Solo (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Prof Kuswaji Dwi Priyono menyebut perlunya sinergi antardaerah untuk memperbaiki wilayah hulu sebagai langkah antisipasi bencana banjir di Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
"Yang perlu dilakukan adalah koordinasi lintas kabupaten yakni Kabupaten Demak, Jepara, Pati, dan Kudus," kata Guru Besar Program Studi Geografi Fakultas Geografi UMS tersebut di Solo, Jawa Tengah, Jumat.
Menurut dia, sinergi diperlukan untuk membenahi fungsi wilayah hulu sebagai area tangkapan air hujan.
"Musim hujan harus dijadikan sebagai musim panen air yang disimpan sebagai cadangan air di musim kemarau," katanya.
Menanggapi isu akan munculnya kembali Selat Muria, ia mengaku pada tahun 1997-1998 pernah melakukan penelitian di empat kabupaten, yaitu Demak, Jepara, Pati, dan Kudus. Dari penelitian tersebut, Kuswaji mendapatkan hasil bahwa dulunya Selat Muria adalah wilayah perairan yang pernah memisahkan daratan utara Jawa Tengah dengan Gunung Muria.
"Akibat endapan yang dihasilkan oleh aktivitas gerakan air laut, wilayah perairan tersebut berubah menjadi daratan yang sekarang menjadi wilayah Kabupaten Kudus, Kabupaten Demak, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Pati, dan Kabupaten Rembang," katanya.
Menurut dia, Selat Muria adalah cikal bakal munculnya kabupaten-kabupaten pantura, seperti Demak, Grobogan, dan Pati.
"Hilangnya Selat Muria ini diperkirakan terjadi pada abad ke-17 karena sedimentasi yang menyebabkan bersatunya Gunung Muria dan Pulau Jawa. Selat Muria merupakan perairan purba yang kemudian mengalami pendangkalan dari proses sedimentasi material beberapa sungai yang bermuara di daerah yang sekarang disebut Grobogan, Demak, Kudus, dan Pati," katanya.
Ia mengatakan pendangkalan disebabkan oleh letusan Gunung Muria. Proses pendangkalan sendiri secara berangsur-angsur sudah terjadi sejak abad ke-13.
"Material sedimentasi itu diperkirakan berasal dari Kali Jragung, Tuntang, Serang, Lusi, dan Juwana yang membawa material tanah dan bebatuan sehingga perairan selat berubah menjadi daratan," katanya.
Oleh karena itu, menurut dia diperlukan upaya segera untuk menyikapi kondisi kawasan perairan di empat daerah tersebut.
Baca juga: Ratusan mahasiswa hadiri silaturahim ilmu komunikasi kampus Muhammadiyah
Berita Terkait
Kelompok akademisi dan sipil desak DPR hentikan revisi UU Pilkada
Rabu, 21 Agustus 2024 14:14 Wib
Akademisi Tutuko Ariadji ajak masyarakat wujudkan negara bermartabat
Selasa, 13 Agustus 2024 9:32 Wib
Akademisi: Pengembangan keuangan digital bantu perekonomian Indonesia
Jumat, 2 Agustus 2024 21:46 Wib
Akademisi UNS sebut perlu mitigasi pada bangunan nonteknis
Selasa, 30 Juli 2024 16:22 Wib
Akademisi: Singkatan nama program pemerintah jangan dibuat asal-asalan
Senin, 8 Juli 2024 13:14 Wib
Akademisi Unsoed jadi dosen tamu di Nong Lam University Vietnam
Jumat, 28 Juni 2024 6:09 Wib
Akademisi ajak petani gula kelapa Banyumas standardisasi produk
Kamis, 27 Juni 2024 13:10 Wib
Akademisi UIN Saizu sebut musik mampu satukan berbagai budaya
Jumat, 21 Juni 2024 13:04 Wib