Cilacap (ANTARA) - Sebagian nelayan Cilacap nekat melaut meskipun sekarang sering terjadi gelombang tinggi di laut selatan Jawa Tengah karena telah memasuki puncak musim angin timuran, kata Ketua Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia ( DPC HNSI) Kabupaten Cilacap Sarjono.
"Ya, banyak yang melaut terutama nelayan yang menggunakan kapal berukuran besar. Nelayan-nelayan yang menggunakan kapal berukuran kecil juga ada yang nekat melaut," kata Sarjono di Cilacap, Selasa.
Menurut dia, hal itu dilakukan nelayan demi mendapatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga yang turut terdampak pandemi COVID-19.
Baca juga: Nelayan tak melaut, aktivitas pelelangan ikan di Cilacap sepi
Akan tetapi, kata dia, hanya nelayan-nelayan yang memiliki banyak alat tangkap yang bisa melaut.
"Mau enggak mau, semua nelayan berangkat melaut, bagi yang mempunyai beberapa alat tangkap. Makanya kalau pemerintah meminta nelayan untuk menyesuaikan alat tangkap, ya masyarakat nelayan enggak bisa hidup karena yang dapat mencari ikan, menggunakan alat tangkap lain-lain," katanya.
Kendati nekat melaut, Sarjono mengatakan hasil yang diperoleh nelayan tidak bisa maksimal karena belum semua jenis ikan dan udang muncul di laut selatan Jateng.
"Saat sekarang udang rebon sedang banyak dan harganya juga lumayan bagus, sekitar Rp25 ribu per kilogram. Ikan layur juga mulai muncul," katanya.
Dia mengharapkan berbagai jenis ikan dapat segera bermunculan di laut selatan Jateng sehingga bisa ditangkap oleh nelayan.
Ketua Rukun Nelayan Pandanarang, Pantai Teluk Penyu, Cilacap, Tarmuji mengatakan sebagian besar nelayan Pandanarang tidak berangkat melaut.
"Tidak banyak nelayan Pandanarang yang melaut. Berangkatnya siang, sekitar pukul 14.00 WIB dan pulang pukul 19.00-20.00 WIB, dapat ikannya paling banter 5-10 ekor," katanya.
Menurut dia, ikan-ikan hasil tangkapan nelayan tersebut tidak dijual melalui proses pelelangan, melainkan dijual secara langsung kepada pembeli.
Oleh karena itu, kata dia, di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pandanarang dalam beberapa waktu terakhir tidak ada aktivitas lelang.
"Kalau di TPI Lengkong, TPI Tegalkatilayu, dan TPI Kemiren ada aktivitas lelang udang rebon," katanya.
Analis cuaca Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Rendy Krisnawan mengatakan gelombang tinggi masih berpotensi terjadi di perairan selatan Jateng maupun Samudra Hindia selatan Jateng karena saat sekarang sedang memasuki puncak musim angin timuran.
Bahkan, kata dia, tinggi gelombang di perairan selatan Jawa Barat, Jateng, dan Yogyakarta pada tanggal 4-5 Agustus diprakirakan berkisar 2,5-4 meter atau masuk kategori tinggi, sedangkan di wilayah Samudra Hindia selatan Jabar hingga Yogyakarta diprakirakan berkisar 4-6 meter atau masuk kategori sangat tinggi.
"Oleh karena itu, kami mengimbau nelayan untuk tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya gelombang tinggi saat melaut," katanya.
Baca juga: Permintaan ikan laut hasil tangkapan nelayan mulai meningkat
"Ya, banyak yang melaut terutama nelayan yang menggunakan kapal berukuran besar. Nelayan-nelayan yang menggunakan kapal berukuran kecil juga ada yang nekat melaut," kata Sarjono di Cilacap, Selasa.
Menurut dia, hal itu dilakukan nelayan demi mendapatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga yang turut terdampak pandemi COVID-19.
Baca juga: Nelayan tak melaut, aktivitas pelelangan ikan di Cilacap sepi
Akan tetapi, kata dia, hanya nelayan-nelayan yang memiliki banyak alat tangkap yang bisa melaut.
"Mau enggak mau, semua nelayan berangkat melaut, bagi yang mempunyai beberapa alat tangkap. Makanya kalau pemerintah meminta nelayan untuk menyesuaikan alat tangkap, ya masyarakat nelayan enggak bisa hidup karena yang dapat mencari ikan, menggunakan alat tangkap lain-lain," katanya.
Kendati nekat melaut, Sarjono mengatakan hasil yang diperoleh nelayan tidak bisa maksimal karena belum semua jenis ikan dan udang muncul di laut selatan Jateng.
"Saat sekarang udang rebon sedang banyak dan harganya juga lumayan bagus, sekitar Rp25 ribu per kilogram. Ikan layur juga mulai muncul," katanya.
Dia mengharapkan berbagai jenis ikan dapat segera bermunculan di laut selatan Jateng sehingga bisa ditangkap oleh nelayan.
Ketua Rukun Nelayan Pandanarang, Pantai Teluk Penyu, Cilacap, Tarmuji mengatakan sebagian besar nelayan Pandanarang tidak berangkat melaut.
"Tidak banyak nelayan Pandanarang yang melaut. Berangkatnya siang, sekitar pukul 14.00 WIB dan pulang pukul 19.00-20.00 WIB, dapat ikannya paling banter 5-10 ekor," katanya.
Menurut dia, ikan-ikan hasil tangkapan nelayan tersebut tidak dijual melalui proses pelelangan, melainkan dijual secara langsung kepada pembeli.
Oleh karena itu, kata dia, di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pandanarang dalam beberapa waktu terakhir tidak ada aktivitas lelang.
"Kalau di TPI Lengkong, TPI Tegalkatilayu, dan TPI Kemiren ada aktivitas lelang udang rebon," katanya.
Analis cuaca Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Rendy Krisnawan mengatakan gelombang tinggi masih berpotensi terjadi di perairan selatan Jateng maupun Samudra Hindia selatan Jateng karena saat sekarang sedang memasuki puncak musim angin timuran.
Bahkan, kata dia, tinggi gelombang di perairan selatan Jawa Barat, Jateng, dan Yogyakarta pada tanggal 4-5 Agustus diprakirakan berkisar 2,5-4 meter atau masuk kategori tinggi, sedangkan di wilayah Samudra Hindia selatan Jabar hingga Yogyakarta diprakirakan berkisar 4-6 meter atau masuk kategori sangat tinggi.
"Oleh karena itu, kami mengimbau nelayan untuk tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya gelombang tinggi saat melaut," katanya.
Baca juga: Permintaan ikan laut hasil tangkapan nelayan mulai meningkat