Wonosobo (ANTARA) - Objek wisata baru Batu Angkruk di Desa Tieng, Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, disiapkan untuk menawarkan sisi lain keindahan di Dataran Tinggi Dieng kepada wisatawan.
Penasihat Himpunan Pramuwisata Indonesia Kabupaten Wonosobo Agus Purnomo di Wonosobo, Kamis, mengatakan di tengah pembatasan sosial dan belum boleh menerima kunjungan wisatawan, sebuah objek wisata baru muncul di kawasan Dieng.
Batu Angkruk menyuguhkan sebuah spot menarik berupa jembatan kaca di ketinggian yang memungkinkan siapa pun yang berkunjung menikmati pemandangan khas Dataran Tinggi Dieng secara lebih leluasa.
Baca juga: Tiket elektronik diterapkan di kawasan wisata Dieng
Menurut dia, jembatan kaca tembus pandang tersebut akan mampu menarik minat wisatawan pada saat nanti sudah dibuka secara resmi.
Agus yang juga salah satu pengelola objek wisata di Kawasan Dieng itu menyampaikan sarana rekreasi baru akan berimbas positif terhadap tingkat kunjungan wisatawan.
"Batu Angkruk ini wahana yang saya yakini akan menjadi daya tarik baru, karena saat ini wisatawan tidak hanya ingin menikmati pemandangan alamnya, namun juga tertarik untuk bisa berfoto dan diunggah ke media sosial," katanya.
Agus menuturkan pengelola objek wisata memang harus kreatif dan jeli melihat peluang dan potensi pasar, termasuk dalam hal tren pemanfaatan media sosial atau platform digital sebagai sarana promosi.
Pengelola Batu Angkruk Muflichatul Charimah mengakui bahwa antusias pengunjung terhadap objek wisata di ketinggian lebih dari 1.700 meter di atas permukaan laut tersebut saat ini cukup tinggi.
"Seiring mulai dikenalkannya Batu Angkruk ini kami sudah menerima banyak permintaan kunjungan, namun memang belum bisa kami izinkan karena masih dalam masa pembatasan sosial," katanya.
Jika nanti sudah diperkenankan oleh pemerintah untuk membuka objek wisata, pihaknya akan menerapkan standar protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran COVID-19 sesuai arahan pemerintah.
Para pengunjung, katanya, diwajibkan mengenakan masker, disediakan fasilitas cuci tangan, serta pembatasan jumlah demi terjaganya jarak antarpengunjung.
Menurut dia, salah satu keunggulan dari jembatan kaca berukuran 18,6 x 2,3 meter persegi tersebut, para pengunjung bisa menikmati keindahan matahari tenggelam maupun matahari terbit secara leluasa.
Ia menyampaikan untuk naik ke atas jembatan jumlah maksimal yang diperbolehkan hanya 10 orang.
Baca juga: BPCB Jateng ekskavasi temuan candi di Dieng
Baca juga: Pengamat: Dieng potensial jadi destinasi wisata bertaraf internasional
Penasihat Himpunan Pramuwisata Indonesia Kabupaten Wonosobo Agus Purnomo di Wonosobo, Kamis, mengatakan di tengah pembatasan sosial dan belum boleh menerima kunjungan wisatawan, sebuah objek wisata baru muncul di kawasan Dieng.
Batu Angkruk menyuguhkan sebuah spot menarik berupa jembatan kaca di ketinggian yang memungkinkan siapa pun yang berkunjung menikmati pemandangan khas Dataran Tinggi Dieng secara lebih leluasa.
Baca juga: Tiket elektronik diterapkan di kawasan wisata Dieng
Menurut dia, jembatan kaca tembus pandang tersebut akan mampu menarik minat wisatawan pada saat nanti sudah dibuka secara resmi.
Agus yang juga salah satu pengelola objek wisata di Kawasan Dieng itu menyampaikan sarana rekreasi baru akan berimbas positif terhadap tingkat kunjungan wisatawan.
"Batu Angkruk ini wahana yang saya yakini akan menjadi daya tarik baru, karena saat ini wisatawan tidak hanya ingin menikmati pemandangan alamnya, namun juga tertarik untuk bisa berfoto dan diunggah ke media sosial," katanya.
Agus menuturkan pengelola objek wisata memang harus kreatif dan jeli melihat peluang dan potensi pasar, termasuk dalam hal tren pemanfaatan media sosial atau platform digital sebagai sarana promosi.
Pengelola Batu Angkruk Muflichatul Charimah mengakui bahwa antusias pengunjung terhadap objek wisata di ketinggian lebih dari 1.700 meter di atas permukaan laut tersebut saat ini cukup tinggi.
"Seiring mulai dikenalkannya Batu Angkruk ini kami sudah menerima banyak permintaan kunjungan, namun memang belum bisa kami izinkan karena masih dalam masa pembatasan sosial," katanya.
Jika nanti sudah diperkenankan oleh pemerintah untuk membuka objek wisata, pihaknya akan menerapkan standar protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran COVID-19 sesuai arahan pemerintah.
Para pengunjung, katanya, diwajibkan mengenakan masker, disediakan fasilitas cuci tangan, serta pembatasan jumlah demi terjaganya jarak antarpengunjung.
Menurut dia, salah satu keunggulan dari jembatan kaca berukuran 18,6 x 2,3 meter persegi tersebut, para pengunjung bisa menikmati keindahan matahari tenggelam maupun matahari terbit secara leluasa.
Ia menyampaikan untuk naik ke atas jembatan jumlah maksimal yang diperbolehkan hanya 10 orang.
Baca juga: BPCB Jateng ekskavasi temuan candi di Dieng
Baca juga: Pengamat: Dieng potensial jadi destinasi wisata bertaraf internasional