Semarang (ANTARA) - Koordinator Wilayah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kabupaten Blora Artika Diannita memberi instruksi pengelola SPPD membenahi dapur program Makan Bergizi Gratis (MBG) setempat yang belum memenuhi standar sanitasi, kebersihan, dan tata kelola pangan sebagaimana mestinya.
“Yang terlihat di video itu seperti yang viral di media sosial, benar. Limbah cair dapur dibuang di belakang tanpa sistem pengolahan yang layak. Memang ada sumur resapan, tetapi ukurannya kecil sehingga air limbah meluber ke tanah kosong,” kata dia di Blora, Provinsi Jawa Tengah, Kamis.
Korwil SPPG telah memberikan teguran dan instruksi tegas kepada pengelola untuk melakukan pembenahan dalam tujuh hari.
Ia mengaku telah meminta pengelola dapur MBG melakukan perbaikan secara total, mulai dari penerimaan bahan baku hingga distribusi makanan.
"Ini menyangkut kesehatan penerima manfaat, jadi tidak bisa ditoleransi,” katanya.
Dia mengatakan kondisi dapur yang tidak tertata tersebut, berpotensi mencemari lingkungan dan menimbulkan bau tidak sedap, karena limbah cair bercampur dengan tumpukan sampah.
“Tempat sampah juga berada di belakang, berdekatan dengan saluran limbah. Pengambilan sampah tidak dilakukan setiap hari sehingga menumpuk. Ini jelas tidak sesuai prinsip dapur sehat,” ujarnya.
Hasil pengawasan juga menemukan penataan alat dan perlengkapan dapur masih semrawut. Dapur belum memiliki rak penyimpanan memadai sehingga alat masak diletakkan sembarangan dan berpotensi menyebabkan kontaminasi silang.
Ia juga menyoroti pelanggaran dalam sistem penyimpanan bahan makanan. Bahan, kering disimpan langsung di lantai tanpa meja palet, sedangkan bahan basah dan beku di lemari pembeku tidak dikelola dengan baik.
“Ada bahan yang seharusnya dibuang, tetapi masih tersimpan. Bahkan suhu freezer (lemari pembeku) belum sesuai standar,” ujarnya.
Kelemahan lain terkait dengan tata ruang. Jalur keluar dan masuk bahan mentah serta makanan matang belum dipisahkan.
“Idealnya dua jalur berbeda agar tidak terjadi kontaminasi. Namun, di dapur ini masih menggunakan satu pintu,” katanya.
Artika yang juga Penanggung Jawab Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) Kabupaten Blora itu, juga menerima keluhan dari penerima manfaat terkait dengan menu makanan yang monoton dan kurang bergizi.
“Menunya itu-itu saja, kadang rasanya juga kurang enak,” katanya.
Dari sisi sumber daya manusia (SDM), meski pekerja sudah menggunakan alat pelindung diri (APD), seperti masker dan sarung tangan, sebagian besar belum memiliki sertifikat penjamah makanan sebagaimana diwajibkan oleh regulasi.
Ia mengatakan kasus SPPG Banjarejo menjadi peringatan keras bagi seluruh pengelola dapur di Blora agar tidak mengabaikan standar sanitasi dan keamanan pangan.
Ia mengimbau Satuan Pelaksana Pengawasan Internal (SPPI) lebih aktif melakukan pemantauan lapangan.
Tugas SPPI, kata dia, mengatur, mengawasi, dan memastikan seluruh kegiatan dapur berjalan sesuai standar kebersihan, keamanan, dan mutu gizi.
"Laporkan bila ada area dapur atau peralatan yang tidak higienis,” ujarnya.
Kondisi SPPG Sidomulyo, Desa Sidomulyo, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora menjadi sorotan publik setelah video mengenai kebersihan dapur dan tumpukan sampah tersebut viral di media sosial.
Baca juga: Jangkauan MBG di Blora semakin luas dengan penambahan SPPG

