Purwokerto (ANTARA) - Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Jawa Tengah melakukan ekskavasi terhadap temuan bangunan candi di lahan kentang milik Alif Faozi, warga Desa Dieng Kulon, Kabupaten Banjarnegara.
"Bentuk denahnya sudah kelihatan. Penggalian kan dimulai Senin (17/2) kemarin, untuk sementara sampai hari ini karena kendala hujan," kata Ketua Unit Dieng BPCB Jateng Eri Budiarto saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jumat malam.
Atas hasil penggalian tersebut, pihaknya memperoleh data bahwa bentuk denah candi tersebut unik karena berbeda dengan candi-candi lainnya yang ada di Dataran Tinggi Dieng.
Dalam hal ini, kata dia, bentuk candi itu seperti palang Yunani namun bentuknya persegi panjang dan ukurannya 5x4 meter.
"Kalau palang Yunani kan bentuknya bujur sangkar. Kalau ini persegi panjang," katanya.
Selain itu, kata dia, candi tersebut menghadap ke timur yang diketahui dari arah tangganya, sedangkan candi lainnya menghadap ke barat.
Menurut dia, keunikan lainnya yang ditemukan berupa puncak atap bermotif hiasan lotus yang selama ini belum ada di Dieng.
"Menurut saya, temuan candi tersebut tetap ada keterkaitan dengan candi-candi lainnya yang ada di Dieng karena kalau kita berdiri dari tempat itu, kita bisa melihat keseluruhan candi yang ada di dataran rendahnya, seperti kompleks Candi Arjuna, Candi Setiyaki, sampai Candi Dwarawati pun kita bisa melihat candinya," kata Eri.
Oleh karena berada di tempat yang lebih tinggi, dia menduga candi yang baru ditemukan itu sebagai tetuanya candi-candi yang lain.
Menurut dia, dugaan tersebut juga muncul dari bentuk balok batunya berbeda dengan candi-candi lainnya yang ada di Dieng.
Baca juga: Temuan batuan diduga bangunan candi di Dieng segera diekskavasi
"Kalau di kompleks Candi Arjuna, bentuk baloknya kecil-kecil. Kalau itu (candi yang baru ditemukan, red.) lebar-lebar tapi tipis," katanya.
Kendati tanah yang menutupi candi tersebut belum terbuka semua, dia mengatakan dari beberapa reruntuhan sudah menunjukkan bagian-bagian candi, seperti penampil, tubuh, dan atap serta konsentrasi reruntuhannya ke arah timur laut.
"Sebagian besar sudah kita angkat. Semoga, insyaallah bisa segera kita tindak lanjuti lagi untuk membuka secara keseluruhan karena bentuknya sudah ketemu, jadi nanti pengupasan keseluruhan itu bisa lebih cepat," katanya.
Ia memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk membuka secara keseluruhan sekitar 15-20 hari yang bergantung pada kondisi cuaca dan estimasi tersebut, belum termasuk perataan tanah maupun kegiatan lainnya.
Terkait dengan lokasi penemuan candi yang merupakan tanah milik warga, Eri mengatakan pihaknya telah membicarakannya dengan pemilik lahan karena berkaitan dengan potensi cagar budaya yang berdasarkan undang-undang harus dilindungi dan dipertahankan.
Dalam hal ini, kata dia, secara analogi sudah terlihat bentuk candi meskipun masih perlu kajian lebih lanjut untuk merekonstruksi bangunan tersebut.
"Tapi itu sudah jelas sebuah objek cagar budaya dan itu berada di tanah warga. Mungkin nanti untuk tahap awal, lahan itu akan kita sewa dulu selama proses kajian dan penelitian. Selanjutnya mungkin nanti akan dilakukan pembebasan," katanya.
Dengan ditemukan candi tersebut, kata dia, hingga sekarang candi yang telah tampak di Dataran Tinggi Dieng ada 10 candi.
Dia mengatakan sembilan candi lainnya terdiri atas lima candi di kompeks Candi Arjuna (Sembadra, Puntadewa, Srikandi, Arjuna, dan Semar), selanjutnya Candi Setiyaki, Candi Gatotkaca, Candi Dwarawati, dan Candi Bima.
"Tidak menutup kemungkinan masih banyak candi yang masih terkubur di Dieng. Di sekitar Candi Gatotkaca itu sebetulnya banyak struktur-struktur candi yang biasa disebut masyarakat dengan Ontorejo, Ontoseno, dan sebagainya, tetapi tinggal struktur-struktur karena banyak batunya yang hilang, pindah, atau dimanfaatkan masyarakat untuk galangan dan sebagainya," kata Eri.
Bangunan diduga candi tersebut ditemukan pada pertengahan Januari 2020.
Pemilik lahan, Alif Faozi, mengatakan batuan diduga candi tersebut ditemukan oleh pekerja yang sedang menggali tanah untuk membuat septic tank di sekitar Pendopo Budaya Dieng.
"Di atas rumah yang (saya, red.) buat untuk Pendopo Budaya itu akan saya buat rumah-rumah (khas) Dieng. Tentunya saya harus membuat kamar mandi yang dilengkapi dengan septic tank," kata dia yang juga Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dieng Pandawa, Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara.
Oleh karena itu, dia segera membuat tiga septic tank untuk keperluan kamar mandi tersebut.
Menurut dia, batuan diduga bangunan candi tersebut ditemukan saat pekerja sedang menggali tanah untuk membuat septic tank ketiga.
"Kalau yang pertama dan kedua, tidak ada apa-apa. Namun di lokasi ketiga ditemukan batuan tersebut," katanya.
Terkait dengan hal itu, dia segera melaporkan temuan batuan tersebut ke BPCB Jateng dan menghentikan penggalian septic tank ketiga.
"Bentuk denahnya sudah kelihatan. Penggalian kan dimulai Senin (17/2) kemarin, untuk sementara sampai hari ini karena kendala hujan," kata Ketua Unit Dieng BPCB Jateng Eri Budiarto saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jumat malam.
Atas hasil penggalian tersebut, pihaknya memperoleh data bahwa bentuk denah candi tersebut unik karena berbeda dengan candi-candi lainnya yang ada di Dataran Tinggi Dieng.
Dalam hal ini, kata dia, bentuk candi itu seperti palang Yunani namun bentuknya persegi panjang dan ukurannya 5x4 meter.
"Kalau palang Yunani kan bentuknya bujur sangkar. Kalau ini persegi panjang," katanya.
Selain itu, kata dia, candi tersebut menghadap ke timur yang diketahui dari arah tangganya, sedangkan candi lainnya menghadap ke barat.
Menurut dia, keunikan lainnya yang ditemukan berupa puncak atap bermotif hiasan lotus yang selama ini belum ada di Dieng.
"Menurut saya, temuan candi tersebut tetap ada keterkaitan dengan candi-candi lainnya yang ada di Dieng karena kalau kita berdiri dari tempat itu, kita bisa melihat keseluruhan candi yang ada di dataran rendahnya, seperti kompleks Candi Arjuna, Candi Setiyaki, sampai Candi Dwarawati pun kita bisa melihat candinya," kata Eri.
Oleh karena berada di tempat yang lebih tinggi, dia menduga candi yang baru ditemukan itu sebagai tetuanya candi-candi yang lain.
Menurut dia, dugaan tersebut juga muncul dari bentuk balok batunya berbeda dengan candi-candi lainnya yang ada di Dieng.
Baca juga: Temuan batuan diduga bangunan candi di Dieng segera diekskavasi
"Kalau di kompleks Candi Arjuna, bentuk baloknya kecil-kecil. Kalau itu (candi yang baru ditemukan, red.) lebar-lebar tapi tipis," katanya.
Kendati tanah yang menutupi candi tersebut belum terbuka semua, dia mengatakan dari beberapa reruntuhan sudah menunjukkan bagian-bagian candi, seperti penampil, tubuh, dan atap serta konsentrasi reruntuhannya ke arah timur laut.
"Sebagian besar sudah kita angkat. Semoga, insyaallah bisa segera kita tindak lanjuti lagi untuk membuka secara keseluruhan karena bentuknya sudah ketemu, jadi nanti pengupasan keseluruhan itu bisa lebih cepat," katanya.
Ia memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk membuka secara keseluruhan sekitar 15-20 hari yang bergantung pada kondisi cuaca dan estimasi tersebut, belum termasuk perataan tanah maupun kegiatan lainnya.
Terkait dengan lokasi penemuan candi yang merupakan tanah milik warga, Eri mengatakan pihaknya telah membicarakannya dengan pemilik lahan karena berkaitan dengan potensi cagar budaya yang berdasarkan undang-undang harus dilindungi dan dipertahankan.
Dalam hal ini, kata dia, secara analogi sudah terlihat bentuk candi meskipun masih perlu kajian lebih lanjut untuk merekonstruksi bangunan tersebut.
"Tapi itu sudah jelas sebuah objek cagar budaya dan itu berada di tanah warga. Mungkin nanti untuk tahap awal, lahan itu akan kita sewa dulu selama proses kajian dan penelitian. Selanjutnya mungkin nanti akan dilakukan pembebasan," katanya.
Dengan ditemukan candi tersebut, kata dia, hingga sekarang candi yang telah tampak di Dataran Tinggi Dieng ada 10 candi.
Dia mengatakan sembilan candi lainnya terdiri atas lima candi di kompeks Candi Arjuna (Sembadra, Puntadewa, Srikandi, Arjuna, dan Semar), selanjutnya Candi Setiyaki, Candi Gatotkaca, Candi Dwarawati, dan Candi Bima.
"Tidak menutup kemungkinan masih banyak candi yang masih terkubur di Dieng. Di sekitar Candi Gatotkaca itu sebetulnya banyak struktur-struktur candi yang biasa disebut masyarakat dengan Ontorejo, Ontoseno, dan sebagainya, tetapi tinggal struktur-struktur karena banyak batunya yang hilang, pindah, atau dimanfaatkan masyarakat untuk galangan dan sebagainya," kata Eri.
Bangunan diduga candi tersebut ditemukan pada pertengahan Januari 2020.
Pemilik lahan, Alif Faozi, mengatakan batuan diduga candi tersebut ditemukan oleh pekerja yang sedang menggali tanah untuk membuat septic tank di sekitar Pendopo Budaya Dieng.
"Di atas rumah yang (saya, red.) buat untuk Pendopo Budaya itu akan saya buat rumah-rumah (khas) Dieng. Tentunya saya harus membuat kamar mandi yang dilengkapi dengan septic tank," kata dia yang juga Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dieng Pandawa, Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara.
Oleh karena itu, dia segera membuat tiga septic tank untuk keperluan kamar mandi tersebut.
Menurut dia, batuan diduga bangunan candi tersebut ditemukan saat pekerja sedang menggali tanah untuk membuat septic tank ketiga.
"Kalau yang pertama dan kedua, tidak ada apa-apa. Namun di lokasi ketiga ditemukan batuan tersebut," katanya.
Terkait dengan hal itu, dia segera melaporkan temuan batuan tersebut ke BPCB Jateng dan menghentikan penggalian septic tank ketiga.