Magelang (ANTARA) - Smart City Model (SCM) adalah sebuah konsep atau metode awal yang mampu mengukur kesiapan kota atau kabupaten dalam merealisasikan konsep "smart city".
Hasil pengukuran terdiri atas lima level, yaitu "ad hoc", "initiative", "scattered", "integrative", "smart".
Model ini terdiri dari tiga perspektif utama dan 12 indikator kerja untuk menentukan tingkat kematangan.
Level ini memperlihatkan sejauh mana konsep "smart city" telah diterapkan oleh kota atau kabupaten tersebut, yang kemudian diolah untuk memperlihatkan level eksisting dari implementasi "smart city" pada kota atau kabupaten tersebut.
Hasil dari pengukuran ini dapat digunakan sebagai bahan awal untuk mencapai tingkatan selanjutnya dari konsep "smart city" berdasarkan SCM.
Di samping itu, hasil dari pengukuran ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangan "roadmap smart city" ideal bagi kota atau kabupaten tersebut.
Mengacu pada model di atas, maka tingkat kematangan "smart city" akan ditentukan dari beberapa dimensi, yaitu "smart economy" di mana kota ditopang oleh perekonomian yang baik dengan memaksimalkan sumber daya atau potensi kota. Kota didukung layanan TIK, tata kelola, dan peran SDM (people) yang baik.
Selain itu, "smart social" di mana masyarakat memiliki keamanan, kemudahan, dan kenyamanan dalam melakukan interaksi sosial dengan sesama masyarakat ataupun dengan pemerintah. Interaksi sosial didukung layanan TIK, tata kelola, dan peran SDM (people) yang baik.
Selain itu, "smart environment" di mana masyarakat memiliki tempat tinggal yang sehat, hemat dalam penggunaan energi serta pengelolaan energi dengan didukung layanan TIK, tata kelola, dan peran SDM (people) yang baik.
Internet of Thing
Internet of Thing (IoT) adalah sebuah konsep di mana suatu objek yang memiliki kemampuan untuk mentransfer data melalui jaringan tanpa memerlukan interaksi manusia ke manusia atau manusia ke komputer.
Casagras (Coordinator and support action for global RFID-related activities and standadisation) mendefinisikan IoT sebagai sebuah infrastruktur jaringan global, yang menghubungkan benda-benda fisik dan virtual melalui eksploitasi data "capture" dan kemampuan komunikasi.
Infrastruktur terdiri atas jaringan yang telah ada dan internet berikut pengembangan jaringannya.
Semua ini akan menawarkan identifikasi objek, sensor, dan kemampuan koneksi sebagai dasar untuk pengembangan layanan dan aplikasi kooperatif yang independen.
Ia juga ditandai dengan tingkat otonom data "capture" yang tinggi, "event transfer", konektivitas jaringan, dan interoperabilitas.
Ilustrasi - Seminar Forum Koordinasi Jaringan Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Iptek tentang "smart city" di Kota Magelang, 27 September 2018, dengan narasumber Achmad Djunaedi, dari Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. (ANTARA/Humas Pemkot Magelang)
Dengan IoT antarobjek dapat berkomunikasi dan mampu memudahkan aktivitas manusia.
IoT dapat diterapkan dalam "smart city" sehingga terkoneksi satu sama lain dalam suatu system yang komprehensif, yaitu "smart economy", "smart social", "smart environment".
Salah satu contoh untuk jaringan transportasi untuk kepentingan "smart city" yang dapat membantu kita mengurangi limbah dan meningkatkan penggunaan energi seefisien mungkin.
Hal ini akan membantu kita dalam memahami dan meningkatkan kesejahteraan hidup.
Berhasil
Kota Magelang berhasil menempati posisi pertama dalam penghargaan Rating Kota Cerdas Indonesia (RKCI) 2017 untuk kategori kota kecil.
"Kota Sejuta Bunga" itu menyisihkan 92 kota lainnya di seluruh Indonesia yang masuk dalam penilaian oleh Tim Smart City and Community Innovation Centre (SCCIC) Institut Teknologi Bandung (ITB).
Untuk mendapatkan predikat kota cerdas atau "smart city", Kota Magelang harus bisa mengelola berbagai sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisien dalam menyelesaikan berbagai tantangan kota, menggunakan solusi inovatif, terintegrasi, serta berkelanjutan untuk menyediakan infrastruktur dan memberikan layanan-layanan kota yang dapat meningkatkan kualitas hidup warganya.
Dari inilah, lahir banyak inovasi yang mendapatkan penghargaan karena dianggap memberikan kemanfaatan terhadap masyarakat dan kemajuan kota.
Sedangkan konsep pengembangan kota cerdas mengacu rencana induk yang disusun pihaknya pada 2016.
Konsep ini dikenal dengan Garuda Smart City Model (GSCM). Sebuah konsep kota cerdas yang dipakai untuk menilai tingkat kematangan kota-kota di Indonesia.
Konsep kota cerdas dalam GSCM terdiri atas tiga komponen, yaitu cerdas secara ekonomi, kecerdasan pengelolaan lingkungan, dan kecerdasan lingkungan. Dalam hal ini, ketiganya harus seimbang
Vital
Peran IoT dalam mewujudkan "smart city" sangatlah vital. Beberapa penerapan IoT dalam "smart city", yaitu "smart lighting" yang telah diaplikasikan oleh Dinas Lingkungan Hidup sejak 2016 melalui ajang Diklatpim IV Kasie Pertamanan dan PJU saat itu, penulis menerapkan SIPPUT (Sistem Pengelolaan PJU Terintegrasi) sebagai inovasi yang mampu mengontrol lampu bermasalah jarak jauh.
Aplikasi IoT mempercepat proses dan meningkatkan efisiensi.
Untuk mendukung kinerja IoT tentu saja diperlukan akses internet yang lancar dan bebas hambatan dan butuh jalur "tol” yang disebut Tol Langit.
Tol Langit merupakan program Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam rangka memeratakan akses internet di seluruh Indonesia.
Program ini merupakan kelanjutan dari program Palapa Ring yang disebut sebagai jalan tol telekomunikasi oleh Menteri Kominfo Rudiantara pada acara Annual Client Appreciation Event di Four Season Hotel, Kuningan pada 21 Februari 2019.
Menurut Rudiantara, setelah pembangunan Palapa Ring selesai, akan dibangun Base Transceiver Station (BTS) oleh operator dan menyewa satelit untuk daerah-daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).
Agenda terstruktur dan komprehensif perlu direncanakan Pemerintah Kota Magelang untuk menerapkan IoT dalam mendukung "smart city" dan dapat terpadu dengan program pemerintah pusat.
Berbagai pelayanan berbasis aplikasi yang selama ini telah dilaksanakan, seperti KIR "online" (dalam jaringan), sistem kependudukan secara daring dan juga sistem di berbagai bidang, khususnya pelayanan masyarakat dapat dikoordinasikan menjadi satu dan terstruktur rapi dalam balutan IoT.
Sebuah peran besar menanti bagi organisasi perangkat daerah (OPD) terkait yang tentu saja membutuhkan dukungan dari semua pihak di Kota Magelang.
Sebelum hal tersebut dilakukan perlunya sebuah koordinasi solid antar-OPD dan menyatukan pelayanan mewujudkan "smart city" yang didukung dengan IoT dan memanfaatkan Tol Langit.
Sudah saatnya berbenah. Salam Inovasi.
*) Yetty Setiyaningsih, Kandidat Doktor Manajemen Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, ASN Pemerintah Kota Magelang.
Hasil pengukuran terdiri atas lima level, yaitu "ad hoc", "initiative", "scattered", "integrative", "smart".
Model ini terdiri dari tiga perspektif utama dan 12 indikator kerja untuk menentukan tingkat kematangan.
Level ini memperlihatkan sejauh mana konsep "smart city" telah diterapkan oleh kota atau kabupaten tersebut, yang kemudian diolah untuk memperlihatkan level eksisting dari implementasi "smart city" pada kota atau kabupaten tersebut.
Hasil dari pengukuran ini dapat digunakan sebagai bahan awal untuk mencapai tingkatan selanjutnya dari konsep "smart city" berdasarkan SCM.
Di samping itu, hasil dari pengukuran ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangan "roadmap smart city" ideal bagi kota atau kabupaten tersebut.
Mengacu pada model di atas, maka tingkat kematangan "smart city" akan ditentukan dari beberapa dimensi, yaitu "smart economy" di mana kota ditopang oleh perekonomian yang baik dengan memaksimalkan sumber daya atau potensi kota. Kota didukung layanan TIK, tata kelola, dan peran SDM (people) yang baik.
Selain itu, "smart social" di mana masyarakat memiliki keamanan, kemudahan, dan kenyamanan dalam melakukan interaksi sosial dengan sesama masyarakat ataupun dengan pemerintah. Interaksi sosial didukung layanan TIK, tata kelola, dan peran SDM (people) yang baik.
Selain itu, "smart environment" di mana masyarakat memiliki tempat tinggal yang sehat, hemat dalam penggunaan energi serta pengelolaan energi dengan didukung layanan TIK, tata kelola, dan peran SDM (people) yang baik.
Internet of Thing
Internet of Thing (IoT) adalah sebuah konsep di mana suatu objek yang memiliki kemampuan untuk mentransfer data melalui jaringan tanpa memerlukan interaksi manusia ke manusia atau manusia ke komputer.
Casagras (Coordinator and support action for global RFID-related activities and standadisation) mendefinisikan IoT sebagai sebuah infrastruktur jaringan global, yang menghubungkan benda-benda fisik dan virtual melalui eksploitasi data "capture" dan kemampuan komunikasi.
Infrastruktur terdiri atas jaringan yang telah ada dan internet berikut pengembangan jaringannya.
Semua ini akan menawarkan identifikasi objek, sensor, dan kemampuan koneksi sebagai dasar untuk pengembangan layanan dan aplikasi kooperatif yang independen.
Ia juga ditandai dengan tingkat otonom data "capture" yang tinggi, "event transfer", konektivitas jaringan, dan interoperabilitas.
Dengan IoT antarobjek dapat berkomunikasi dan mampu memudahkan aktivitas manusia.
IoT dapat diterapkan dalam "smart city" sehingga terkoneksi satu sama lain dalam suatu system yang komprehensif, yaitu "smart economy", "smart social", "smart environment".
Salah satu contoh untuk jaringan transportasi untuk kepentingan "smart city" yang dapat membantu kita mengurangi limbah dan meningkatkan penggunaan energi seefisien mungkin.
Hal ini akan membantu kita dalam memahami dan meningkatkan kesejahteraan hidup.
Berhasil
Kota Magelang berhasil menempati posisi pertama dalam penghargaan Rating Kota Cerdas Indonesia (RKCI) 2017 untuk kategori kota kecil.
"Kota Sejuta Bunga" itu menyisihkan 92 kota lainnya di seluruh Indonesia yang masuk dalam penilaian oleh Tim Smart City and Community Innovation Centre (SCCIC) Institut Teknologi Bandung (ITB).
Untuk mendapatkan predikat kota cerdas atau "smart city", Kota Magelang harus bisa mengelola berbagai sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisien dalam menyelesaikan berbagai tantangan kota, menggunakan solusi inovatif, terintegrasi, serta berkelanjutan untuk menyediakan infrastruktur dan memberikan layanan-layanan kota yang dapat meningkatkan kualitas hidup warganya.
Dari inilah, lahir banyak inovasi yang mendapatkan penghargaan karena dianggap memberikan kemanfaatan terhadap masyarakat dan kemajuan kota.
Sedangkan konsep pengembangan kota cerdas mengacu rencana induk yang disusun pihaknya pada 2016.
Konsep ini dikenal dengan Garuda Smart City Model (GSCM). Sebuah konsep kota cerdas yang dipakai untuk menilai tingkat kematangan kota-kota di Indonesia.
Konsep kota cerdas dalam GSCM terdiri atas tiga komponen, yaitu cerdas secara ekonomi, kecerdasan pengelolaan lingkungan, dan kecerdasan lingkungan. Dalam hal ini, ketiganya harus seimbang
Vital
Peran IoT dalam mewujudkan "smart city" sangatlah vital. Beberapa penerapan IoT dalam "smart city", yaitu "smart lighting" yang telah diaplikasikan oleh Dinas Lingkungan Hidup sejak 2016 melalui ajang Diklatpim IV Kasie Pertamanan dan PJU saat itu, penulis menerapkan SIPPUT (Sistem Pengelolaan PJU Terintegrasi) sebagai inovasi yang mampu mengontrol lampu bermasalah jarak jauh.
Aplikasi IoT mempercepat proses dan meningkatkan efisiensi.
Untuk mendukung kinerja IoT tentu saja diperlukan akses internet yang lancar dan bebas hambatan dan butuh jalur "tol” yang disebut Tol Langit.
Tol Langit merupakan program Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam rangka memeratakan akses internet di seluruh Indonesia.
Program ini merupakan kelanjutan dari program Palapa Ring yang disebut sebagai jalan tol telekomunikasi oleh Menteri Kominfo Rudiantara pada acara Annual Client Appreciation Event di Four Season Hotel, Kuningan pada 21 Februari 2019.
Menurut Rudiantara, setelah pembangunan Palapa Ring selesai, akan dibangun Base Transceiver Station (BTS) oleh operator dan menyewa satelit untuk daerah-daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).
Agenda terstruktur dan komprehensif perlu direncanakan Pemerintah Kota Magelang untuk menerapkan IoT dalam mendukung "smart city" dan dapat terpadu dengan program pemerintah pusat.
Berbagai pelayanan berbasis aplikasi yang selama ini telah dilaksanakan, seperti KIR "online" (dalam jaringan), sistem kependudukan secara daring dan juga sistem di berbagai bidang, khususnya pelayanan masyarakat dapat dikoordinasikan menjadi satu dan terstruktur rapi dalam balutan IoT.
Sebuah peran besar menanti bagi organisasi perangkat daerah (OPD) terkait yang tentu saja membutuhkan dukungan dari semua pihak di Kota Magelang.
Sebelum hal tersebut dilakukan perlunya sebuah koordinasi solid antar-OPD dan menyatukan pelayanan mewujudkan "smart city" yang didukung dengan IoT dan memanfaatkan Tol Langit.
Sudah saatnya berbenah. Salam Inovasi.
*) Yetty Setiyaningsih, Kandidat Doktor Manajemen Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, ASN Pemerintah Kota Magelang.