Semarang, ANTARA JATENG - Dinas Kesehatan Kota Semarang meminta masyarakat untuk mewaspadai penularan tiga jenis penyakit yang paling banyak ditemui dengan kondisi cuaca seperti sekarang yang merupakan musim hujan.

"Sekarang ini sudah masuk musim hujan. Bahkan, malah puncaknya. Makanya, kami ingatkan masyarakat untuk selalu menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh," kata Kepala Dinkes Kota Semarang dr Widoyono di Semarang, Rabu.

Pada musim hujan seperti ini, kata dia, setidaknya ada tiga penyakit menular yang paling banyak menyerang, yakni infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), demam berdarah dengue (DBD), dan leptospirosis dari kencing tikus.

Untuk ISPA, ia menjelaskan mudah sekali menyerang seseorang, apalagi dengan daya tahan tubuh yang lemah melalui paparan langsung dengan cuaca, seperti sering kehujanan, atau bisa juga tertular dari penderita ISPA lainnya.

"Ya, termasuk flu dan `commond cold`. Virus influenza ini mudah membuat orang menjadi sakit, terutama mereka yang sering terekspose cuaca secara langsung atau daya tubuh orang tersebut ternyata sedang lemah," katanya.

Meski bukan termasuk penyakit mematikan, kata dia, masyarakat juga harus tetap waspada agar tidak mudah terkena ISPA karena tetap saja membuat seseorang tidak bisa beraktivitas seperti biasanya, misalnya bekerja.

"Saran saya, kalau tidak perlu sekali, jangan ke luar rumah. Apalagi, saat hujan. Kalau pun tetap harus ke luar rumah, pakai masker, jas hujan, atau kalau bisa naik angkutan umum, seperti BRT Trans Semarang," sarannya.

Menurut dia, kondisi BRT Trans Semarang cenderung lebih aman karena tertutup dan berpendingin ruangan (AC) sehingga tidak membuat penumpang terpapar langsung dengan kondisi luar, tetapi tetap harus berhati-hati.

Penyakit kedua, yakni DBD, kata dia, harus pula diwaspadai karena biasanya saat musim hujan ada kecenderungan naik meski pada 2016 lalu ranking Kota Semarang untuk kasus DBD sudah turun jadi nomor 29 se-Jawa Tengah.

"Biasanya kan selalu peringkat 1, 2, atau 3. Alhamdulillah, tahun lalu turun jadi nomor 29. Kuncinya, keaktifan masyarakat untuk menggencarkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungannya," katanya.

Selain itu, Widoyono mengatakan penyakit leptospirosis sering muncul saat musim hujan, terutama di daerah yang rawan banjir, ditambah dengan kondisi lingkungannya yang kotor membawa bakteri Leptospira sp dari kencing tikus.

"Angka kematian akibat leptospirosis pada era 1980-an sampai 30 persen. Namun, sekarang sudah bisa ditekan sampai kurang dari lima persen. Dalam setahun, rata-rata kami hanya menemui sekitar 30 leptospirosis," kata Widoyono.


Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor :
Copyright © ANTARA 2024