Solo (ANTARA) - Dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Gayuh Aji Prasetyaningtiyas, S.T., M.Eng., Ph.D, mengembangkan sistem drainase bawah tanah inovatif ramah lingkungan untuk mengurangi risiko longsor di lereng Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Gayuh, Sabtu mengatakan sistem drainase tersebut dirancang agar air tidak tertahan di dalam tanah sehingga air langsung dialirkan menuju saluran irigasi. Inovasi ini menjadi bagian dari Program Hilirisasi Riset: Pengujian Model dan Prototipe Tahun Anggaran 2025 yang didanai oleh Kemdiktisaintek dengan pendanaan hingga Rp65 juta.
Ia mengatakan upaya tersebut untuk menjawab permasalahan bencana longsor yang tidak jarang terjadi di lokasi tersebut.
Ia mencatat dalam lima tahun terakhir, lebih dari 300 bencana longsor terjadi di wilayah lereng Gunung Lawu, khususnya di Kabupaten Karanganyar. Mayoritas disebabkan oleh kondisi tanah vulkanis yang memiliki butiran halus dan daya serap tinggi, sehingga air mudah tersimpan di dalam tanah namun sulit dilepaskan. Akibatnya, massa tanah menjadi lebih besar dan mudah mengembang, memicu retakan hingga longsor.
“Latar belakangnya karena banyak jalan di daerah Ngargoyoso retak dan rawan longsor akibat tanah yang menyimpan air terlalu lama. Maka kami merancang drainase yang bisa menyalurkan air dari dalam tanah agar tidak menyebabkan penggembungan,” katanya.
Sistem drainase ini memanfaatkan pipa PVC berlubang yang dilapisi limbah styrofoam dan sabut kelapa. Lapisan ini menggantikan fungsi geotekstil, bahan penyaring mahal yang biasanya digunakan di proyek jalan tol.
Berdasarkan hasil uji laboratorium, sistem tersebut menunjukkan performa yang hampir sama dengan geotekstil dalam menyaring air dan menahan tekanan tanah, meski tingkat kejernihan air yang dihasilkan masih sedikit di bawah standar geotekstil.
“Saya memodifikasi bahan pelapisnya dari limbah, seperti styrofoam dan sabut kelapa, sehingga lebih murah dan ramah lingkungan. Harapannya, drainase ini bisa menjadi alternatif solusi drainase ekonomis untuk masyarakat,” tambahnya.
Penerapan awal sistem ini dilakukan di area lereng vila wisata Ngargoyoso, Karanganyar. Uji coba menunjukkan hasil positif dalam mengurangi retakan dan penumpukan air di tanah. Pengujian laboratorium juga mengonfirmasi bahwa sistem ini mampu menahan tekanan hingga 9 kPa dan mengalirkan rembesan air hingga 50 persen, dengan biaya material sekitar 90 persen lebih murah dibandingkan sistem drainase konvensional berbasis besi perforasi dan geotekstil.
Inovasi ini dikembangkan oleh tim yang melibatkan dosen dan mahasiswa, antara lain Gayuh Aji Prasetyaningtiyas, Prof. Herry Purnama (dosen Teknik Kimia), serta dua mahasiswa UMS, Rizki Faisal dan Yahya Asditama.
Tahap pengembangan berikutnya akan dilakukan di Klaten, dengan fokus pada pemurnian air hujan yang masuk ke sistem drainase agar dapat diolah menjadi air bersih siap pakai.
“Saat ini kami sudah melakukan pengecekan area di Klaten dan sedang menunggu pencairan dana untuk tahap lanjutannya,” terang Gayuh.
Dengan lebih dari 53.000 desa rawan bencana di Indonesia, inovasi drainase ekonomis dan ramah lingkungan ini diharapkan dapat menjadi solusi mitigasi longsor skala lokal, sekaligus memberdayakan masyarakat melalui penerapan teknologi tepat guna.

