenarnya," katanya.
Ia mengatakan roh dari Borobudur bukan hanya bangunan fisiknya, namun diolah. Selain itu, keberadaan relief yang ada kaya sekali dengan banyak hal, baik kesenian, alat musik, tumbuh-tumbuhan, sistem pengobatan dan sebagainya.
Ketua Dewan Pimpinan Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) Catrini Pratihari Kubontubuh yang hadir pada pembukaan RRB tersebut mengatakan keberadaan komunitas merupakan bagian penting dari sebuah pelestarian sehingga pelestarian tidak hanya dimiliki pemerintah.
“Komunitas yang dulu pernah terpinggirkan atau terlupakan ketika ada upaya baik untuk membangun dan merawat kembali Borobudur. Perjalanan panjang ini yang lalu membuka mata banyak pihak bahwa kelompok komunitas adalah juga bagian penting dari sebuah upaya pelestarian," katanya.
Baca juga: Ruwat Rawat Candi Borobudur sarana pelestarian seni budaya
Baca juga: Ruwat Rawat Borobudur merupakan penghargaan situs warisan budaya dunia