Semarang (ANTARA) - Kumpulan arsip tentang peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang pada 14–19 Oktober 1945 yang tertuang dalam lembaran koran dipamerkan di Rumah Pohan, kawasan Kota Lama, Semarang, Jawa Tengah.
Deretan koran yang memberitakan tentang perang tersebut kini sudah menjadi literatur langka itu adalah koleksi Ong Po Han, sang pemilik Rumah Pohan yang berlokasi di Jalan Kepodang 64, Semarang.
"Ini koleksi milik saya pribadi. Biasanya, saya tukar menukar dengan temen-temen, kadang saya cari di loak. Kalau koran, saya lumayan punya banyak," kata Ong Po Han.
Dari koleksi koran kuno yang dimilikinya, kemudian diseleksi yang menampilkan berita Perang Lima Hari di Semarang untuk dipamerkan, di samping beberapa benda bersejarah lain, seperti seragam tentara dan pedang.
Untuk pameran arsip pertempuran bersejarah tersebut, pria yang juga hobi mengoleksi perangko, uang kuno, dan buku tua itu mengaku butuh waktu dua bulan untuk persiapan.
Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan (Arpus) Kota Semarang FX. Bambang Suranggono berterima kasih kepada Po Han yang telah menginisiasi pameran arsip tersebut.
"Mengambil temanya juga keren, 'Ketika Api Menyala di Kota Semarang'. Jadi, pas banget itu untuk kembali mengingat Pertempuran Lima Hari di Semarang," katanya.
Dari arsip literatur yang dipamerkan, kata dia, bisa diketahui bahwa peperangan tersebut tidak hanya terjadi di satu lokasi, tetapi beberapa tempat, seperti Kampung Batik, Kampung Bulustalan, dan kawasan Gombel.
"Tentu akan menjadi sebuah semangat bagi warga Kota Semarang, terutama generasi muda yang pada kesempatan itu belum mengetahui secara langsung bagaimana kejadian Pertempuran Lima Hari di Semarang," katanya.
Ia berharap masyarakat Kota Semarang atau siapapun yang ingin mengetahui tentang Pertempuran Lima Hari di Semarang bisa mengunjungi pameran yang berlangsung pada 9-17 Oktober 2025.
"Kami berharap ini nanti akan menjadi sebuah tradisi, momentum untuk menghidupkan sejarah Pertempuran Lima Hari di Kota Semarang yang membangun semangat warga Kota Semarang untuk tidak lupa akan sejarahnya," katanya.
Sementara itu, kurator pameran Kesit Widjanarko menjelaskan bahwa isi utama pameran itu adalah menyoroti arsip langka koran-koran yang terbit pada tanggal-tanggal di sekitar berlangsungnya Pertempuran Lima Hari di Semarang.
Secara akademis, kata dia, koleksi tersebut dapat menjadi rujukan penting bagi kajian sejarah karena menghadirkan sumber primer yang autentik dan jarang tersentuh.
"Sebenarnya agak sedih ketika menyadari bahwa terbitan literatur yang khusus membahas Pertempuran Lima Hari di Semarang masih sangat minim. Mungkin karena terbatasnya sumber referensi seperti dokumen atau arsip surat kabar yang terbit di masa tersebut," katanya.
Kekosongan tersebut, kata dia, menjadikan setiap potongan koran yang tersaji di pameran bukan hanya artefak, tetapi juga pengingat akan pentingnya menjaga sisa-sisa jejak sejarah sebelum lenyap ditelan waktu dan ignoransi.

