Magelang (ANTARA) - Kota Magelang menjadi salah satu di antara 100 daerah percontohan "Gerakan 100 Smart City" di Indonesia untuk mewujudkan kota cerdas, meningkatkan keamanan dan kenyamanan warga, serta membuat kota makin efektif dan efisien.
"Gerakan ini merupakan program dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sebagai 'pilot project' untuk daerah sekitar untuk bisa mengimplementasikan apa itu 'smart city'," kata Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik Kota Magelang Catur Budi Fajar Sumarmo di Magelang, Senin (24/6).
Ia mengatakan "Gerakan 100 Smart City" dimulai sejak 2017, sedangkan pada 2018 Kota Magelang masuk 25 daerah yang mendapatkan pendampingan untuk gerakan tersebut.
Sebetulnya, kata dia, pada 2016 kota itu sudah melangkah menuju kota cerdas di bawah penanganan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah setempat.
"Sekarang tinggal mempertajam saja, sesuai dengan visi dan misi Pemerintah Kota Magelang," katanya di sela-sela Sosialisasi dan Bimbingan Teknis (Bimtek) Gerakan 100 Smart City 2019 di Ruang Adipura Kencana, Kompleks Kantor Wali Kota Magelang.
Bahkan, sejak 2014 Pemkot Magelang menjadi pioner kota cerdas dengan memasang "one kota" berupa fiber optik langsung menuju organisasi perangkat daerah dan sekolah di daerah itu.
Ia mengatakan pemasangan yang selesai pada 2019 semakin mendukung pelayanan di berbagai sektor oleh Pemkot Magelang kepada masyarakat.
"Tahun 2019 sudah kelar, sudah terpasang, jadi tanpa Indihome lagi. Tapi itu kan sebagai sarana pendukung, yang terpenting dalam 'smart city' kita memberikan pelayanan yang singkat, cepat, dan mudah diakses oleh masyarakat," katanya dalam keterangan tertulis Humas Pemkot Magelang.
Catur menyebut banyak sektor dipertajam dalam gerakan itu, tidak hanya terkait dengan teknologi informasi akan tetapi juga pelayanan masyarakat.
"Sektor yang dipertajam adalah pelayanan masyarakat, tidak hanya terkait IT tapi juga misalnya di kantor kecamatan bisa memberikan pelayanan sampai malam itu sudah masuk 'smart city', akses disabilitas di ruang kantor," katanya.
Peserta bimtek itu, antara lain dewan kota cerdas yang meliputi kepala OPD, praktisi, akademisi, instansi vertikal, BUMD, termasuk tim pelaksana yang ke depan merumuskan kota cerdas Kota Magelang.
Baca juga: Telaah - Mengukur kesiapan Kota Magelang sebagai "smart city"
Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito mengatakan realisasi konsep kota cerdas selain membutuhkan kemauan, juga kesungguhan dan komitmen seluruh pemangku kepentingan.
"Yang tidak kalah penting adalah bagaimana menyosialisasikan gagasan pembangunan 'smart city' kepada seluruh masyarakat, sehingga siap untuk menerima perubahan ke arah digitalisasi, di samping menjadi tugas pemerintah untuk mempersiapkan infrastruktur yang mumpuni," katanya.
Kota cerdas mencakup berbagai aspek, antara lain "smart mobility", "smart government", "smart economy", "smart people", "smart living", dan "smart environment".
Ia mengatakan kota setempat sudah dua kali menyandang kota cerdas terbaik se-Indonesia kategori kota sedang/kecil sehingga pengelolaan daerah ke depan semakin maju, pelayanan menjadi lebih baik, nyaman, aman, dan bermartabat.
"Syukur-syukur pertumbuhan juga jadi baik, sehingga kemiskinan menurun karena rakyat sejahtera. Beberapa tahun lalu angka kemiskinan kita masih 16 persen. Sejak masuk 'smart city' turun menjadi sembilan persen, kemudian turun lagi tujuh persen. Itu artinya pengelolaan kita sudah 'on the track'," katanya. (hms)
Baca juga: Temanggung belajar Kota Pintar di Pekalongan
"Gerakan ini merupakan program dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sebagai 'pilot project' untuk daerah sekitar untuk bisa mengimplementasikan apa itu 'smart city'," kata Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik Kota Magelang Catur Budi Fajar Sumarmo di Magelang, Senin (24/6).
Ia mengatakan "Gerakan 100 Smart City" dimulai sejak 2017, sedangkan pada 2018 Kota Magelang masuk 25 daerah yang mendapatkan pendampingan untuk gerakan tersebut.
Sebetulnya, kata dia, pada 2016 kota itu sudah melangkah menuju kota cerdas di bawah penanganan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah setempat.
"Sekarang tinggal mempertajam saja, sesuai dengan visi dan misi Pemerintah Kota Magelang," katanya di sela-sela Sosialisasi dan Bimbingan Teknis (Bimtek) Gerakan 100 Smart City 2019 di Ruang Adipura Kencana, Kompleks Kantor Wali Kota Magelang.
Bahkan, sejak 2014 Pemkot Magelang menjadi pioner kota cerdas dengan memasang "one kota" berupa fiber optik langsung menuju organisasi perangkat daerah dan sekolah di daerah itu.
Ia mengatakan pemasangan yang selesai pada 2019 semakin mendukung pelayanan di berbagai sektor oleh Pemkot Magelang kepada masyarakat.
"Tahun 2019 sudah kelar, sudah terpasang, jadi tanpa Indihome lagi. Tapi itu kan sebagai sarana pendukung, yang terpenting dalam 'smart city' kita memberikan pelayanan yang singkat, cepat, dan mudah diakses oleh masyarakat," katanya dalam keterangan tertulis Humas Pemkot Magelang.
Catur menyebut banyak sektor dipertajam dalam gerakan itu, tidak hanya terkait dengan teknologi informasi akan tetapi juga pelayanan masyarakat.
"Sektor yang dipertajam adalah pelayanan masyarakat, tidak hanya terkait IT tapi juga misalnya di kantor kecamatan bisa memberikan pelayanan sampai malam itu sudah masuk 'smart city', akses disabilitas di ruang kantor," katanya.
Peserta bimtek itu, antara lain dewan kota cerdas yang meliputi kepala OPD, praktisi, akademisi, instansi vertikal, BUMD, termasuk tim pelaksana yang ke depan merumuskan kota cerdas Kota Magelang.
Baca juga: Telaah - Mengukur kesiapan Kota Magelang sebagai "smart city"
Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito mengatakan realisasi konsep kota cerdas selain membutuhkan kemauan, juga kesungguhan dan komitmen seluruh pemangku kepentingan.
"Yang tidak kalah penting adalah bagaimana menyosialisasikan gagasan pembangunan 'smart city' kepada seluruh masyarakat, sehingga siap untuk menerima perubahan ke arah digitalisasi, di samping menjadi tugas pemerintah untuk mempersiapkan infrastruktur yang mumpuni," katanya.
Kota cerdas mencakup berbagai aspek, antara lain "smart mobility", "smart government", "smart economy", "smart people", "smart living", dan "smart environment".
Ia mengatakan kota setempat sudah dua kali menyandang kota cerdas terbaik se-Indonesia kategori kota sedang/kecil sehingga pengelolaan daerah ke depan semakin maju, pelayanan menjadi lebih baik, nyaman, aman, dan bermartabat.
"Syukur-syukur pertumbuhan juga jadi baik, sehingga kemiskinan menurun karena rakyat sejahtera. Beberapa tahun lalu angka kemiskinan kita masih 16 persen. Sejak masuk 'smart city' turun menjadi sembilan persen, kemudian turun lagi tujuh persen. Itu artinya pengelolaan kita sudah 'on the track'," katanya. (hms)
Baca juga: Temanggung belajar Kota Pintar di Pekalongan