Batang (ANTARA) - Rumah Tahanan Rowobelang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, melarang para pengunjung yang akan menjenguk warga binaan membawa sembako ke dalam ruang rutan sebagai upaya mengantisipasi penyeludupan barang narkoba.
Kepala Rutan Rowobelang, Kabupaten Batang Rindra Wardana di Batang, Selasa, mengatakan bahwa pihaknya sudah menyediakan sembako yang dibutuhkan oleh warga binaan di koperasi sehingga pengunjung tidak diperbolehkan membawa kebutuhan pokok itu ke dalam rutan.
"Kebijakan ini, bukan untuk monopoli. Akan tetapi, hal ini sebagai langkah antisipasi penyelundupan barang seperti narkoba," katanya.
Ia mengatakan pihaknya memahami kebijakan tersebut akan membawa dampak bagi para pedagang sembako di lingkungan lapas karena keuntungan yang diperoleh mereka akan berkurang.
Kendati demikian, kata dia, rutan juga tidak mau kecolongan adanya penyelundupan barang berbahaya seperti narkoba masuk ke dalam ruang rutan.
Baca juga: Polda razia narkoba di Rutan Rowobelang Batang
Baca juga: Over Kapasitas, Rutan Rowobelang Didominasi Kasus UU Perlindungan Anak
"Kita masih memberikan batas toleransi pada pengunjung bisa membawa makanan siap saji untuk diberikan warga binaan. Namun, untuk bahan sembako yang biasa dikemas ke dalam plastik dilarang masuk ke rutan," katanya.
Menurut dia, rutan juga menerapkan sistem pembelian barang sembako di koperasi pada warga binaan tidak melalui cara tunai tetapi dengan menggunakan anjungan tunai mandiri jenis kartu Brizzi BRI.
"Kita bekerja sama dengan Bank Rakyat Indonesia untuk melayani warga binaan melakukan pembelian bahan sembako di koperasi dengan menggunakan ATM kartu Brizzi. Melalui cara ini, warga binaan tidak akan mendapat peluang memegang uang tunai untuk membeli barang di koperasi," katanya.
Pedagang sembako, Warto mengatakan kebijakan Rutan Rowobelang ini sangat merugikan pedagang karena sebelumnya para pengunjung yang akan menjenguk saudaranya akan membeli sembako seperti gula dan teh.
"Akan tetapi, dengan adanya kebijakan dari Rutan Rowobelang maka kami merugi. Sebelumnya, sembako yang terjual setiap harinya mampu mencapai Rp900 ribu namun kini turun 60 persen atau sekitar Rp400 ribu/ hari," katanya.
Kepala Rutan Rowobelang, Kabupaten Batang Rindra Wardana di Batang, Selasa, mengatakan bahwa pihaknya sudah menyediakan sembako yang dibutuhkan oleh warga binaan di koperasi sehingga pengunjung tidak diperbolehkan membawa kebutuhan pokok itu ke dalam rutan.
"Kebijakan ini, bukan untuk monopoli. Akan tetapi, hal ini sebagai langkah antisipasi penyelundupan barang seperti narkoba," katanya.
Ia mengatakan pihaknya memahami kebijakan tersebut akan membawa dampak bagi para pedagang sembako di lingkungan lapas karena keuntungan yang diperoleh mereka akan berkurang.
Kendati demikian, kata dia, rutan juga tidak mau kecolongan adanya penyelundupan barang berbahaya seperti narkoba masuk ke dalam ruang rutan.
Baca juga: Polda razia narkoba di Rutan Rowobelang Batang
Baca juga: Over Kapasitas, Rutan Rowobelang Didominasi Kasus UU Perlindungan Anak
"Kita masih memberikan batas toleransi pada pengunjung bisa membawa makanan siap saji untuk diberikan warga binaan. Namun, untuk bahan sembako yang biasa dikemas ke dalam plastik dilarang masuk ke rutan," katanya.
Menurut dia, rutan juga menerapkan sistem pembelian barang sembako di koperasi pada warga binaan tidak melalui cara tunai tetapi dengan menggunakan anjungan tunai mandiri jenis kartu Brizzi BRI.
"Kita bekerja sama dengan Bank Rakyat Indonesia untuk melayani warga binaan melakukan pembelian bahan sembako di koperasi dengan menggunakan ATM kartu Brizzi. Melalui cara ini, warga binaan tidak akan mendapat peluang memegang uang tunai untuk membeli barang di koperasi," katanya.
Pedagang sembako, Warto mengatakan kebijakan Rutan Rowobelang ini sangat merugikan pedagang karena sebelumnya para pengunjung yang akan menjenguk saudaranya akan membeli sembako seperti gula dan teh.
"Akan tetapi, dengan adanya kebijakan dari Rutan Rowobelang maka kami merugi. Sebelumnya, sembako yang terjual setiap harinya mampu mencapai Rp900 ribu namun kini turun 60 persen atau sekitar Rp400 ribu/ hari," katanya.