Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menyebutkan bahwa sistem bernegara Indonesia menganut sistem kapitalis liberal.
"Ketika kita berkompetisi (pilpres dan pilkada), wani piro (berani <bayar> berapa). Saya enggak tahu lembaga pengkajian UI ini sudah mengkaji wani piro itu saya enggak tahu, praktiknya yang saya tahu money is power, bukan akhlak, bukan kepribadian, bukan attitude, bukan juga ilmu pengetahuan. Above all, money is power," kata Surya Paloh, di Jakarta, Rabu.
Surya Paloh mengatakan itu saat memberikan kuliah umum di Kampus Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat, yang bertajuk "Tantangan Bangsa Indonesia Kini dan Masa Depan".
Baca juga: Surya Paloh ancam pecat kader NasDem yang jelekkan rekannya
Artinya, lanjut dia, sebenarnya Indonesia malu-malu kucing untuk mendeklarasikan sebagai negara kapitalis yang liberal.
"Kita ini malu-malu kucing untuk mendeklarasikan Indonesia hari ini adalah negara kapitalis, yang liberal, itulah Indonesia hari ini," jelasnya.
Tokoh nasional ini pun menyayangkan sistem politik yang cenderung kapitalis dan liberal di Indonesia, di mana tidak mendapat perhatian oleh para akademisi.
Padahal, realitas di Indonesia saat ini bertentangan dengan Pancasila.
"Tidak ada pengamat, lembaga penelitian, dan lembaga ilmiah tidak memperhatikan. You tahu enggak bangsa kita ini adalah bangsa yang kapitalis hari ini. You tahu enggak bangsa kita ini bangsa yang sangat liberal hari ini. Ngomong Pancasila, mana itu Pancasila. Tanpa kita sadari juga, kalau ini memang kita masuk dalam tahapan apa yang dikategorikan negara kapitalis," paparnya.
Menurut dia, saat ini Indonesia terlalu bersahabat dengan pragmatisme transaksional.
Baca juga: Paloh: Anies belum keluarkan semua potensi kepemimpinannya
Kemudian, knowledge skills melalui proses achievement yang tepat, apa salahnya, tetapi apa yang terjadi kemiskinan, kebodohan masih tetap.
"Kita bertikai satu sama lain. Kita dekat dengan materialistik, kita bersahabat dengan pragmatisme transaksional, kita pakai jubah nilai-nilai religi, tapi kita sebenarnya penuh hipokrisi (munafik)," tuturnya.
Di hadapan civitas akademi UI, Surya juga mempertanyakan apakah masyarakat Indonesia mampu mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini karena sistem yang tumbuh dan berkembang adalah non-Pancasila.
"Ada ideologi baru yang ditawarkan, entah apa bentuknya, saya minta penelitian dari UI," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Surya Paloh ditemani oleh elite-elite NasDem, di antaranya, Sekjen NasDem Johnny G Plate, Ketua DPP NasDem Syahrul Yasin Limpo, Rachmat Gobel, Martin Manurung, Ketum Garda Pemuda NasDem Prananda Surya Paloh.
"Ketika kita berkompetisi (pilpres dan pilkada), wani piro (berani <bayar> berapa). Saya enggak tahu lembaga pengkajian UI ini sudah mengkaji wani piro itu saya enggak tahu, praktiknya yang saya tahu money is power, bukan akhlak, bukan kepribadian, bukan attitude, bukan juga ilmu pengetahuan. Above all, money is power," kata Surya Paloh, di Jakarta, Rabu.
Surya Paloh mengatakan itu saat memberikan kuliah umum di Kampus Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat, yang bertajuk "Tantangan Bangsa Indonesia Kini dan Masa Depan".
Baca juga: Surya Paloh ancam pecat kader NasDem yang jelekkan rekannya
Artinya, lanjut dia, sebenarnya Indonesia malu-malu kucing untuk mendeklarasikan sebagai negara kapitalis yang liberal.
"Kita ini malu-malu kucing untuk mendeklarasikan Indonesia hari ini adalah negara kapitalis, yang liberal, itulah Indonesia hari ini," jelasnya.
Tokoh nasional ini pun menyayangkan sistem politik yang cenderung kapitalis dan liberal di Indonesia, di mana tidak mendapat perhatian oleh para akademisi.
Padahal, realitas di Indonesia saat ini bertentangan dengan Pancasila.
"Tidak ada pengamat, lembaga penelitian, dan lembaga ilmiah tidak memperhatikan. You tahu enggak bangsa kita ini adalah bangsa yang kapitalis hari ini. You tahu enggak bangsa kita ini bangsa yang sangat liberal hari ini. Ngomong Pancasila, mana itu Pancasila. Tanpa kita sadari juga, kalau ini memang kita masuk dalam tahapan apa yang dikategorikan negara kapitalis," paparnya.
Menurut dia, saat ini Indonesia terlalu bersahabat dengan pragmatisme transaksional.
Baca juga: Paloh: Anies belum keluarkan semua potensi kepemimpinannya
Kemudian, knowledge skills melalui proses achievement yang tepat, apa salahnya, tetapi apa yang terjadi kemiskinan, kebodohan masih tetap.
"Kita bertikai satu sama lain. Kita dekat dengan materialistik, kita bersahabat dengan pragmatisme transaksional, kita pakai jubah nilai-nilai religi, tapi kita sebenarnya penuh hipokrisi (munafik)," tuturnya.
Di hadapan civitas akademi UI, Surya juga mempertanyakan apakah masyarakat Indonesia mampu mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini karena sistem yang tumbuh dan berkembang adalah non-Pancasila.
"Ada ideologi baru yang ditawarkan, entah apa bentuknya, saya minta penelitian dari UI," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Surya Paloh ditemani oleh elite-elite NasDem, di antaranya, Sekjen NasDem Johnny G Plate, Ketua DPP NasDem Syahrul Yasin Limpo, Rachmat Gobel, Martin Manurung, Ketum Garda Pemuda NasDem Prananda Surya Paloh.