Batang (ANTARA) - PT Pagilaran Kabupaten Batang, Jawa Tengah, sebagai pengelola industri kakao milik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta siap memenuhi target ekspor olahan cokelat Indonesia pada 2020.

General Manajer Pusat Pengembangan Kompetensi Industri Pengolahan Kakao Terpadu (PPKIPKT) Nur Muhib di Batang, Sabtu, mengatakan bahwa produksi kakao Batang siap mengambil peran dalam upaya memenuhi target ekspor olahan cokelat karena produksinya terus meningkat.

"Pada 2017, kami mampu memproduksi 60 ton hingga 70 ton biji polong, kemudian tahun berikutnya naik menjadi 160 ton. Oleh karena, kami menargetkan ekspor olahan cokelat Indonesia pada 2020," katanya.

Menurut dia, pada 2018, PPKIPKT mampu memproduksi 160 ton biji polong dengan lahan seluas 130 hektare sehingga pada 2019 ditargetkan produksi kakao cokelat itu terus meningkat.

Target ekspor kakao cokelat tersebut, kata dia, diharapkan mampu mendukung ekspor olahan coklat Indonesia pada 2020.

"Sebelumnya, produksi kakao di Indonesia hanya berkisar pada angka 400 ribu ton. Akan tetapi sekarang produksinya bisa mencapai hingga 800 ribu ton," katanya.

Ia mengatakan hasil pengolahan kakao cokelat itu hampir 90 persen diekspor sehingga pada 2020, PPKIPKT dapat menembus pasar ekspor.

"Saat ini, pengolahan makanan berbasis cokelat masih dikuasai oleh negara Swiss, Belanda, dan Jerman. Akan tetapi dengan meningkatnya produksi kakao ini kita optimistis bisa memenuhi target ekspor," katanya.

Ia menambahkan saat ini harga biji kakao di tingkat petani mencapai Rp22 ribu per kilogram sampai Rp26 ribu/ kilogram sedang harga minyak cokelat mencapai 5.700 dolar AS per ton.

Baca juga: Butuh 8.000 Ton Kakao, PT Pagilaran Batang Gandeng Petani Plasma

 

Pewarta : Kutnadi
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024