Purwokerto (ANTARA) - Udara Minggu pagi yang segar di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, terasa berbeda pada 28 September 2025. Ribuan langkah kaki menjejak aspal kota, menyatu dalam irama yang sama. Suara sorak-sorai, alunan musik penyemangat, hingga senyum yang merekah dari ribuan wajah menandai semaraknya Bank Jateng Friendship Run (BJFR) 2025.
Mengusung tema “Stride to Glory”, ajang lari ini bukan sekadar agenda olahraga. Ia menjelma sebagai perayaan kebersamaan, ruang inklusif untuk sehat bersama, sekaligus panggung bagi pelaku UMKM lokal memperkenalkan karya dan cita rasa mereka.
Jejak di kota ramah
Sejak pagi buta, 1.000 pelari dari berbagai kota sudah memadati area start. Ada yang datang bersama komunitas lari, ada pula keluarga kecil yang mengajak anak-anaknya berlari santai. Tak sedikit juga peserta yang baru pertama kali ikut ajang semacam ini, ingin merasakan atmosfer kebersamaan yang khas.
Rute sejauh lima kilometer yang ditentukan panitia membawa peserta melintasi titik-titik ikonik kota Purwokerto. Jalanan yang rindang, wajah ramah warga yang melambaikan tangan, hingga alunan musik daerah di beberapa titik membuat perjalanan lari terasa lebih akrab.
“Setiap langkah di Purwokerto ini seperti mengingatkan bahwa kota ini selalu terbuka dan penuh energi positif,” ujar seorang peserta dari Yogyakarta yang datang bersama komunitasnya.
Apresiasi dari pemimpin daerah
Bupati Banyumas Sadewo Tri Lastiono, yang melepas langsung peserta dari garis start, menegaskan bahwa kehadiran BJFR tidak hanya mengajak masyarakat untuk hidup sehat, tetapi juga menguatkan citra Purwokerto sebagai kota yang ramah dan terbuka.
“Ini bukan sekadar olahraga. Ini adalah energi positif, kebersamaan, sekaligus promosi bagi Purwokerto. Pemerintah daerah sangat mendukung kegiatan semacam ini,” ujarnya.
Apresiasi serupa disampaikan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sumarno yang menekankan peran acara ini sebagai bagian dari rangkaian menuju Bank Jateng Borobudur Marathon pada 16 November 2025.
“Tujuannya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, agar terbiasa berolahraga. Selain itu, sport tourism seperti ini juga mendorong ekonomi lokal karena mengundang banyak pengunjung dari luar daerah,” katanya.
Filosofi “friendship”
Meski digelar sebagai pemanasan menuju ajang marathon besar, BJFR punya filosofi berbeda. Acara ini dirancang bukan sebagai ajang adu cepat, melainkan perayaan persahabatan dan kebersamaan.
Direktur Utama Bank Jateng Irianto Harko Saputro menyebut bahwa sejak awal Bank Jateng ingin menghadirkan pengalaman inklusif. “Setiap orang bebas merayakan cara berlari mereka. Ada yang serius, ada yang santai, ada yang hanya berjalan. Intinya adalah bersama-sama menikmati momen ini,” ujarnya.
Pernyataan itu diamini oleh Antonius Tomy Trinugroho, Wakil Redaktur Pelaksana Harian Kompas. Menurutnya, kekuatan acara ini justru ada pada keberagaman. “Friendship Run adalah perayaan kebersamaan. Cara orang berlari berbeda-beda, tapi semua langkah punya cerita yang sama: merayakan persahabatan,” katanya.
UMKM jadi bagian cerita
Di sisi lain arena, deretan tenda kuliner dan produk kreatif lokal tak kalah mencuri perhatian. Suasana BJFR semakin hidup dengan adanya Pasar Harmoni, yang menghadirkan ragam kuliner khas Banyumas serta produk UMKM.
Sepuluh tenant UMKM pilihan mendapat kesempatan menampilkan karya mereka, mulai dari mendoan hangat yang gurih, getuk goreng yang manis legit, hingga kerajinan bambu yang khas. Bagi banyak peserta, menikmati suguhan UMKM setelah berlari menjadi pengalaman tak kalah menyenangkan.
“Inilah bentuk nyata pemberdayaan ekonomi masyarakat. Kami ingin setiap event besar yang digelar Bank Jateng punya nilai tambah untuk masyarakat lokal,” kata Irianto.
Kegiatan ini sekaligus menandai kick off program Jateng Berdikari, kolaborasi antara Bank Jateng dan Pemprov Jawa Tengah. Program ini menggandeng 46 UMKM unggulan dari enam wilayah untuk terus didampingi dan diperkuat kapasitasnya.
Suasana kebersamaan
Bagi peserta, yang membuat acara ini berkesan bukan hanya rutenya, tetapi juga suasana hangat yang terasa sepanjang kegiatan.
“Biasanya lari itu identik dengan kompetisi, tapi di sini rasanya lebih santai. Kita bisa berhenti untuk foto, menyapa teman baru, atau sekadar menikmati suasana Purwokerto. Ini lari yang bikin bahagia,” tutur Fajar, pelari asal Semarang yang datang bersama istrinya.
Banyak juga warga lokal yang turut meramaikan dengan menonton di pinggir jalan, memberi semangat, bahkan ikut berbagi minuman dingin secara sukarela. Kehadiran mereka menjadi bukti bahwa BJFR memang tumbuh menjadi milik bersama, bukan hanya peserta yang terdaftar.
Menjadi festival
Bank Jateng Friendship Run di Purwokerto akhirnya bukan hanya ajang olahraga, melainkan festival komunitas yang menyatukan berbagai elemen: pemerintah daerah, komunitas lari, warga, hingga pelaku UMKM.
Di tengah semangat “Stride to Glory”, acara ini membuktikan bahwa olahraga bisa menjadi pintu masuk untuk hal-hal lebih besar—mulai dari promosi kota, penguatan ekonomi lokal, hingga perekat kebersamaan masyarakat.
“Ini bukan garis akhir, ini justru awal. Dari Purwokerto, semangat ini akan kita bawa ke Borobudur Marathon,” ucap Sumarno.
Jejak yang tersisa
Menjelang siang, ketika garis finish sudah dilalui semua peserta, suasana hangat masih terasa. Anak-anak berlarian di sekitar area, orang-orang sibuk berfoto, dan aroma kuliner Banyumas menguar dari tenda UMKM.
Bagi Purwokerto, BJFR 2025 meninggalkan lebih dari sekadar jejak kaki. Ia meninggalkan cerita tentang sebuah kota yang terbuka, sebuah komunitas yang kompak, serta sebuah langkah bersama menuju kesehatan dan kemandirian ekonomi.
Baca juga: Bank Jateng dan Pemerintah Kabupaten Magelang perbaiki RTLH
Baca juga: Bank Jateng Jepara tunjukkan kepedulian lewat bantuan sosial

