Semarang (ANTARA) - Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat minta segera dilakukan peningkatan keterampilan guru agar pendidik tersebut bisa beradaptasi dengan pembelajaran jarak jauh di masa pandemi COVID-19.
"Ketidakpastian kapan berakhirnya pandemi seharusnya mendorong pemerintah untuk segera mempersiapkan para guru agar mampu beradaptasi dengan sistem pembelajaran jarak jauh," kata Lestari Moerdijat, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (14/6).
Mengutip data Ikatan Guru Indonesia (IGI), Rerie sapaan akrab Lestari, mengungkapkan bahwa berdasarkan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh yang diterapkan pada 3 bulan terakhir, tercatat 60 persen guru memiliki kemampuan sangat buruk dalam penggunaan teknologi informasi saat mengajar.
Apalagi, jelas Legislator Partai NasDem itu, berdasarkan survei sosial demografi Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru mengungkapkan bahwa generasi Z paling sulit mengikuti protokol kesehatan pencegahan COVID-19 dengan benar. Generasi Z berusia di kisaran 10 tahun hingga 22 tahun, yang merupakan usia pelajar dan mahasiswa.
Bila mengacu pada dua fakta tersebut, menurut Rerie, sistem pembelajaran jarak jauh merupakan pilihan yang bijak di masa pandemi COVID-19 ini.
Rerie berharap kendala gagap teknologi di kalangan guru segera diatasi menjelang dimulainya tahun ajaran baru Juli mendatang. Tentu, tambahnya, langkah tersebut juga diiringi dengan pemenuhan sarana dan prasarana teknologi informasi di setiap sekolah.
Menurut dia, berbagai cara bisa dilakukan untuk mengatasi buruknya pemahaman teknologi di kalangan guru. Pada 3 bulan lalu tentu ada pengalaman yang baik dalam proses pembelajaran jarak jauh yang dilakukan sejumlah guru, menurut Rerie, hal itu bisa segera disosialisasikan kepada para guru yang dinilai masih buruk penguasaan teknologi informasinya.
Dalam sistem pembelajaran jarak jauh, tambah dia, penguatan sistem komunikasi antara guru dan orang tua murid juga sangat penting. Sehingga, tegas Rerie, proses cek dan recek terkait pencapaian hasil pembelajaran dari rumah bisa dilakukan dengan baik.
Indikasi rendahnya penguasaan teknologi ternyata juga terjadi di kalangan orang tua murid. Menurut Rerie, hal itu terungkap pada sejumlah pengaduan terkait penerimaan peserta didik baru (PPDB) yang ditujukan ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
"Permasalahan yang diadukan dalam laporan ke KPAI itu sebagian besar berkaitan dengan kesulitan mendaftar PPDB secara daring, karena orang tua tidak paham teknologi," katanya.
Dengan besarnya peluang pelaksanaan pembelajaran jarak jauh di masa pandemi, tambah Rerie, pemerintah harus memastikan guru dan orang tua murid melek teknologi sehingga bila sistem pembelajaran jarak jauh diterapkan pada tahun ajaran baru Juli mendatang, tambahnya, bisa memberikan hasil yang sesuai harapan.***
"Ketidakpastian kapan berakhirnya pandemi seharusnya mendorong pemerintah untuk segera mempersiapkan para guru agar mampu beradaptasi dengan sistem pembelajaran jarak jauh," kata Lestari Moerdijat, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (14/6).
Mengutip data Ikatan Guru Indonesia (IGI), Rerie sapaan akrab Lestari, mengungkapkan bahwa berdasarkan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh yang diterapkan pada 3 bulan terakhir, tercatat 60 persen guru memiliki kemampuan sangat buruk dalam penggunaan teknologi informasi saat mengajar.
Apalagi, jelas Legislator Partai NasDem itu, berdasarkan survei sosial demografi Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru mengungkapkan bahwa generasi Z paling sulit mengikuti protokol kesehatan pencegahan COVID-19 dengan benar. Generasi Z berusia di kisaran 10 tahun hingga 22 tahun, yang merupakan usia pelajar dan mahasiswa.
Bila mengacu pada dua fakta tersebut, menurut Rerie, sistem pembelajaran jarak jauh merupakan pilihan yang bijak di masa pandemi COVID-19 ini.
Rerie berharap kendala gagap teknologi di kalangan guru segera diatasi menjelang dimulainya tahun ajaran baru Juli mendatang. Tentu, tambahnya, langkah tersebut juga diiringi dengan pemenuhan sarana dan prasarana teknologi informasi di setiap sekolah.
Menurut dia, berbagai cara bisa dilakukan untuk mengatasi buruknya pemahaman teknologi di kalangan guru. Pada 3 bulan lalu tentu ada pengalaman yang baik dalam proses pembelajaran jarak jauh yang dilakukan sejumlah guru, menurut Rerie, hal itu bisa segera disosialisasikan kepada para guru yang dinilai masih buruk penguasaan teknologi informasinya.
Dalam sistem pembelajaran jarak jauh, tambah dia, penguatan sistem komunikasi antara guru dan orang tua murid juga sangat penting. Sehingga, tegas Rerie, proses cek dan recek terkait pencapaian hasil pembelajaran dari rumah bisa dilakukan dengan baik.
Indikasi rendahnya penguasaan teknologi ternyata juga terjadi di kalangan orang tua murid. Menurut Rerie, hal itu terungkap pada sejumlah pengaduan terkait penerimaan peserta didik baru (PPDB) yang ditujukan ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
"Permasalahan yang diadukan dalam laporan ke KPAI itu sebagian besar berkaitan dengan kesulitan mendaftar PPDB secara daring, karena orang tua tidak paham teknologi," katanya.
Dengan besarnya peluang pelaksanaan pembelajaran jarak jauh di masa pandemi, tambah Rerie, pemerintah harus memastikan guru dan orang tua murid melek teknologi sehingga bila sistem pembelajaran jarak jauh diterapkan pada tahun ajaran baru Juli mendatang, tambahnya, bisa memberikan hasil yang sesuai harapan.***