Magelang (ANTARA) - Masyarakat di sekitar kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu, menyambut para peserta Borobudur Marathon 2019 dengan berbagai kesenian tradisional.
Mereka menampilkan sejumlah atraksi kesenian tradisional di pinggir jalan yang dilalui para pelari marathon.
Selain di sepanjang jalur lari, penyambutan pada para pelari juga dilakukan di awal garis start di kawasan Taman Lumbini Candi Borobudur oleh Sanggar Kirana Kirani Borobudur.
Baca juga: Ganjar dan istri ikuti lari 10K Borobudur Marathon 2019
Ketua Sanggar Kirana Kirani Eko Sunyoto mengatakan, pada penyambutan para pelari tersebut menampilkan perpaduan tari soreng dengan topeng ireng dan tari kinara kinari.
"Pada penyambutan para pelari kali ini kami menampilkan 28 penari," sebutnya.
Ia menambahkan baru kali ini melakukan penyambutan di kawasan kompleks Taman Wisata Candi Borobudur.
"Tahun-tahun sebelumnya kami melakukan penyambutan di luar kawasan candi berbaur dengan masyarakat," ujarnya.
Ia mengemukakan untuk melakukan penyambutan ini pihaknya tidak melakukan persiapan khusus karena para penari sudah terbiasa pentas.
Warga Dusun Ngroto, Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan, menampilkan kesenian gejog lesung, yaitu para ibu memainkan musik dari lesung dan sebagian dari mereka menyanyi dan menari sesuai irama musik tradisional tersebut.
Kepala Dusun Ngroto, Sumedi mengatakan lesung merupakan alat penumbuk padi tradisional.
"Dulu para ibu sebelum atau sesudah menumbuk padi mengisi waktu dengan memainkan musik lesung tersebut," sebutnya.
Ia mengemukakan kegiatan untuk menyambut para pelari Borobudur Marathon ini dilakukan masyarakat secara mandiri, hampir setiap desa yang dilalui pelari menampilkan kesenian tradisional.
Baca juga: Borobudur Marathon perlu diorbitkan jadi event lari dunia
Mereka menampilkan sejumlah atraksi kesenian tradisional di pinggir jalan yang dilalui para pelari marathon.
Selain di sepanjang jalur lari, penyambutan pada para pelari juga dilakukan di awal garis start di kawasan Taman Lumbini Candi Borobudur oleh Sanggar Kirana Kirani Borobudur.
Baca juga: Ganjar dan istri ikuti lari 10K Borobudur Marathon 2019
Ketua Sanggar Kirana Kirani Eko Sunyoto mengatakan, pada penyambutan para pelari tersebut menampilkan perpaduan tari soreng dengan topeng ireng dan tari kinara kinari.
"Pada penyambutan para pelari kali ini kami menampilkan 28 penari," sebutnya.
Ia menambahkan baru kali ini melakukan penyambutan di kawasan kompleks Taman Wisata Candi Borobudur.
"Tahun-tahun sebelumnya kami melakukan penyambutan di luar kawasan candi berbaur dengan masyarakat," ujarnya.
Ia mengemukakan untuk melakukan penyambutan ini pihaknya tidak melakukan persiapan khusus karena para penari sudah terbiasa pentas.
Warga Dusun Ngroto, Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan, menampilkan kesenian gejog lesung, yaitu para ibu memainkan musik dari lesung dan sebagian dari mereka menyanyi dan menari sesuai irama musik tradisional tersebut.
Kepala Dusun Ngroto, Sumedi mengatakan lesung merupakan alat penumbuk padi tradisional.
"Dulu para ibu sebelum atau sesudah menumbuk padi mengisi waktu dengan memainkan musik lesung tersebut," sebutnya.
Ia mengemukakan kegiatan untuk menyambut para pelari Borobudur Marathon ini dilakukan masyarakat secara mandiri, hampir setiap desa yang dilalui pelari menampilkan kesenian tradisional.
Baca juga: Borobudur Marathon perlu diorbitkan jadi event lari dunia