Semarang (Antaranews Jateng) - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta sosialisasi pemahaman mengenai ekonomi syariah di masyarakat lebih ditingkatkan sehingga bisa semakin berkembang.
"Apa problemnya sekarang? pengetahuan sehingga sangat penting untuk memberikan edukasi untuk memberikan pengarahan, pemahaman semuanya kepada masyarakat agar mau berbisnis syariah," katanya di Semarang, Selasa.
Menurut Ganjar, saat ini pemahaman masyarakat terhadap ekonomi syariah masih sebatas perbankan syariah, padahal ekonomi syariah sangat luas, seperti bank syariah, asuransi syariah, pasar modal syariah, reksadana syariah, pegadaian syariah, koperasi syariah, hingga hotel syariah.
Kendati demikian, lanjut Ganjar, perekonomian syariah di Jateng dalam beberapa tahun terakhir ini berkembang cukup pesat.
Hal tersebut dapat terlihat dari komposisi aset perbankan syariah yang mencapai 4,9 persen atau Rp24,7 triliun dari total aset perbankan syariah nasional.
Ganjar mengaku masih belum puas dengan capaian tersebut karena pertumbuhan aset perbankan syariah di Jateng pada periode 2017 masih menduduki peringkat ketiga setelah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Barat.
"Oleh karena itu, para pelaku ekonomi syariah harus melakukan inovasi dalam mengedukasi masyarakat tentang perbankan syariah ataupun ekonomi syariah," ujar politikus PDI Perjuangan itu.
Ganjar meyakini ekonomi syariah akan menjadi arus baru ekonomi Indonesia, khususnya Jateng yang mampu menguatkan pertumbuhan ekonomi, menyejahterakan, dan berkeadilan sosial.
"Ekonomi syariah ini menjadi arus baru ekonomi Indonesia dan ini berkembang dengan baik melalui peran banyak pemangku kepentingan," katanya.
"Apa problemnya sekarang? pengetahuan sehingga sangat penting untuk memberikan edukasi untuk memberikan pengarahan, pemahaman semuanya kepada masyarakat agar mau berbisnis syariah," katanya di Semarang, Selasa.
Menurut Ganjar, saat ini pemahaman masyarakat terhadap ekonomi syariah masih sebatas perbankan syariah, padahal ekonomi syariah sangat luas, seperti bank syariah, asuransi syariah, pasar modal syariah, reksadana syariah, pegadaian syariah, koperasi syariah, hingga hotel syariah.
Kendati demikian, lanjut Ganjar, perekonomian syariah di Jateng dalam beberapa tahun terakhir ini berkembang cukup pesat.
Hal tersebut dapat terlihat dari komposisi aset perbankan syariah yang mencapai 4,9 persen atau Rp24,7 triliun dari total aset perbankan syariah nasional.
Ganjar mengaku masih belum puas dengan capaian tersebut karena pertumbuhan aset perbankan syariah di Jateng pada periode 2017 masih menduduki peringkat ketiga setelah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Barat.
"Oleh karena itu, para pelaku ekonomi syariah harus melakukan inovasi dalam mengedukasi masyarakat tentang perbankan syariah ataupun ekonomi syariah," ujar politikus PDI Perjuangan itu.
Ganjar meyakini ekonomi syariah akan menjadi arus baru ekonomi Indonesia, khususnya Jateng yang mampu menguatkan pertumbuhan ekonomi, menyejahterakan, dan berkeadilan sosial.
"Ekonomi syariah ini menjadi arus baru ekonomi Indonesia dan ini berkembang dengan baik melalui peran banyak pemangku kepentingan," katanya.